31.1 C
Jakarta

Khatib Jumat Tidak Boleh Provokatif dan Agitatif

Artikel Trending

AkhbarDaerahKhatib Jumat Tidak Boleh Provokatif dan Agitatif
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Palembang-Sebagai seorang muslim, menjalankan ibadah shalat Jumat merupakan kewajiban yang mesti dijalankan satu pekan sekali. Belakangan muncul berbagai keluhan yang disampaikan jamaah kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Selatan terkait khutbah yang provokatif.

Para jamaah di beberapa Masjid di Kota Pempek tersebut merasa konten khutbah yang disampaikan melalui bahasa Indonesia itu telah menjurus kepada provokatif. Mereka khawatir persoalan ini menjadi pemicu perpecahan antar umat beragama di kawasan Selat Sunda tersebut.

Untuk merespons keluhan dari masyarakat, pada bahtsul masail yang digelar Rabu (21/8) kemarin, PWNU Sumsel mengangkat masalah khutbah provokatif. Kegiatan yang menghadirkan beberapa kiai sepuh di Sumsel itu dilaksanakan di Kantor PWNU Sumsel di Palembang, Sumatera Selatan.

Ketua PWNU Sumsel, Kiai Heri Candra mengatakan, masalah itu diangkat karena sudah banyak yang mengeluh dan menyoroti terkait khatib yang memasukan materi dakwahnya bernuansa provokatif.

Menurut dia, persoalan ini serius untuk dibahas karena ada kelompok tertentu yang sengaja menciptakan perpecahan. Jangan sampai masalah tersebut memperparah dinamika yang ada.

BACA JUGA  Eks Napiter Apresiasi Upaya BNPT dalam Pengembangan KTN untuk Kesejahteraan

“Kenapa masalah ini dibahas, karena banyak masyarakat terprovokasi dan mengakibatkan perpecahan di kalangan umat islam,” katanya kepada NU Online, Kamis (22/8).

Ia menilai, sudah saatnya masyarakat ikut bergerak menjadi penyebar Islam ramah bukan Islam marah. Dengan menggali ajaran-ajaran Islam secara benar dari narasumber utama yakni kiai.

“Menurut saya, khutbah seperti itu sudah keluar dari rukun khutbah itu sendiri,” tuturnya.

Bahtsul masail kali ini suasananya lebih hidup dan ramai, hal itu karena forum para kiai tersebut dihadiri  oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Gubernur Sumsel Herman Deru, dan puluhan jamaah lain.

Dalam sambutannya, Gubernur Deru meminta kepada NU untuk komitmen membangun peradaban bangsa yang ramah. Melalui gagasan keilmuan yang dimiliki kiai-kiai NU. Maka, untuk mengimplementasikan itu, Gubernur Deru siap memfasilitasi adanya Muktamar ke-34 NU di Sumatera Selatan.

“Insyallah kami siap memfasilitasi kiai,” ujarnya di hadapan Kiai Miftachul Akhyar dan ratusan jamaah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru