27.6 C
Jakarta

Khilafatul Muslimin (KM) dan Misi Keorganisasiannya yang Harus Diwaspadai

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanKhilafatul Muslimin (KM) dan Misi Keorganisasiannya yang Harus Diwaspadai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Akhir-akhir ini jagat media sosial dihebohkan dengan munculnya organisasi radikal yang mirip secara ideologi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Organisasi yang dimaksud adalah Khilafatul Muslimim (KM) yang didirikan oleh Abdul Qadir Hasan Baraja.

Beberapa hari kemarin tepatnya naiknya isu kemunculan KM, terjadilah perdebatan yang cukup hangat antara Baraja sebagai pendiri KM dan Islah Bahrawi sebagai aktivis kontra-radikalisme. Perdebatan yang cukup hangat di stasiun televisi membuat kita bertanya-tanya: “Seberapa besar pengaruh KM terhadap negeri ini?”

Radikalisme, meski kata sebagian pengamat merupakan isu yang kecil tapi dibesar-besarkan, tidak dapat dianggap remeh. Kapal terbesar Titanic tenggelam karena menabrak gunung es yang dianggap sepele sebagai gunung yang kecil kelihatannya di permukaan padahal besar di bawah laut.

Belajar dari kasus tenggelamnya Kapal Titanic, pemerintahan Jokowi merespons serius terkait radikalisme. Tak heran sederet organisasi radikal berbaju agama dibubarkan dan salah satunya adalah HTI. Sikap tegas pemerintah tak lain dan tak bukan hanya untuk melindungi eksistensi negeri dari para perusak itu.

Ketegasan pemerintah tidak akan surut dengan hadirnya KM yang jelas-jelas mengampanyekan tegaknya Khilafah untuk menggantikan ideologi Pancasila. Apalagi, KM dibangun dengan sistem yang cukup solid. Di sana terstruktur dengan jelas, mulai Khalifahnya Baraja hingga amir-amir di masing-masing wilayah di Indonesia, di antaranya, Amir Lampung Timur Fathul In’am, Amir Lampung Utara Zainal Arifin, dan seterusnya.

Bahkan, deretan kegiatan KM terstruktur dengan cukup rapi. Misal, kegiatan kaderisasi yang meliputi: Kaderisasi gelombang I tahun 2000 hanya diikuti oleh satu kemas’ulan dengan 30 peserta di Teluk Betung, Lampung; Kaderisasi gelombang ke II diadakan pada tahun 2001 di Lampung dengan diikuti dua kemas’ulan dengan 40 peserta; dan seterusnya.

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Selain kegiatan kaderisasi, juga ditulis secara tegas ambisi-ambisi didirikannya KM. Di antaranya, mewadahi ummat Islam dalam berjama’ah melalui sistem kekhalifahan dan disebut Kekhalifahan Kaum Muslimin (Khilatul Muslimin) yang dipimpin oleh seorang Khalifah / Amirul Mu’minin; dan mengubah ideologi Pancasila.

Terbentuknya struktur organisasi KM, misi-misinya, dan kiblat ideologinya menunjukkan bahwa KM hadir dengan cukup serius untuk menyerang keutuhan NKRI. Maka dari itu, tidak dapat dianggap sepele kemunculannya. Pemerintah harus bersikap tegas mencegah KM dengan satu-satunya cara: dibubarkan.

Pembubaran KM, jika meminjam bahasa Gus Dur, persis seperti membakar lumbung tikus, karena tikusnya sudah menguasai lumbung. Membiarkan KM beraktivitas persis dengan membiarkan penyakit tanpa mengobatinya. KM adalah penyakit yang segera diobati dan KM adalah lumbung kelompok radikal berkuasa.

Ancaman KM terhadap masa depan Indonesia jelas nyata. Buktinya, ada beberapa orang-orang KM yang terlibat dalam aksi-aksi terorisme. Di antaranya, pendirinya sendiri Baraja yang terlibat dalam kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985; dan dua anggota KM, yaitu Surya Juniawan dan Nofal Agus Syahroni yang keduanya ditangkap dalam kasus penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto (jaringan Abu Zee dan Abu Rara).

Sudah jelas, bahwa KM bukanlah organisasi yang dapat dibenarkan. Ideologi KM bagaimana pun alasannya tetap menggiring anggotanya terlibat dalam aksi-aksi terlarang terorisme. Sedangkan, terorisme adalah musuh bersama. Bahkan, semua agama, termasuk Islam melaknatnya. Ayo selamatkan negeri ini dari ancaman radikalisme-terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru