32.7 C
Jakarta
Array

Kututup Jalanmu Demi Surgaku

Artikel Trending

Kututup Jalanmu Demi Surgaku
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tingkat keimanan pada tiap zaman pasti berbeda beda, apa lagi ketakwaan pasti lebih berbeda beda. Dus apa lagi dalam teknis pelaksanaannya tiap wilayah bisa saja berbeda dan dalam Islam itu diperbolehkan karena ikhtilaf itu adalah rahmat.

Bulan puasa yang lalu saya 2 minggu berada di Eropa ( Jerman , Belgia dan Swiss ) saya menjalankan ibadah puasa lebih dri 19 jam dan sesuai ijtihad para ulama di sana selama musim panas sholat maghrib dan isya digabung di waktu maghrib pukul  22.00, karena jika sholat isya dilakukan pada pukul 01.30 maka dikhawatirkan akan menggagu kegiatan sekolah anak-anaknya di pagi harinya.  Selisih sholat antar masjid juga bisa terjadi 30 menit antar masjid di waktu subuh.

Di zaman Nabi, beliau sering menggunakan 3 jari ketika makan, ya karena yang beliau makan adalah kurma yang mudah diambil dengan jari? Bagaimana dengan orang Madura yang makan dengan soto  berkuah, dan orang Cirebon dengan nasi gentongnya ? Atau orang Jogja dengan bakmi godhognya ? .

Mestinya kita sangat bersyukur karena masih diberikan hidayah dan karunia keimanan oleh Allah padahal kita tidak pernah melihat apalagi bertemu dengan Rasul-Nya. Yang kita tau hanyalah cerita-cerita dri orang tua dan guru-guru kiai kita yang berjarak 1400 tahunan dari masa hidup Nabi dan para sahabatnya.

Gerakan kembali pada Alquran dan hadis adalah gerakan yang mulia, siapa yang tidak rindu dan mendambakan berseiring dengan sang Nabi di akhirat nanti ? Tapi harus diingat di luar itu ada ijma’ dan qiyas yang dilakukan para tabiin yang juga tidak sempat bertemu dengan Nabi langsung. Melalui para taibiin dan para ulama lah Alquran dan hadis sampai pada zaman kita dan melalui para imam madzhab pula lah kita diberikan juknis pelaksanaan dari al-Quran dan hadis tersebut .

Tapi lucunya sekarang ada sekelompok yang mengatakan “saya ingin murni kembali pada Alquran dan hadis saja” tapi dia lupa bahwa al-Quran dan hadis itu tak akan mungkin bisa sampai ke kita kalau tanpa para mujahid, ahli tafsir dan hadis di tahun 700 hingga 1900 Masehi an. Logikanya mana mungkin kita yang berada di gerbong kereta api nomor 19 langsung melompat ke lokomotif tanpa melalu gerbong 2-18 ? , kecuali mereka punya mesin waktu seperti Dora Emon.

Semangat beribadah itu baik tapi jika tidak memiliki ilmunya maka akan merugikan orang lain, shalat boleh dengan duduk bahkan bisa qoshor atau jamak tanpa menutup jalan orang lain dan itu pun sudah jelas semua dalam hadis dan ijtihad para ulama.  Tapi demi surganya mereka tega menutup jalan hajat orang lain .

Saya jadi teringat ada jamaah perempuan yang sedih karena dia merasa ibadahnya lebih sedikit daripada yang laki laki karena ada halangan tamu bulanan, Orang-orang seperti ini bisa jadi beriman tapi belum khusnudhon kepada Gusti Allah bahwa Allah maha kasih yang sangat tau dng aturan aturan yang Rasulnya berikan kepada umatnya.

Saya tidak bisa bayangkan jika tidak imbangnya antara semangat dan ilmu yang dimiliki dengan jarak yang makin jauh maka yang terjadi adalah fanatisme buta bahkan menjurus pada takfiri dan tindakakan yang naif ainnya.

Dan andaikan saja golongan-golongan mereka ini juga ikut ikutan bermain di dunia politik yang sama sekali mereka tidak pahami, yang terjadi adalah hanya akan menjadi bahan bakar bagi para elit politik yang tega menjual agama demi kepentingan kelompoknya semata .

Mari kita masuk surga tanpa harus mengganggu hajat orang lain. Mari berpolitik dengan kecerdasan maksimal biar tidak hanya menjadi tambal butuh dari hajat politik orang lain.

*Zahral Azhar Hans, Wakil Rektor Unipdu, Jombang, Jawa Timur

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru