31.7 C
Jakarta
Array

Ketika Wanita Menjadi Nabi

Artikel Trending

Ketika Wanita Menjadi Nabi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah maklum kiranya bagi setiap Muslim yang pernah mengenyam pelajaran akidah tentang beriman kepada para rasul-Nya, pasti mengetahui definisi tentang nabi. Siapa saja nabi. Apa saja sifat yang dimiliki nabi dan lain sebagainya. Mengenai tentang pengertian seorang nabi, kita semua meyakini bahwa yang dapat menjadi nabi hanya kaum laki-laki saja. Sebab para ulama mendefinisikan nabi sebagai seorang manusia laki-laki (rajul) yang menerima wahyu dari Allah swt. Tentu sebagaimana seharusnya definisi pastilah ia jâmiʻ (komprehensif) dan mâniʻ (preventif). Sehingga secara otomatis definisi nabi tersebut ‘menghalangi’ perempuan dan bangsa jin untuk menjadi nabi. Inilah yang kita ketahui dari pelajaran akidah sejak masa kanak-kanak.

Tahukah anda jika ada segelintir ulama yang berpendapat bahwa nabi dari kaum perempuan? Memang sebuah pandangan yang sangat aneh dan menarik tentunya. Allah swt tidak hanya mengangkat nabi dari golongan laki-laki saja namun juga kalangan wanita. Para penggagas pendapat menarik ini meliputi Abu al-Hasan al-Asyʻari, al-Qurthubi dan Ibnu Hazm.

Menurut pandangan langka ini menyepakati bahwa Maryam adalah seorwang nabi. Sementara sebagian dari mereka juga menganggap Hawa, Sarah, Hajar, Asiyah dan ibunda Musa sebagai nabi. Menariknya mereka tidak menampik jika title nabi juga disandang oleh kaum laki-laki. Sebab menurut mereka tidak ada nas al-Quran yang secara jelas membatasi gelar nabi hanya bagi laki-laki.

Argumen pandangan langka ini setidaknya berdasar pada empat poin. Empat-empatnya merupakan interpretasi dari nas-nas naqli. Pertama bahwa siapapun yang didatangi oleh malaikat –terutama Jibril- bisa dikategorikan ke dalam tingkatan nabi. Dari sini jika menilik QS al-Qashash [28]: 6, ibunda Musa jelas termasuk nabi. Belum lagi Maryam yang berulang kali disebutkan dalam al-Quran didatangi dan berinteraksi secara langsung dengan Malaikat Jibril seperti dalam QS Maryam [19]: 17-21. Kedua, siapapun yang mendapatkan perintah ataupun larangan secara langsung dari Allah swt bisa digolongkan dalam nabi. Dari poin ini akan masuk nama-nama seperti Hawa (yang dilarang mendekat pohon), Sarah (isteri Nabi Ibrahim as), Hajar (Jâriyah Nabi Ibrahim as), dan Asiyah (Isteri Firaun). Ketiga, Allah memilih secara langsung sebagaimana QS Ali Imran [3]: 42 bagi Maryam (ibunda Isa). Keempat, Nabi saw pernah bersabda bahwa banyak sekali laki-laki sempurna di dunia ini. Sementara tidak ada perempuan yang sempurna selain Asiyah dan Maryam binti Imran (Muttafaq ʻalaih).

Sejatinya apa yang dijadikan sebagai dasar pandangan langka itu kurang tepat jika dijadikan justifikasi kenabian seorang wanita. Sebab tidaklah aneh malaikat mengajak bercakap orang biasa. Banyak sekali riwayat yang menceritakan seseorang bertemu Jibril dan malakat lainnya yang paling popular adalah hadis Jibril. Selanjutnya tidak semua redaksi wahyu dalam al-Quran dimaksudkan seutuhnya dengan wahyu kenabian. Kemungkinan terbesar wahyu yang diterima oleh para wanita salehah itu melalui mimpi. Sebab mimpi yang nyata merupakan satu banding 70 dari kenabian (HR Muslim dari Ibnu Umar). Adapun mengenai pemilihan (ishtifâ’) pada Maryam (QS Ali Imran [3]: 42), sebenarnya Allah swt juga memilih para hamba-Nya selain nabi. Ini bisa kita lihat pada QS Fathir [35]: 32. Kemudian tidak setiap manusia sempurna bisa otomatis digolongkan dalam tingkatan nabi. Sebab dalam beberapa riwayat Khadijah juga disebut sebagai wanita sempurna. Ini semua setidaknya menjadi sanggahan argumen pandangan langka di atas.

Alhasil pandangan yang menyebut ada nabi wanita ini merupakan pendapat yang lemah dan langka. Kelangkaan dan kelemahan ini tidak berarti otomatis memasukkan ulama yang berpandangan dengan pandangan tersebut dalam golongan kafir. Wal ʻiyâdzu bi Allah. Ini merupakan keragaman para ulama dalam menginterpretasikan makna nabi dalam ajaran agama. Yang tidak dibenarkan adalah tidak meyakini dan beriman kepada para nabi dan rasul-Nya. Tentu mengimanai para nabi dan rasul yang asli, bukan para nabi dan rasul palsu yang hanya sebatas mengaku-ngaku. Wallahu Aʻlam [Ali Fitriana]

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru