27.9 C
Jakarta

Ketua LBM IAA Sebut Radikalisme Terorisme Jahat, Bukan Jihad

Artikel Trending

AkhbarDaerahKetua LBM IAA Sebut Radikalisme Terorisme Jahat, Bukan Jihad
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sumenep – KH Kholqi KR, M.Sc, Ketua Lembaga Bahtsul Masail Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Pusat dan cendekiawan Muslim Muda asal Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep menjelaskan bahwa, terjadinya runtuhan-runtuhan Radikalisme, Intoleransi dan Terorisme itu bermula dari Eksklusivisme Pemahaman kita terhadap agama yang tertutup dan dangkal.

Pernyataan ini disampaikan saat mengisi kegiatan Talk Show bersama yang diadakan oleh Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Cabang Sumenep dengan tajuk “Kaum Muda, Intoleransi dan Radikalisme Agama” yang bertempat di Sekretariat Hanura Jl. DR. Wahidin No. 34 Lingkungan Dhalem, Pajagalan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep Pada Selasa (27/12/2022) pagi.

“Misalnya, kalau kata bid’ah itu hanya dipahami Dholalah saja ‘Kullu Bid’atin Dholalah, Wakullu Dholalatin Finnaar’ tanpa melalui kajian serta penafsiran sesuai kaidah nahwu, maka hal itu akan menjadi suatu pemahaman yang blunder terhadap pola pikir kita” katanya.

Jadi, kata dia, dalam arti “Kullu” itu tidak merata bermakna “Semua” misalnya, dalam hadits Rasulullah SAW, Kulllu Ainin Zaaniyah, setiap mata itu berzina, maka kalau kata kullu itu hanya dipahami sebagai Kullu semuanya, maka Rasulullah dapat dikatakan berzina padahal nyatanya tidak.

“Itulah sebabnya, pemikiran para Fundamentalismr masih berkapasitas sempit, dangkal dan mungkin tidak pernah ngaji” jelasnya.

BACA JUGA  Pesantren Diharapkan Terus Tebarkan Pesan Damai dan Moderasi Beragama

Dan juga, sambung dia, pemahaman mereka terhadap Jihad hanya diartikan sebagai sebuah perang belaka, tidak pada tafsir lainnya.

“Kalau misalkan tidak ada musuh yang mau diperangi kantor pos polisi pun bisa jadi diledakkan bom, pokoknya harus berperang, apakah harus disebut kelompok jihad” terangnya.

Dan yang paling krusial lagi sebagai target operasinya lanjut Khalqi, adalah Polisi dan Kantornya. Mengapa? karena prinsip mereka yang menghalangi hukum Allah itu adalah polisi.

“Kelompok Islam ditangkap itu oleh Polisi, teroris ditangkap itu juga oleh Polisi, semuanya Polisi, tidak ada yang menjadi sasaran mereka itu Mahasiswa atau lainnya, rata-rata Polisi” ungkapnya.

Sebagaimana contoh yang terjadi di Bandung kemarin, itu juga Kantor Polisi, dan hampir dipastikan kelompok-kelompok Jihadis seperti itu mengincar Kantor Polisi.

“Menurut saya, itu namanya Jahat bukan Jihad” katanya.

Oleh karenanya, yang perlu dijaadikan pijakan untuk meminimalisir berkecambahnya bibit-bibit Radikalis dan Teroris adalah pernyataan dari Kapolres tadi bahwa dalam menyikapi persoalan seperti diatas seharus nya perlu dilaksanakan agenda-agenda yang berkenaan dengan isu-isu radikalisme agama.

“Maka harus dilakukan cara mengedukasi serta menormalisasi masyarakat untuk kemudian dapat memfilter paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila sehingga tidak ada pengkhianat yang berkedok agama yang berseliweran lagi terkhusus di Kabupaten Sumenep ini” pungkasnya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru