27.1 C
Jakarta

KH Abdullah Syukri Zarkasyi dan Amanat Islam Moderat Untuk Kita

Artikel Trending

Milenial IslamKH Abdullah Syukri Zarkasyi dan Amanat Islam Moderat Untuk Kita
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Innālillāh wa innā ilayh rāji‘ūn. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr (HC) KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Lc., MA. meninggal dunia, pada Rabu (21/10) kemarin, pukul 15.50 WIB di Rumah Gontor, pada usia 78 tahun. Ulama kelahiran 19 September 1942 itu merupakan putra pertama trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor: KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi. KH Abdullah Syukri memimpin Gontor bersama KH Hasan Abdullah Sahal dan KH Syamsul Hadi Abdan.

Jenjang pendidikan KH Abdullah Syukri Zarkasyi ditempuh di Gontor. Setelah tamat KMI Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1960, ia melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hingga mendapatkan gelar Sarjana Muda tahun 1965. Gelar Lc ia dapat dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, tahun 1976, dan mendapat gelar MA pada 1978 di almamater yang sama. Sementara Gelar Doctor Honoris Causa ia dapat pada 2005 dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagai ulama modern, KH Abdullah Syukri Zarkasyi memiliki pengalaman organisasi dan pengalaman studi banding ke banyak Negara. Dirinya pernah menjadi Pengurus HMI Cabang Ciputat, Ketua MUI Kab. Ponorogo, Dewan Penasehat MUI Pusat. Pernah juga KH Abdullah Syukri Zarkasyi melakukan studi tur ke Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Thailand, India, Belgia, Jerman, Prancis, London, serta berpartisipasi dalam International Visit Program di Amerika Serikat.

Beberapa karya ilmiah yang pernah ditulis, di antaranya Pola Pendidikan Pesantren Sebuah Alternatif, Strategi dan Pola Manajemen Pendidikan Pesantren, Pendidikan Pesantren di Era Modern, dan Peran Agama dan Budaya Islam dalam Mendorong Perkembangan Iptek: Iptek di  Pondok Modern Darussalam Gontor. Produktivitas KH Abdullah Syukri Zarkasyi memberikan satu fakta penting: ulama modern dengan pandangan keberislaman yang moderat merupakan oase keteladanan.

Oase Keteladanan KH Abdullah Syukri Zarkasyi

Tidak banyak catatan tentang KH Abdullah Syukri Zarkasyi. Tetapi dalam setiap memoriam yang ada, selalu mengandung oase keteladanan; kepemimpinan, kebeislaman yang santun-mengayomi.  Salah satu santrinya, Ahmad Fuadi, penulis novel best seller Negeri 5 Menara berkisah tentang sosok KH Abdullah Syukri Zarkasyi:

…Seingat saya, Pak Syukri selalu membanggakan santrinya, membesarkan hati kami, dan kami selalu dianggap anak-anak terbaiknya. Kalau beliau sudah naik podium, sudah pasti seisi aula bisa gemuruh oleh tepuk tangan atau oleh suara ketawa kami mendengar humornya. Tapi begitu suara ketawa hilang, sesaat kemudian beliau mengubah nada bicara, jadi tegas. Kami seketika memasang muka serius, karena saat itu Pak Syukri menuntut kami mengerahkan segala upaya dan doa untuk menjadi yang terbaik. Beliau memang tak kenal tawar menawar untuk hasil yang terbaik, yang tercepat, yang terdepan. Target dan mimpi-mimpinya besar. Dan energi itu mengalir ke kami, untuk juga berani bermimpi besar. Mimpi yang ditumpangkan sepenuhnya pada doa, pada usaha, pada keikhlasan. Biasanya, selepas mendengar wejangannya, rasanya kami bagai bisa terbang dan melakukan apa saja…

BACA JUGA  Kelucuan Pengedar Khilafah dalam Menanggapi Perbedaan Awal Bulan Puasa

Keluasan wawasan KH Abdullah Syukri Zarkasyi, ketawadhuan sikapnya, dan karisma khasnya sebagai pemimpin pesantren modern merupakan sesuatu yang sangat dirindukan. Bukan hanya bagi alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, melainkan oleh seluruh umat. Seperti kita tahu, di negeri ini, Gontor adalah kiblat pesantren modern yang bukan saja telah melahirkan tokoh-tokoh besar, melainkan juga mengilhami lahirnya pesantren modern lainnya di Indonesia.

Filsafat hidup KH Abdullah Syukri Zarkasyi ialah, “Apabila dalam tempo 5 tahun atau 8 tahun, seorang pemimpin tidak ada prestasi, berarti dia tidak pernah ada kerja keras.” Memimpin Gontor selama 35 tahun, 1985-2020, prestasi kepemimpinannya membawa Gontor ke dalam kejayaan abadi sebuah pesantren modern. Dilansir dari web resminya, tercatat, hingga kini Gontor memiliki 20 kampus, dengan rincian 12 kampus putra dan 8 kampus putri, tersebar di seluruh pelosok Nusantara.

Apakah oase keteladanan dalam diri KH Abdullah Syukri Zarkasyi sekadar untuk memperluas pesantren belaka? Tentu saja tidak. Di balik kegigihannya mengembangkan Gontor, tersirat amanat untuk kita, yaitu amanat untuk me-Nusantara-kan pendidikan kepesantrenan yang modern. Amanat untuk membumikan Islam progresif, menjunjung tinggi intelektualitas Muslim, memasyarakatkan Islam moderat. Tetapi, sanggupkah kita menerima amanat-amanat luhur tersebut?

Islam Moderat dari Gontor

Apakah kita kenal, atau setidaknya tahu Kiai Idham Cholid yang mendapat gelar Pahlawan Nasional? Apakah kita termasuk penyuka pemikiran pembaharuan Nurcholish Madjid? Pernahkah kita dengar humor karismatik Kiai Hasyim Muzadi? Atau kita sering sinau bareng Cak Nun—maiyah? Atau pernahkah kita bergelut dengan gagasan-gagasan mantan Kepala BPIP Yudi Latief? Iya, semua tokoh besar tersebut, juga masih banyak yang lainnya, adalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor.

Dari Gontor, bibit-bibit pembaharu Islam di Indonesia dilahirkan. Tanpa mengesampingkan tokoh besar lain dari pesantren yang berbeda, atau mengesampingkan alumni Gontor yang menjadi Muslim garis keras seperti Abu Bakar Baasyir, Gontor dalam arus utamanya tetaplah kiblat dari terbentuknya Muslim-muslim moderat. Ia menjadi penengah, mazhab wasathiyah, yang menengahi paham keberagamaan ekstrem: liberal dan konservatif. Kita bisa melihat ini melalui para alumninya.

Kita pun harus menyelisik ulama berjiwa luhur di baliknya: salah satunya yaitu KH Abdullah Syukri Zarkasyi. Dari segala keluarbiasaan yang tak terdefinisikan, ratusan alumni berwawasan moderat dilahirkan. Islam moderat di Gontor tidak hanya melahirkan tokoh besar, lebih jauh bahkan memberikan andil yang cukup besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri. Mazhab Gontor adalah mazhab pembaharu. Yang seperti ini, tentu saja, bukan lagi rahasia.

Maka, dengan segala duka, ketika salah satu pemimpinnya wafat, kita bukan saja kehilangan seorang pelayan pesantren (khādim al-ma‘had), melainkan kehilangan pelayan umat (khādim al-ummah). Semoga segala pengabdian, amal salih KH Abdullah Syukri Zarkasyi mendapat balasan derajat yang tinggi di sisi-Nya. Selanjutnya, tugas-tugas membumikan Islam moderat menjadi amanat untuk kita semua.

Allāhuma ‘ghfir lahu wa ‘rhamhu wa ‘āfihi wa ‘fu ‘anhu. Wallāhu A‘lam bi ash-Shawāb…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru