31.8 C
Jakarta

Konflik Idlib Pasca Gencatan Senjata

Artikel Trending

AkhbarInternasionalKonflik Idlib Pasca Gencatan Senjata
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jenewa – Pasca Gencatan Senjata menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)  Konflik Idlib mulai menurut. Kondisi kawasan Suriah daerah barat laut terhitung sejak Jumat (13/3) mulai minim kekerasan. Nampaknya kondisi ini erat hubungannya dengan Turki dan Rusia yang pada pekan lalu melakukan perjanjian aman setelah gencatan senjata.

“Pengungsian dari daerah-daerah yang dekat dengan garis depan juga melambat,” kata Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), Anadolu Agency melaporkan.

“Tapi itu tidak menjadikan Idlib tempat yang aman. Situasi di barat laut tetap menjadi manifestasi paling mengkhawatirkan dari krisis Suriah saat ini. Terutama ketika Konflik Idlib memasuki tahun ke-10,” kata Laerke pada konferensi pers.

Dia mengatakan, penembakan terus dilaporkan dari daerah di sepanjang garis depan. Menurut PBB, sekitar 960.000 orang, kebanyakan dari mereka anak-anak dan perempuan. Mereka telah mengungsikan diri sejak Desember.

“Pekerja bantuan melaporkan insiden eksploitasi dan pelecehan perempuan serta gadis yang dipindahkan oleh laki-laki punya  kekuasaan seperti pemilik properti, dengan imbalan uang tunai atau bantuan materi,” kata Laerke.

“Kami juga memiliki laporan tentang wanita yang tidak bisa mandi selama beberapa minggu karena kurangnya privasi dan menolak untuk makan atau minum. Sehingga mereka tidak perlu menggunakan kamar mandi. Mereka merasa terbuka dan tidak aman,” tambahnya.

BACA JUGA  Ukraina Laporkan Rusia Menyerang dengan 20 Drone

Pengamanan Warga Suriah di Akhir Kasus Konflik Idlib

Sesuai perkiraan UNOCHA, sekitar 327.000 orang saat ini tinggal di kamp dan tenda individu. Sementara 165.000 orang di rumah atau bangunan yang belum selesai.

Selain itu, sekitar 360.000 pengungsi internal tinggal dengan keluarga angkat atau di rumah sewaan, sementara sekitar 93.000 orang tinggal di tempat penampungan kolektif, sebagian besar dikonversi dari bangunan umum seperti sekolah dan masjid. “Namun, masih ada orang yang berlindung di bawah pohon,” kata Laerke.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) yang bermarkas di Jenewa juga mengeluarkan pernyataan dan menyerukan perhatian pada kebutuhan rakyat Suriah. “Ketika krisis di Suriah memasuki tahun kesepuluh, kebutuhan orang-orang yang telah menanggung begitu banyak adalah luas dan kompleks,” kata pernyataan itu.

Lebih lanjut dalam pernyataan itu dikatakan, statistiknya sangat jelas, lebih dari 11 juta warga Suriah bergantung pada bantuan, puluhan ribu orang masih hilang, satu dari dua warga Suriah kehilangan tempat tinggal, dan setidaknya 2 juta anak terganggu pendidikannya atau tidak memiliki kesempatan bahkan untuk memulai.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru