26.5 C
Jakarta

Khalid Basalamah: Potret Dai Gegabah yang Berbakat Memecah-Belah

Artikel Trending

KhazanahOpiniKhalid Basalamah: Potret Dai Gegabah yang Berbakat Memecah-Belah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Khalid Basalamah. Siapa yang tidak mengenalnya? Dia merupakan salah seorang penceramah yang ucapan-ucapan ‘anti salah’nya kerap bertebaran di setiap dinding media sosial, Instagram, Facebook, Tik Tok, semuanya. Kata-katanya bak menyihir seuprit fans fanatik untuk semakin mencintai, mengelu-elukan dan membanggakannya di hadapan orang lain.

Salah satu ciri yang menonjol dari Khalid Basalamah, juga mereka yang sejenis dengannya, ialah senantiasa menganggap buruk hal-hal yang berkaitan dengan budaya lokal, yang dalam penilaiannya tidak berhubungan dengan Islam. Dia tidak pernah melihat bagaimana budaya itu terbentuk dan bagaimana budaya itu difungsikan.

Tidak perlu mencari bukti ke berbagai tempat, untuk membuktikannya sangat mudah. Dalam sebuah pengajian di salah satu masjid di Jakarta di mana dia menjadi penceramah di dalamnya, seorang jemaah bertanya terkait status keharaman wayang.

Lantas Basalamah menjawab bahwa kalau memang wayang merupakan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia, maka yang demikian cukup menjadi kenangan, bukan untuk dilakukan/dilestarikan sebab dalam Islam dilarang. Lebih jauh dia mengatakan bahwa siapa yang memiliki wayang, maka musnahkanlah.

Jika dirangkai menjadi kalimat tidak langsung, nampaknya demikian perkataan Basalamah kala itu. Hal ini mengandung arti bahwa wayang adalah budaya yang diharamkan dan dilarang oleh Islam, karenanya harus dimusnahkan. Namun dalam klarifikasinya, Khalid Basalamah tidak mengakui bahwa dirinya mengharamkan wayang pada saat menjawab pertanyaan tersebut.

Mohon maaf, ini konyol. Izin menyampaikan, ini bukanlah klarifikasi melainkan pembelaan pribadi. Klarifikasi itu memperjelas ucapan atau tindakan sebelumnya dengan ucapan atau tindakan setelahnya. Adapun yang dilakukan Basalamah belakangan bukanlah memperjelas melainkan membuat ucapan baru yang jauh dari kandungan ucapan sebelumnya.

BACA JUGA  Kaffah Tanpa Khilafah, Kenapa Tidak?

Sebenarnya, tanpa berbicara demikian pun, Khalid Basalamah has been detected bahwa dirinya memang begitu, pasti begitu. Bahkan andai saja dikumpulkan orang-orang yang sejenis dengannya dalam sebuah pertemuan, sudah barang tentu mereka sepakat dengan pengharaman wayang. Pasti. Itu keyakinan mereka, tidak masalah. Namun akan menjadi masalah jika mereka menyebarkannya ke kalangan publik.

Hal-hal yang secara sekilas nampak tidak berhubungan dengan Islam, nampaknya akan menjadi diktum bahwa yang demikian haram. Alur berpikir yang semacam ini sangat sederhana, mudah namun gegabah. Imbasnya, seperti yang kita lihat, berapa banyak golongan dan budaya yang dibid’ahkan dengan alasan amalan dan aktivitasnya tidak dilakukan oleh Rasulullah. Gegabah.

Kerangka berpikirnya memang begitu, saya dapat menyebutnya kaku dan saklek. Mereka kerap menunggalkan teks tanpa mendialogkannya dengan konteks. Bagi mereka, teks adalah hukum. Sementara menurut jumhur, teks merupakan sumber hukum. Saat teks mengutarakan suatu masalah, penggali hukum akan mencari latar belakangnya. Demikianlah seharusnya, tidak gegabah.

Khalid Basalamah Cs seharusnya bijak dalam melihat dan berbicara. Bangsa Indonesia yang super majemuk ini, bahkan umat Islamnya sendiri, terdiri dari berbagai unsur dan elemen. Mereka tidak berada di negara yang umatnya homogen. Jadi, reaksi masyarakat yang seperti ini sangat wajar. Kejadian ini semoga membuat Khalid and friends tidak lagi gegabah dalam berceramah.

Berapa banyak ulama yang lebih mumpuni di luar sana yang sama sekali tidak pernah membid’ahkan bahkan mengharamkan wayang. Mereka para kekasih Allah bahkan berterima kasih kepada penggagas wayang karena telah mengislamkan banyak orang. Jika bukan karena sebab mereka, belum tentu umat Islam Indonesia akan sebanyak ini. Tolong camkan itu, Khalid Basalamah.

Azis Arifin, M.A
Azis Arifin, M.A
Alumni SPs UIN Jakarta. Alumni Ponpes Asy-Syafe'iyah Purwakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru