31.1 C
Jakarta
Array

Tokoh Antar Etnik Perkuat Toleransi

Artikel Trending

Tokoh Antar Etnik Perkuat Toleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Rembang-Bersamaan dengan datangnya hari toleransi internasional, tokoh antar etnik adakan kegiatan bersama di Lasem. Sejumlah dari tokoh baik lokal hingga nasional dan bahkan internasional berkumpul di Pondok Pesantren Al Hidayah Kecamatan Lasem, asuhan KH Zaim Ahmad Ma’shoem.

Pertemuan ini mengangkat tajuk pentingnya toleransi antar suku, agama, bahkan antar etnik dan kebangsaan. Kegiatan ini berupa halaqah kebangsaan yang membahas soal keindahan toleransi yang akan dimunculkan dari Lasem sebagai contoh untuk Indonesia.

Kepada media, KH Zaim Ahmad Ma’shoem menyebutkan Lasem merupakan salah satu contoh wilayah yang layak dijadikan panutan dalam hal toleransi. Berbagai etnis dan agama dapat hidup secara berdampingan dan rukun di wilayah Lasem, Rembang.

Pasalnya kegiatan ini dihadiri oleh berbagai etnik dari berbagai daerah. “Ada 4 etnis disini, ada etnis Jawa, China, Arab, juga India. Semua bertetangga dan hidup berdampingan. Juga soal agama, kita semua rukun disini,” kata Gus Zaim sapaan akrabnya, Rabu (14/11/2018).

Gus Zaim berharap, adanya kegiatan halaqah kebangsaan ini, dapat menunjukkan bahwa sejatinya toleransi dapat dipupuk dan keberagaman suku ataupun etnis dapat berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat.

 

“Di Lasem, kita memang berkeinginan bisa menjadi contoh, sebagai hubungan yang cair antar etnis antar agama, karena telah terbukti selama berabad-abad, setidaknya sejak tahun 1742 yang kelihatan dalam sejarah,” terangnya.

“Dimana ada perang, dinamakan perang sabil, yang memimpin perang itu seorang Arab, seorang pesantren, namanya Ali Baidhowi. Kemudian pemimpin teritorialnya itu seorang Chinese namanya Oei Ing Kiat. Juga mempunya tokoh lokal, Raden Panji Margono. Yang kalau sebenarnya Raden Panji Margono itu kalau dibanding saat ini bisa jadi pemimpin. Tapi saat itu tidak, menunjukkan bahwa yang terpilih berdasarkan kompetensi,” imbuhnya.

 

Hadir dalam kegiatan tersebut, ketum PBNU Said Aqil Siraj sebagai keynote speaker, Dr Mohammaed El-Hosainy seorang pakar pendidikan dari Mesir, Pendeta Tjahjadi Nugroho yang merupakan pendiri EIN Institue dan sejumlah tokoh lainnya. Sedangkan peserta, berasal dari lintas etnis, dan lintas agama.

Sementara dalam sambutannya, Said Aqil Siraj bercerita jaman dahulu Nabi Muhammad menberikan sebuah negara bukan berdasarkan konstitusi etnis, suku, ataupun agama, melainkan atas dasar keadilan.

“Nabi Muhammad membangun sebuah negara diatas konstitusi, bukan agama, bukan suku, tapi konstitusi keadilan. Platform yang namanya mutamadun, keadilan dalam hak dan kewajiban. Jadi nabi Muhammad tidak pernah mndirikan negara islam. Dan yang kedua, tidak pernah mendirikan negara Arab, tapi negara Madinah,” terangnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru