30.8 C
Jakarta
spot_img

Literasi Digital Perempuan; Manifesto Pemberdayaan

Artikel Trending

KhazanahPerempuanLiterasi Digital Perempuan; Manifesto Pemberdayaan
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Di sebuah desa kecil yang nyaris tersembunyi di balik perbukitan hijau, tinggallah seorang perempuan bernama Laila. Dia dikenal sebagai perempuan yang gigih—meskipun orang-orang di desanya lebih sering menganggapnya “aneh” karena kebiasaannya membaca dari layar kecil yang sering dia genggam. Mereka tak pernah tahu, dari perangkat itu, Laila menjelajahi dunia.

Semuanya bermula ketika seorang kerabat jauh memberikan ponsel bekas kepadanya. “Ini hanya mainan,” kata ibunya skeptis. Tapi bagi Laila, benda itu seperti tongkat ajaib. Melalui ponsel itu, ia belajar menjahit pola modern, mempelajari strategi pemasaran di media sosial, dan bahkan memahami manajemen keuangan—semua tanpa pernah meninggalkan rumah.

Namun, setiap kisah pemberdayaan selalu dibayangi tantangan. Perempuan seperti Laila sering kali berdiri di tengah badai hambatan. Di desanya, jaringan internet lebih sering terputus daripada tersambung, dan tanggung jawab rumah tangga yang tak pernah habis membuatnya sering mencuri waktu belajar di tengah malam. “Apa gunanya belajar ini semua?” pikirnya suatu malam, lelah dan hampir menyerah.

Tetapi dunia digital selalu menyimpan keajaibannya sendiri. Laila menemukan kursus daring gratis tentang desain busana di sebuah platform global. Dia mengikuti kelas itu, menyelesaikan tugas-tugasnya, dan beberapa bulan kemudian, ia membuka toko daring kecil yang menjual hasil jahitannya. Tak disangka, pesanan datang dari kota-kota besar, bahkan dari luar negeri.

Laila adalah gambaran kecil dari apa yang dapat terjadi jika perempuan memiliki akses ke literasi digital. Di luar sana, jutaan perempuan menghadapi hambatan serupa. Di banyak tempat, perempuan tak hanya dibatasi oleh kurangnya akses teknologi, tetapi juga oleh stereotipe yang menganggap bahwa “perempuan tidak cocok untuk teknologi.” Seperti rantai tak kasat mata, stereotipe tersebut merampas kepercayaan diri mereka bahkan sebelum mereka mencoba.

Namun, siapa bilang perempuan tak bisa menjadi ahli dalam dunia digital? Dengan pelatihan yang tepat dan dukungan yang memadai, perempuan dapat menaklukkan ruang digital dan mengubah hidup mereka. Pemerintah, komunitas, dan sektor teknologi memiliki peran besar untuk memastikan bahwa perempuan tak lagi tertinggal. Subsidi perangkat teknologi, pelatihan literasi digital yang inklusif, dan kebijakan tegas terhadap pelecehan daring adalah langkah nyata menuju perubahan.

Literasi digital adalah tentang bagaimana menggunakan teknologi sebagai jembatan mengubah kehidupan. Bagi perempuan seperti Laila, dunia digital adalah pintu ke dunia yang lebih besar, tempat mereka tak lagi hanya menjadi penonton tetapi aktor utama dalam cerita mereka sendiri. Itulah yang disebut sebagai manifesto pemberdayaan.

Mungkin, di masa depan, akan ada lebih banyak perempuan yang menemukan “tongkat ajaib” mereka, menghadapi tantangan dengan kepala tegak, dan menginspirasi generasi berikutnya untuk melangkah lebih jauh. Dunia digital adalah dunia di mana mimpi-mimpi seperti itu menjadi mungkin—selama kita bersedia memastikan bahwa pintu itu terbuka untuk semua.

Kunci Pemberdayaan Perempuan di Era Modern

Bagi perempuan, literasi digital menawarkan peluang besar untuk pemberdayaan, membuka akses menuju kemajuan ekonomi, pendidikan, dan sosial yang sebelumnya sulit dicapai. Namun, meski potensinya begitu besar, masih banyak perempuan yang terhambat oleh berbagai kendala struktural dan sosial yang membatasi akses mereka terhadap teknologi.

Dalam ekonomi, misalnya, literasi digital memungkinkan perempuan untuk terlibat dalam bisnis daring, memanfaatkan peluang kerja jarak jauh, atau mengikuti pelatihan keterampilan yang dapat memperkuat posisi mereka di pasar tenaga kerja. Teknologi memberikan perempuan akses ke platform seperti marketplace atau media sosial, yang memungkinkan mereka memasarkan produk dan jasa secara efektif bahkan tanpa modal besar atau keahlian teknis yang rumit.

Peluang serupa juga hadir di bidang pendidikan. Literasi digital membuka pintu bagi perempuan untuk mengakses platform pembelajaran daring seperti Coursera, Khan Academy, atau Udemy, yang menawarkan kursus dan pelatihan dalam berbagai bidang. Fleksibilitas menjadi solusi penting bagi perempuan yang sering kali terikat dengan tanggung jawab rumah tangga. Melalui teknologi, mereka dapat belajar kapan saja dan di mana saja, meningkatkan daya saing mereka di dunia kerja tanpa mengorbankan peran mereka di keluarga.

Dampak literasi digital sangatlah luas. Perempuan yang melek digital memiliki kesempatan untuk terhubung dengan jaringan global, menyuarakan pendapat mereka, dan bahkan menjadi agen perubahan dalam komunitasnya. Teknologi memberi mereka platform untuk menyuarakan isu-isu penting seperti kesetaraan gender, pendidikan perempuan, atau pemberantasan kekerasan berbasis gender. Aktivisme digital memungkinkan perempuan berperan penting dalam mengorganisasi gerakan sosial untuk masyarakat luas.

Tak hanya itu, teknologi digital juga membawa manfaat besar di bidang kesehatan. Dengan akses ke aplikasi kesehatan dan layanan konsultasi daring, perempuan dapat mengambil kendali lebih besar atas kesehatan mereka sendiri. Informasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini dapat diakses dengan mudah, membantu perempuan membuat keputusan yang lebih baik tentang kesejahteraan mereka dan keluarga.

Namun, peluang besar tentu tidak lepas dari tantangan. Banyak perempuan di daerah pedesaan atau terpencil masih menghadapi keterbatasan akses terhadap perangkat digital atau internet yang memadai. Selain itu, stereotipe gender yang menganggap teknologi sebagai domain laki-laki sering kali membuat perempuan kurang percaya diri dalam mempelajari atau menggunakan teknologi. Beban ganda akibat tanggung jawab rumah tangga juga menjadi hambatan yang sulit diatasi.

BACA JUGA  Apa Arti Hari Perempuan Muslim Internasional Bagi Saya

Keamanan digital juga menjadi tantangan serius. Banyak perempuan menghadapi risiko pelecehan daring, mulai dari ancaman hingga intimidasi berbasis gender. Lingkungan digital yang tidak aman membuat perempuan enggan berpartisipasi secara aktif di ruang daring, menghambat potensi mereka untuk memanfaatkan teknologi sepenuhnya.

Meski begitu, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Upaya seperti meningkatkan akses teknologi melalui subsidi perangkat digital atau memperluas jaringan internet ke daerah terpencil dapat menjadi solusi awal. Program literasi digital yang dirancang khusus untuk perempuan, baik melalui pelatihan langsung maupun kampanye kesadaran, juga dapat membantu mereka menguasai teknologi dengan lebih percaya diri.

Ketika perempuan memiliki literasi digital yang memadai, dampaknya akan sangat luas: meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri sekaligus membawa perubahan positif bagi masyarakat. Dalam ekonomi, mereka dapat menjadi pelaku bisnis yang tangguh atau tenaga kerja yang lebih kompetitif. Secara sosial, mereka dapat menjadi suara yang lantang dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Dan dalam inovasi, perempuan yang aktif dalam teknologi dapat memberikan perspektif baru yang mendorong terciptanya solusi kreatif bagi berbagai tantangan di era modern.

Literasi digital, pada akhirnya, bukan sekadar keterampilan teknis. Ia adalah kunci untuk membuka peluang yang tak terbatas bagi perempuan, membangun masa depan yang lebih inklusif, dan mendorong masyarakat menuju kemajuan bersama.

Meskipun teknologi digital menawarkan peluang luar biasa, perempuan di berbagai belahan dunia masih menghadapi hambatan signifikan yang menghalangi mereka memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu tantangan utama adalah terbatasnya akses ke infrastruktur digital. Di daerah pedesaan atau terpencil, konektivitas internet sering kali menjadi barang langka. Bahkan ketika jaringan tersedia, banyak perempuan tidak memiliki perangkat seperti ponsel pintar atau laptop yang mendukung kebutuhan mereka. Kesenjangan menciptakan jurang yang semakin lebar antara mereka yang bisa memanfaatkan teknologi dan mereka yang tertinggal di era digital.

Stereotipe gender menjadi tantangan berikutnya. Dalam banyak budaya, teknologi masih dianggap sebagai dunia laki-laki. Narasi tersebut membuat banyak perempuan merasa tidak percaya diri untuk belajar atau bahkan sekadar menggunakan teknologi secara mandiri. Minimnya akses ke pendidikan teknis hanya memperburuk keadaan, membuat mereka kesulitan bersaing dalam ekonomi digital yang terus berkembang.

Ruang digital yang harusnya menjadi arena pemberdayaan juga kerap berubah menjadi medan ancaman. Pelecehan daring, intimidasi berbasis gender, hingga serangan verbal sering kali dialami perempuan, menciptakan lingkungan digital yang tidak aman. Kondisi itu membuat perempuan enggan berpartisipasi aktif di ruang digital, meskipun peluang besar menanti mereka. Di sisi lain, beban ganda yang sering mereka tanggung—antara pekerjaan domestik dan tanggung jawab lain—membatasi waktu dan energi mereka untuk mengeksplorasi teknologi.

Namun, tantangan-tantangan tersebut bukan tanpa solusi. Ada banyak langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memastikan perempuan memiliki akses yang setara ke teknologi. Salah satu langkah mendasar adalah memperluas infrastruktur digital, terutama di daerah terpencil, dan menyediakan subsidi untuk perangkat teknologi. Dukungan pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif.

Pendidikan juga menjadi kunci. Program literasi digital yang dirancang khusus untuk perempuan dapat memberikan mereka keterampilan dasar hingga lanjutan, sehingga mereka lebih percaya diri menggunakan teknologi. Pendidikan formal perlu menyisipkan teknologi sebagai bagian dari kurikulum, dengan pendekatan yang sensitif gender agar mendorong partisipasi perempuan sejak dini.

Keamanan digital harus menjadi perhatian utama. Kebijakan tegas untuk menangani pelecehan daring, ditambah dengan kampanye kesadaran tentang keamanan digital, dapat menciptakan ruang digital yang lebih aman dan ramah bagi perempuan. Selain itu, figur perempuan yang sukses di bidang teknologi perlu ditampilkan lebih sering dalam kampanye publik untuk menginspirasi generasi muda.

Sektor swasta juga memainkan peran penting. Perusahaan teknologi dapat mendukung perempuan dengan menyediakan pelatihan, akses ke perangkat, atau platform khusus yang mendorong pemberdayaan mereka. Organisasi masyarakat dapat menjangkau perempuan di komunitas terpencil, memastikan mereka tidak tertinggal dalam perjalanan menuju inklusi digital.

Dampaknya sangat luas ketika perempuan memiliki literasi digital yang memadai. Dalam bidang ekonomi, mereka dapat memulai bisnis daring, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan secara aktif berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi keluarga maupun masyarakat. Secara sosial, mereka menjadi suara yang lantang dalam memperjuangkan hak-hak mereka, mengambil peran kepemimpinan, dan menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Dalam bidang inovasi, keterlibatan perempuan menghadirkan perspektif unik yang mendorong terciptanya solusi kreatif untuk tantangan sosial maupun ekonomi.

Lebih dari itu, literasi digital membantu perempuan menghadapi era modern yang penuh disinformasi, ancaman siber, dan ketimpangan informasi. Dengan teknologi di tangan, perempuan dapat mengubah cara mereka berinteraksi, berbisnis, dan belajar, membangun kehidupan yang lebih sejahtera sekaligus memengaruhi masyarakat secara positif.

Pada akhirnya, literasi digital bukan sekadar tentang memahami teknologi, tetapi juga tentang memberdayakan perempuan untuk melampaui batasan yang selama ini membelenggu mereka. Melalui kolaborasi lintas sektor dan pendekatan strategis, kita dapat menciptakan dunia digital yang lebih inklusif, di mana perempuan menjadi pengguna cum pemimpin dan inovator. Literasi digital adalah jembatan menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Dosen UNISAI Samalanga, Kandidat Doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, dan Ketua Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru