31.3 C
Jakarta

Khilafatul Muslimin (2); Ideologi dan Gerakannya Menjurus Terorisme

Artikel Trending

Milenial IslamKhilafatul Muslimin (2); Ideologi dan Gerakannya Menjurus Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah mengulas bahwa Khilafatul Muslimin—kelompok islamis yang beberapa hari konvoi khilafah—adalah kumpulan orang-orang khilaf, selanjutnya menarik diulas ihwal ideologi dan gerakan organisasi tersebut. Bagaimanapun, ia tidak berada begitu saja: pasti ada agenda besar di baliknya. Namun, ketimbang sebatas profiling, membahas ideologi dan gerakan Khilafatul Muslimin lebih diorientasikan untuk mengungkap satu fakta, yaitu betapa dekatnya ia dengan terorisme.

Sebenarnya, untuk mengungkap cita-cita politik suatu kelompok, mengkaji pendirinya sudah cukup. Namun pembahasan tentang tokoh Khilafatul Muslimin akan ada pada tulisan yang akan datang. Karenanya, fokus bagian ini adalah mengungkap ideologi dan gerakan an sich. Ada tiga fakta penting tentang Khilafatul Muslimin versi BNPT. Pertama, visi dan ideologi dengan HTI. Kedua, pendirinya eks-NII. Ketiga, cika-bakal teroris. Apakah ketiganya benar semua?

Khilafatul Muslimin menganut ideologi Pan Islamisme. Ancaman yang perlu diwaspadai ialah, kelompok tersebut bercita-cita mengubah ideologi Pancasila. Pola gerakannya memanfaatkan majelis taklim, kaderisasi eksekutif, dakwah, dan jihad. Khilafatul Muslimin punya target perjuangan jangka panjang, yaitu tegaknya khilafah islamiyah. Organisasi yang didirikan oleh ustaz Abdul Qadir Baraja tersebut memperoleh pendanaan melalui iuran anggota, zakat, infak, dan sedekah.

Ormas mainstream telah menolak Khilafatul Muslimin secara mentah-mentah. Muhammadiyah, misalnya, meminta warga tak terpengaruh karena tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sekjend Muhammadiyah, Abdul Mu’ti juga mengapresiasi langkah kepolisian yang bertindak cepat begitu video terkait konvoi ‘kebangkitan khilafah’ viral. Namun dia juga meminta aparat berhati-hati dalam menyimpulkan aksi tersebut.

Selain Muhammadiyah, PBNU juga memiliki pandangan serupa. PBNU menilai Khilafatul Muslimin ingin memecah belah bangsa, sehingga para aktornya perlu dipanggil dan ditertibkan, diberi wawasan kebangsaan bahwa ideologi khilafah bertentangan dengan konsensus nasional NKRI. Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, ide khilafah hanya akan membuat kekacauan, dan memimpikan semua negara dalam satu khalifah adalah utopia—hal yang tidak masuk akal.

Artinya, secara ideologi, Khilafatul Muslimin dapat penolakan karena mengancam ideologi negara yang sah. Sementara secara gerakan, ia juga mendapat resistansi yang kuat karena mengafirmasi makar. Namun demikian, apakah Khilafatul Muslimin akan menjadi trajektori terorisme?

Sebaran Ideologi Teror

Teror sebagai sebuah aksi tidaklah monolitik. Ia bisa dipengaruhi sejumlah faktor, seperti kesenjangan ekonomi, dendam politik, dan lainnya. Teror juga bisa menjadi konsekuensi ideologi tertentu, yakni bagaimana sebuah ideologi memiliki doktrin yang mengarah pada, atau berpotensi untuk, aksi teror. Dalam konteks ini, Pan Islamisme adalah contoh yang pas. Semua organisasi yang menarasikan khilafah menganut islamisme, dan islamisme sebagai ideologi sering kali mendukung aksi teror.

Namun, sebagai sebuah ideologi yang independen, terorisme adalah akumulasi faktor-faktor di atas yang terutama diprakarsai oleh cita-cita kembali pada kejayaan Islam di masa Dinasti Umayyah hingga Turki Utsmani—ketika Islam mendominasi peradaban dunia selama kurang lebih sepuluh abad. Para teroris menjadikan aksi teror sebagai sesuatu yang wajib, yang niscaya, dan yang dimandatkan Islam. Mereka semua kemudian dikenal sebagai penganut teror sebagai ideologi, yakni terorisme.

Ideologi teror selalu mengaku berasal dari ajaran Islam, demi Islam, dan untuk Islam sendiri. Doktrin teror mereka sangat kompleks; Al-Qur’an dan hadis sebagai legitimasi transenden, terutama nas yang secara tekstual kasar dan membenarkan kekerasan atau ekstremitas; dan situasi politik di mana umat Islam dirasa terbelakang, didiskriminasi, dijajah, dan dikalahkan oleh—meminjam bahasa mereka—para Salibis Barat yang kafir. Terorisme memang sedemikian kompleks.

BACA JUGA  Menguji Konsistensi Etika dan Toleransi Muslim Indonesia

Lalu bagaimana dengan Khilafatul Muslimin? Ideologi mereka jelas: islamisme, namun apakah ideologi tersebut menggerakkan para aktivis Khilafatul Muslimin untuk melakukan teror? Bukankah konvoi khilafah kemarin hanya sebarkan poster belaka dan bukan sebarkan ketakutan untuk masyarakat? Mengapa pemerintah serta ormas mainstream seperti Muhammadiyah dan NU bersikap resisten dengan ideologi yang Khilafatul Muslimin anut?

Terorisme Menuju Khilafah

Masalah terbesar konvoi khilafah oleh Khilafatul Muslimin di Cawang kemarin bukanlah pada apa yang mereka sebarkan di jalan, melainkan pada “dasar/asas perbuatan” di satu sisi dan “tujuan/ghayah perbuatan” di sisi lainnya. Apa yang mendasari Khilafatul Muslimin melakukan aksi tersebut dan apa tujuan utama di baliknya, adalah masalah penting yang harus diungkap ke publik. Bagaimanapun, suatu ideologi pasti memantik gerakan, begitu pula suatu gerakan pasti didorong oleh ideologi tertentu.

Visi utama pergerakan Khilafatul Muslimin adalah “memakmurkan bumi dan mensejahterakan umat demi tercapainya keadilan Islam bagi seluruh makhluk Allah swt.” Visi tersebut diklaim tidak mungkin terwujud jika umat Islam tidak menjalankan hukum-hukum Allah Swt., yakni sistem Islam, yaitu khilafah islamiyah. Dalam visi mereka, terciptanya keadilan bagi seluruh makhluk akan dapat mencegah terjadinya kezaliman, sehingga menjadikan umat mencapai kesejahteraan lahir dan batin.

Sementara misi pergerakan Khilafatul Muslimin adalah “rahmatan li al-‘alamin”, yakni menjadi rahmat bagi semesta dengan menegakkan khilafah islamiyah. Didirikan oleh ustaz Abdul Qadir Hasan Baraja yang sekaligus menjadi Khalifah, atau disebut pula Amirul Mukminin, pada Jum’at 13 Rabiul Awal 1418 H atau 18 Juli 1997 M, Khilafatul Muslimin menarik karena dua poin dasar organisasinya sebagai berikut:

  1. Jemaah/Khilafatul Muslimin akan berusaha maksimal untuk mewujudkan kerjasama antarumat manusia sesuai ajaran Islam demi keadilan dan kesejahteraan mereka serta kelestarian alam semesta (rahmatan lil ‘alamin)
  2. Jemaah/Khilafatul Muslimin cinta akan kedamaian dan tidak akan melancarkan permusuhan apalagi peperangan terhadap golongan manapun; kecuali hanya berkewajiban membela diri dari serangan kelompok/golongan yang memerangi

Kedua poin tersebut seolah mengindikasikan Khilafatul Muslimin sebagai organisasi islamisme yang pasif, non-agresif dan non-agitatif, serta berbeda dari organisasi islamisme takfiri. Namun pada saat yang sama, Khilafatul Muslimin menjadikan khilafah islamiyah sebagai sistem tunggal dan berbeda dari demokrasi. Organisasi tersebut punya anggaran dasar tersendiri, dengan struktur yang lengkap, yang tidak mengekor pada NKRI, Pancasila, apalagi demokrasi.

Seperti ada kontradiksi antara ideologi dan gerakan Khilafatul Muslimin: bagaimana mungkin ia mengaku ingin menegakkan khilafah islamiyah tapi pada saat yang sama mungkir akan melakukan teror? Adalah jelas bahwa cita-cita penegakan khilafah itu sama dengan melawan pemerintahan, dan pasti mengarah pada makar, yakni dengan cara melemahkan atau bahkan merombak pemerintahan yang sah. Tujuan khilafah islamiyah itulah yang berpotensi memantik terorisme.

Dengan demikian, mustahil Khilafatul Muslimin tidak mendukung terorisme. Terorisme menjelma sebagai jalan menuju tegaknya khilafah. Mungkin istilah yang dipakai bukan teror, melainkan jihad melawan musuh Allah swt. Namun artinya sama saja, Khilafatul Muslimin mempunyai ideologi dan gerakan yang mengarah pada aksi-aksi teror. Kemarin sudah berani terang-terangan konvoi khilafah. Dengan lima ribu anggotanya hari ini dan akan terus bertambah, apakah nanti setelah kekuatan mereka telah siap, Khilafatul Muslimin tidak akan makar atau melakukan teror? Berhati-hatilah dengan mereka.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru