27.8 C
Jakarta

Ketika Santri Kritik Ideologi Radikal

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuKetika Santri Kritik Ideologi Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setelah kran reformasi terbuka lebar di Indonesia, mulai tumbuh suburnya gerakan radikal yang berlindung di balik demokrasi. Secara masif mereka menyebarkan pahamnya ke beberapa golongan baik melalui pengajian, media sosial, pendidikan, bahkan lembaga pemerintahan sekalipun.

Dalam mengkampanyekan gagasannya, bahkan mereka mengutip pendapat para ulama yang biasa menjadi rujukan oleh kalangan pesantren. Oleh karena itu, bagi kalangan umat Islam yang belum mendalami khazanah keilmuan Islam dengan baik akan mudah percaya.

Tim Forum Kajian Ilmiah AFKAR melalui bukunya mencoba untuk mengembalikan substansi dari para ulama yang dikutip oleh kelompok radikal dalam menyebarkan ideologinya. Istilah radikal bagi sebagian orang kurang diterima jika digandengkan dengan kata Islam. Dengan alasan, istilah Islam radikal hanyalah upaya negara Barat untuk memberikan stigma negatif terhadap agama Islam yang mulai berkembang ke seluruh dunia.

Walaupun dalam literatur Islam demikian sulit ditemukan istilah radikal, namun terdapat istilah tatharruf dan ghuluw. Kedua istilah tersebut mengindikasikan tindakan seseorang yang hampir sama dengan tidakan radikal.

Dalam buku ini disajikan beberapa dalil beserta pendapat para ulama dalam menyikapi sikap tatharruf, ghuluw maupun radikal. Salah satu contohnya adalah pernyataan Sayyidina Ali terhadap kelompok Khawarij: “Khawarij adalah kelompok yang mengatakan kebatilan yang dibungkus kebenaran.”

Munculnya Islam radikal bukan hanya ketika istilah tersebut muncul di negara Eropa maupun Indonesia. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw pun sudah muncul sikap radikal dari pengikutnya. Seperti dalam sebuah riwayat ketika Nabi sedang membagikan harta jarahan. Tiba-tiba seorang laki-laki menginterupsi beliau dan berkata, “Berlakulah adil, wahai Muhammad”.

Dan beliau pun menjawab, “Demi Allah, jika aku tidak adil maka siapa lagi yang akan adil.” Ketika sahabat Umar meminta izin untuk memenggal lehernya, Nabi kemudian bersabda, “Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang salat dan puasa mereka membuat kalian merasa minder akan salat dan puasa kalian. Akan tetapi mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busur.”

Dalam buku ini paling tidak terdapat empat tema besar yang penting dipahami umat Islam agar tidak terjebak pada ideologi radikal, yang akan diulas dalam sub bab berikut.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi munkar sering dijadikan oleh kelompok radikal dalam melancarkan beberapa aksinya. Hal tersebut didasarkan pada surah Ali Imron: 110 dimana umat yang terbaik adalah mereka yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah Swt.

Namun perlu diketahui bahwa pentingnya amar ma’ruf nahi munkar perlu dibarengi dengan ilmu yang mendalam tentang agama Islam. Jangan sampai dengan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan justru akan timbul kemunkaran yang lebih besar.

Terdapat tiga hal yang perlu dipahami sebelum seseorang melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Pertama, ia harus mengetahui atas apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Kedua, mengetahui kondisi orang yang akan menjadi objek amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, mengetahui tatacara melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Etika Perbedaan

Indonesia adalah negara yang sangat plural bukan hanya dari bermacam agama bahkan agama Islam sendiri terdiri dari bermacam-macam ormas. Dalam menghadapi perbedaan tersebut dibutuhkan etika perbedaan yang dapat saling mendamaikan. Jika tidak, bukan tidak mungkin permasalahan antar golongan di negara ini akan semakin meruncing.

BACA JUGA  Peran Pesantren dalam Memberangus Radikalisme-Ekstremisme

Mereka saling mengkafirkan, menfasikkan, membidahkan, mencaci maki, bahkan sampai menghalalkan darah orang lain. Di dalam buku ini, dibahas beberapa etika perbedaan yang perlu diperhatikan umat Islam agar terhindar dari paham radikal.

Antara lain seseorang harus mengedepankan untuk menjaga persatuan untuk menghindari perpecahan, akhlakul karimah diutamakan dalam menyikapi perbedaan, dilarang melakukan ujaran kebencian serta membid’ahkan, menghindari takfir (melempar tuduhan kafir), menghindari sikap mengasihi terhadap orang yang sepaham namun memusuhi terhadap orang yang berbeda pendapat.

Jihad Para Kaum Radikal

Dalam pergerakan radikalisme, jihad seringkali menjadi jargon mereka untuk melancarkan aksi-aksi radikal. Dalam pandangan mereka makna jihad menjadi menyempit yang selalu dikaitkan dengan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah beserta para sahabat. Padahal jihad bukan saja memerangi orang-orang yang dianggap kafir, akan lebih penting jika jihad melawan hawa nafsu yang ada pada diri sendiri.

Yang perlu ditekankan adalah sebelum berperang Rasulullah selalu mendahulukan perdamaian. Dalam dunia yang sudah banyak perdamaian seperti sekarang ini, sebisa mungkin umat Islam berjihad dengan hal-hal yang lebih membangun peradaban. Seperti mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dll sehingga umat Islam akan lebih maju.

Ideologi Politik Islam Radikal

Kelompok radikal selama ini selalu menyuarakan untuk menegakkan khilafah yang menurut mereka adalah ajaran Islam. Mereka melegitimasi perjuangannya dengan dalil-dalil keagamaan dan pendapat ulama salaf tanpa memahami seutuhnya tujuan-tujuan, cita-cita, metode penerapan yang tepat di balik teks-teks keagamaan, dan pendapat para ulama tersebut.

Para ulama pun seringkali memasukkan kajian fikih politik dalam beberapa karangan kitab-kitab. Namun, tak ada ulama yang sepakat terhadap sistem seperti apa yang harus dijalankan oleh umat Islam. Oleh karena itu, semangat fikih politik adalah ajaran agama Islam dapat terselenggara dengan baik meskipun tidak tersistematisasi dalam politik.

Buku hasil karya mahasantri ini mempunyai dasar yang kuat dalam membantah propaganda khilafah yang dilancarkan kelompok radikal. Dasar tersebut terdiri dari dalil-dalil berupa ayat maupun hadis disertai dengan pendapat para ulama. Hal ini penting dipahami oleh umat Islam bahwa pendapat kelompok radikal bukan satu-satunya yang mewakili agama Islam. Bahkan mereka memanfaatkan agama Islam untuk kepentingan politik mereka.

Buku ini juga diperkuat dengan argumentasi yang kuat tentang sikap nasionalisme dan cinta tanah air. Argumen tersebut bukan hanya berdasarkan pada pendapat tetapi disertai nas-nas al-Qur’an maupun hadis. Dengan begitu, umat Islam tidak perlu memperdebatkan lagi dasar negara yang sudah berjalan cukup lama ini. Yang paling penting adalah mengisi kemerdekaan dalam membangun peradaban bangsa.

Karya mahasantri Lirboyo ini sangat penting dibaca oleh berbagai kalangan umat Islam. Mengkritik ideologi radikal dengan argumentasi yang mendasarkan pada khazanah keilmuan Islam yang dipakai juga oleh kelompok radikal dalam mengkampanyekan ideologi mereka. Disertai juga dengan teks Arab beserta terjemahan memudahkan bagi siapa saja yang membaca untuk memahaminya. Wallahu a‘lam.

Judul Buku : Kritik Ideologi Radikal: Deradikalisasi Doktrin Keagamaan Ekstrem dalam Upaya Meneguhkan Islam Berwawasan Kebangsaan

Penulis : Tim Forum Kajian Ilmiah AFKAR (Anggota Forum Kajian Agama dan Realita) Ma’had Aly Lirboyo

Peresensi : Muchamad Mufid

Tahun : Cetakan 1 Oktober 2018

Penerbit : Lirboyo Press

Tebal : XL + 453 halaman.

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru