33.8 C
Jakarta

Kompas Narasi Khilafah Tahun 2023

Artikel Trending

EditorialKompas Narasi Khilafah Tahun 2023
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tamatnya 2022 tidak menghapus episode-episode hitam di dalamnya. Masyarakat masih ingat betul, negara ini juga tidak akan lupa, pawai khilafah oleh kelompok Khilafatul Muslimin yang menggemparkan. Secara umum, masalah negara ini bukan hanya dalam aspek politik dan ekonomi, namun juga keagamaan. Masyarakat semakin regilius tetapi religiusitas tersebut bernuansa negatif dan bertentangan dengan prinsip-prinsip primordial Islam.

Lalu bagaimana keadaannya di tahun 2023? Awal tahun ini memang situasinya jauh lebih kondusif daripada awal tahun yang sudah-sudah. Sementara kalangan menganggap, kelompok teroris sudah lagi bukan ancaman karena keberhasilan seluruh pihak dalam pemberantasan terorisme. Tahun 2023 akan menjadi tahun yang lebih soft daripada tahun 2022, yang disinyalir dengan penurunan indeks radicalism-terorism, juga narasi khilafah alias negara Islam.

Survei BNPT bersama FKPT, Puslitbang Kemenag, Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution (CICSR), Nasaruddin Umar Office, The Nusa Institute, Daulat Bangsa, dan Alvara Research Institute mencatat, Indeks Potensi Radikalisme pada 2022 sebesar 10 persen atau turun 2,2 persen, dari 12,2 persen pada 2020. Ini di level nasional.

Adapun laporan Global Terrorism Index (GTI) 2022 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-24 dari daftar negara paling terdampak terorisme. Skor indeks terorisme global 2022 Indonesia tercatat memiliki skor 5.5 poin. Afghanistan menempati posisi teratas dengan skor 9.109 poin, disusul Irak (8.511 poin), Somalia (8.398 poin), Burkina Faso (8.27 poin), Suriah (8.25 poin), Nigeria (8.233 poin), Mali (8.152 poin), Nigeria (7.856 poin), dan Pakistan (7.825 poin) di peringkat Top 10.

Kendati demikian, indeks nasional dan global tersebut memiliki margin error yang tidak bisa disepelekan. Itu karena yang tak terindeks mencakup aktor yang bergerilya di dunia maya, yang hampir tidak terlacak, dan merupakan kelompok militan yang cerdas. Mereka yang luput dari indeksasi kemudian menentukan arah wacana nasional tentang khilafah. Dari situlah, kontra-narasi mesti menempuh jurus sejenis agar efektivitasnya juga signifikan.

Pada 2023, narasi khilafah tidak bertolak pada upaya menyuguhkan dalil-dalil normatif pentingnya negara Islam. Titik tolak narasi khilafah tahun ini dan ke depan adalah situasi politik nasional. NKRI dengan segala persoalannya dijadikan bahan untuk memprovokasi masyarakat bahwa negara ini dan sistem pemerintahannya tidak ideal. Hutang negara, UU polemis, hingga kontroversi ketokohan adalah trinitas narasi khilafah dalam tren kekinian yang efektif.

BACA JUGA  Komitmen Capres dalam Pemberantasan Terorisme

Lalu, siapa kemungkinan aktornya? Narasi khilafah ke depan akan lebih banyak diaktori para aktivis HTI. Mereka akan bergerak di semua lini media sosial, terutama TikTok, dengan nama samaran yang sama sekali tidak akan diketahui identitasnya. Tidak ada akun resmi atas nama organisasi atau komunitas. Tidak akan ada juga akun personal yang menampakkan identitas ke-HTI-annya. Melalui jurus tersebut, narasi khilafah tersebar ke seluruh Indonesia.

Sementara itu, tema propagandanya benar-benar tajam dan mudah diterima kalangan pemuda. Pelaku diseminasi narasi khilafah berangkat dari kegelisahan generasi muda dan menyarankan penegakan khilafah sebagai satu-satunya solusi. Sebagai contoh, yang terkini, adalah kontroversi UU Cipta Kerja yang dinilai merugikan buruh. Narasi khilafahnya adalah bahwa negara ini digerogoti kapitalisme yang merugikan seluruh masyarakat. Khilafah solusinya.

Apakah Wahabi tidak menjadi ancaman sebagai penebar narasi khilafah? Tidak. Wahabi fokus terhadap isu pemurnian Islam dan isu Daulah. Narasi mereka sekalipun konsisten dan berbahaya untuk NKRI tidak bisa mengalahkan masifnya gerilya narasi khilafah dari HTI. Karena itu, penting untuk digarisbawahi, dengan melihat kompas narasi khilafah tersebut, kontra-narasi memerlukan jurus-jurus alternatif yang tidak blunder dan justru diterima seluruh khalayak publik.

Kompas narasi khilafah berdasarkan uraian di tersebut diklasifikasi menjadi dua. Pertama, menjadikan media sosial sebagai basis pergerakan utama. Akun-akun personal akan digunakan untuk menebar propaganda naratif khilafah di Indonesia. Kedua, menjadikan ekonomi-politik sebagai topik utama untuk memprovokasi masyarakat dengan pemerintah di satu sisi dan mengikis total kepercayaan rakyat terhadap negara di sisi lainnya.

Kompas narasi khilafah tahun 2023 mengarah pada momentum 100 tahun keruntuhan Turki Utsmani yang diklaim sebagai keruntuhan khilafah Islam. Maka, hingga 2024 mendatang, narasi khilafah akan semakin masif hingga ke titik paling maksimal. Hingga khilafah tegak di Indonesia. Jika itu tidak terjadi, paling tidak rakyat dan negara tidak akur dan NKRI hancur dengan sendirinya. Semua ini merupakan fenomena buruk yang mesti jadi konsentrasi negara selama 2023 hingga 2024 mendatang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru