Harakatuna.com. Untuk kesekian kalinya, Khalid Basalamah (KB) kepergok mengisi kajian dan khutbah jum’at di masjid instansi pemerintah. Tidak main-main, kemarin, 27/06, laman okezone menampilkan berita KB khutbah jum’at di masjid Mako Pampampres. Berita tersebut diambil dari channel youtube milik KB. Sempat ramai di media sosial.
Pengurus masjid Mako Paspampres membantah KB khutbah jumat pada tanggal 25/7. Karena, masjid Mako Paspampres tidak menyelenggarakan shalat jumat pada tanggal tersebut, mengikuti edaran pemerintah terkait covid 19. KB memang pernah khutbah jumat di masjid Mako Paspampres, pada tanggal 7/02/2020. Setelah itu, tidak pernah lagi.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa channel KB baru mengunggah video tersebut dua hari yang lalu. Padahal kejadiannya setahun yang lalu. Channel KB telah menghapus dari list video, barangkali sebagai respon terhadap netizen dan klarifikasi dari pengurus masjid Mako Paspampres. Sebelumnya, manuver serupa juga terjadi pada bulan ramadlan yang baru lalu, dimana KB kepergok mengisi pengajian di masjid Polairud Tanjung Priok.
Tidak mustahil sebenarnya masih ada masjid-masjid aparat negara yang dimasukinya, namun tidak terpublikasi. Bahkan mungkin lebih banyak lagi masjid-masjid aparat yang jajali oleh kolega, murid, dan jamaahnya. Yang jelas, blusukan KB ke masjid-masjid pemerintah sangat berbahaya, karena KB seorang penganut paham Wahabi sejati.
Seorang Wahabis, dipastikan intoleran karena wahabisme membagi umat Islam menjadi dua golongan besar. Dalam aqidah, wahabiyah membagi umat Islam menjadi ahlu tauhid dan ahlu syirik. Yang dimaksud dengan ahlu tauhid adalah orang-orang yang meyakini aqidah wahabiyah. Selain itu, termasuk ahlu syirik.
Dalam syariah, wahabiyah membagi umat Islam menjadi ahlu sunnah dan ahlu bid’ah. Yang mana ahlu sunnah adalah orang-orang menganut fiqih wahabiyah, sedangkan di luar itu dianggap ahu bid’ah. Dalam pemerintahan, wahabisme membagi pemerintah umat Islam menjadi dua golongan, golongan ulil amri dan golongan thaghut. Golongan ulil amri yaitu pemerintah yang menerapkan hukum Allah versi wahabiyah, sedangkan thaghut adalah pemerintah yang menegakkan hukum buatan manusia atau hukum yang tidak diambil dari fiqih wahabiyah.
Syirik, bid’ah dan thaghut, tiga perbuatan maksiat yang paling besar dosanya. Allah swt dan Rasul-Nya sangat membenci pelaku dari perbuatan-perbuatan tersebut. Pelakunya adalah musuh-musuh Allah swt dan Rasul-Nya. Seorang wahabis memandang orang-orang di luar kelompoknya sebagai ahlu syirik, ahlu bid’ah dan thaghut. Mereka memandang rendah dengan tatapan penghinaan kepada orang-orang di luar kelompoknya, sambil memendam rasa marah dan benci. Seolah-olah pandangan mereka mewakili pandangan Allah swt dan Rasul-nya.
Pada kenyataannya, dakwah wahabi acap kali menyalakan api permusuhan di dada umat. Perasaan-perasaan buruk ditebar dan disebar di tengah-tengah masyarakat atas nama tauhid, sunnah dan melawan thaghut. Mulai terjadi benturan perasaan antar warga masyarakat. Hubungan sesama warga merenggang. Perasaan mereka terbelah. Timbul rasa saling benci dan marah. Lalu muncul benih-benih konfilk. Saling bully. Berujung kepada bentrokan fisik. Akhirnya, umat jadi terpecah, hancur tanpa sadar.
Tanpa disadari, di balik penjelasan dari ayat dan hadits yang disampaikan, seorang wahabis menyisipkan dan meyusupkan perasaan marah dan benci kepada orang lain di luar kelompoknya. Sungguh sangat mengerikan bila suasana kebatinan penuh amarah murka dan kebencian tertanam di dalam dada-dada aparat negara. Sedangkan mereka adalah kelompok yang pemegang senjata. Satu orang aparat bersenjata bermutasi menjadi wahabis, lebih berbahaya ketimbang 100 wahabis sipil. Belum terlambat untuk menghentikan manuver KB di masjid-masjid pemerintah, sipil dan militer.