26.1 C
Jakarta
Array

Kontroversi Tanggal Nuzulul Quran

Artikel Trending

Kontroversi Tanggal Nuzulul Quran
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah jelas kiranya Al-Quran turun pada bulan Ramadan. Ini bisa dibaca jelas dalam QS al-Baqarah [2]: 185. Redaksi turunnya Al-Quran yang digunakan oleh Allah swt dalam ayat tersebut adalah unzila bukan nuzzila. Ini berarti turunnya Al-Quran di bulan Ramadan secara satu paket bukan pisah-pisah antar ayat dan surah. Memang Al-Quran turun dari lauh al-mahfuzh ke langit dunia (bait al-‘izzah) satu paket keseluruhan Al-Quran dari al-Fatihah hingga al-Nas. Sementara ayat lain seperti QS al-Isra’ [17]: 106 yang menjelaskan penurunan Al-Quran dengan redaksi nuzzila diartikan untuk penurunan Al-Quran secara berangsur ayat per-ayat ataupun per-surah dari langit dunia (bait al-‘izzah) kepada Nabi Besar Muhammad saw sesuai kondisi kebutuhan dan peristiwa yang melatarbelakangi masing-masing ayat.

Selanjutnya yang dimaksud dengan Nuzulul Quran ada dua; turunnya ke langit dunia dan penurunan Al-Quran pertama kali kepada Nabi Muhammad saw. Keduanya itu terjadi di bulan Ramadan. Baik saat Jibril membawanya dari lauh al-mahfuzh ke bait al-‘izzah maupun saat Nabi menerima QS al-‘Alaq 1-5 di goa Hira’. Sehingga tidak ada pertentangan tentang keduanya.  Berbicara tentang persisnya tanggal berapa Ramadan Al-Quran diturunkan, ditemukan silang pendapat antar ulama. Menurut Ibnu Ishaq yang ia nukil dari al-Baqir bahwa Nuzulul Quran terjadi pada malam 17 Ramadan. Pendapat ini didasarkan pada QS al-Anfal [8]: 41 yang menyatakan jika kalian beriman kepada Allah swt dan apa yang kami turunkan pada hamba Kami pada hari al-Furqan, hari bertemunya dua kelompok; kaum Mukmin dan kaum Kafir (baca: perang Badar). Juga hadis mawquf yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dari Zaid bin Arqam. Mengingat para sejarawan Islam berpandangan bahwa perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Redaksi apa yang kami turunkan pada ayat di atas –menurut pendapat ini- dimaksudkan pada Al-Quran. Sehingga Nuzulul Quran terjadi pada bulan Ramadan Pendapat ini sangat populer di Indonesia. Hingga tanggal 17 Ramadan menjadi tanggal merah layaknya hari besar Islam lainnya. Bahkan Istana Kepresidenan melaksanakan acara kenegaraan tiap tahunnya untuk memperingati peristiwa Nuzulul Quran.

Pendapat tanggal 17 Ramadan ini dikritik oleh al-Zarqani dalam Manahil ‘Irfan. Menurutnya pendapat tersebut tidak tepat. Sebab riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa Nuzulul Quran terjadi pada malam lailatul kadar. Sedangkan lailatul kadar sendiri ada pada sepuluh malam terakhir yang ganjil, sebagaimana ‘kisi-kisi’ yang diberikan oleh Nabi saw. Beristinbat pada QS al-Anfal [8]: 41 untuk Nuzulul Quran –lanjut al-Zarqani- sangatlah tidak tepat. Sebab yang dimaksud dengan apa yang kami turunkan adalah para Malaikat, wahyu tuntunan untuk memenangkan perang Badar. Sehingga pendapat tanggal 17 Ramadan dinilainya sangat lemah.

Ada sejumlah riwayat yang menyatakan Nuzulul Quran terjadi pada malam ke-27. Sebagian ulama lainnya berpandangan itu terjadi pada malam ke 21 Ramadan. Riwayat Abu Dawud dan al-Baihaqi menyebutkan suhuf Ibrahim turun pada malam ke-3 Ramadan (versi lain malam ke-1). Kitab Taurat pada malam ke-7 Ramadan. Injil pada malam 13 Ramadan. Zabur pada malam 18 Ramadan. Sedangkan Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad pada malam 25 Ramadan. Riwayat inilah yang dijadikan pegangan oleh Al-Zuhaili saat menerangkan Nuzulul Quran yang terjadi pada malam ke-25 Ramadan. Ditambah lagi riwayat yang disandarkan kepada Ali bin Abi Thalib yang juga menyebutkan Nuzulul Quran tanggal 25 Ramadan.

Ada juga yang tidak menentukan tanggalnya hanya membatasi pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Bahkan ada juga yang memutlakkan Nuzulul Al-Quran pada semua malam-malam Ramadan.

Jika dicermati perbedaan pendapat ini bertumpu pada dua kejadian yakni perang Badar dan lailatul kadar. 17 Ramadan kepada perang Badar (QS al-Anfal [8]: 41). 25 Ramadan dan sepuluh malam ganjil terakhir kepada lailatul kadar (QS al-Qadar [97]: 1.

Alhasil perbedaan tanggal bukan suatu masalah. Jangan sampai perbedaan ini meruncing hingga timbul perselisihan antar umat Islam. Pemaparan aneka pendapat di atas ditulis untuk menambah pengetahuan tentang peristiwa Nuzulul Quran. Jangan sampai kaget dengan pendapat yang berbeda dengan pendapat yang kita ketahui sebelumnya. Sebab perbedaan itu rahmat. Wallahu A’lam [Ali Fitriana]

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru