25.7 C
Jakarta

Ketika Islam Nusantara Menyelamatkan Indonesia dari ISIS, Mengapa Kelompok Khilafah Pantang Menyerah Menegakkan Negara Islam?

Artikel Trending

KhazanahTelaahKetika Islam Nusantara Menyelamatkan Indonesia dari ISIS, Mengapa Kelompok Khilafah Pantang Menyerah...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Dalam sebuah tulisan yang berjudul, “Islam Nusantara saved Indonesia’s Mouslim from ISIS. It can Help India too,” oleh Hadza Min Fadhli Robby, sebuah judul yang memantik diskusi sangat panjang tentang keberadaan Islam nusantara yang dideklarasikan oleh Nahdlatul Ulama. Mengapa ini menjadi penting?

Melalui forum R (religious)-20 pada G-20 (sebuah pertemuan informasl yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa, serta perwakilan dari International Menotery Fund (IMF) dan World Bank (WB)), para pemuka agama dunia akan melakukan pertemuan untuk membuat pedoman dalam penanganan ekstremisme.  Pertemuan ini juga memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia bahwa, ekstremisme yang selama ini disepelekan oleh sebagian kelompok masyarakat, dan disebut sebagai masalah buatan, nyatanya adalah masalah global.

Melalui tulisannya, Hadza menjelaskan bahwa,

Islam Nusantara has two main aspects. It envisions constructive engagement between Islam and local culture. The doctrine cannot simply have ‘Javanese, syncretic and Sufi’ characteristics. It must also embody various cultures of Indonesian people. Islam Nusantara also aims to transform the role of religion from being a source of conflict and hatred to a wellspring of compassion and collaboration.”

Dalam konteks ini, Hadza menjelaskan betapa pentingnya kehadiran Islam nusantara dalam melihat gerakan-gerakan wahabi yang terjadi pada konflik etnis dan beragama seperti pada konflik Ambon, peristiwa bom Bali, serta serangkaian pengeboman yang dilakukan oleh kelompok-kelompok esktremis.

Kondisi multikultural Indonesia

Islam nusantara bukanlah sebuah aliran Islam yang baru dan sesat, namun melihat ajaran Islam melalui pendekatan dengan konteks keindonesiaan yang ada. Keberadaan tradisi, budaya, perbedaan yang dimiliki, menjadi salah satu faktor penting untuk melihat ajaran Islam dengan komperehensif yang berkembang di Indonesia. Tidak hanya itu, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat beragama. Melihat Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, maka bisa kita sebut bahwa, seruas, ajakan atas nama agama, paling ampuh untuk dijadikan senjata mengajak masyarakat muslim.

Kondisi Indonesia yang beragam dengan budaya dan tradisi adalah sebuah kekayaaan sekaligus tantangan, bagaimana melihat agama sebagai ajaran yang kompleks.

Pada konteks masyarakat muslim secara internal, tantangan kita sangat banyak, mulai dari perbedaan cara pandang hingga kompleksitas memahami ajaran Islam. Jika semua mengklaim kebenaran dalam menjalani kehidupan sosial, rentan untuk mengalami konflik dan perpecahan.  Masyarakat muslim Indonesia, selain harus tampil sebagai masyarakat beragama, kita harus tampil sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi kecintaan terhadap Indonesia, budaya, sejarah, hingga tradisi-tradisi lokal yang berkembang di masyarakat.

BACA JUGA  Nasib Anak Teroris, Hidup di Antara Harapan dan Trauma

Gairah perjuangan antek-antek khilafah

Disisi lain, ketika Islam di Indonesia bisa menjadi contoh oleh negara lain yang mengalami peperangan dan konflik, dari kalangan muslim Indonesia sendiri justru menjadi aktor perusak citra baik itu. Seruan tentang penegakan khilafah, pendirian negara Islam, semakin massif dan semakin terbuka untuk dideklarasikan.

Kebijakan pemerintah untuk menutup rapat dan menutup ruang bagi orang-orang yang ingin menegakkan khilafah di Indonesia, nyatanya berbanding lurus dengan meningkatnya gairah perjuangan yang dilakukan. Di media sosial, misalnya. Keberadaan para pendakwah yang secara terbuka menjelaskan kewajiban mendirikan khilafah, benar adanya. Hal ini bisa dilihat melalui ceramahnya mereka seperti Ustaz Felix, Ustaz Hilmy, Ustaz Hafidz Abdurrahman, Ustaz Fatih Karim, dll. Meskipun pemerintah sudah melakukan kebijakan tegas untuk tidak menutup pintu bagi perjuangan para penegak khilafah, mereka tetap keukeuh dan gencar berjuang mendirikan negara khilafah.

Tidak hanya itu, keberadaan website para antek-antek khilafah, justru semakin terbuka untuk memproduksi narasi yang mendukung pendirian negara khilafah. Ketika berbentuk organisasi sudah ditentang oleh pemerintah, mereka menjelma dan menambah ruang di Lembaga pendidikan, Lembaga filantropi Islam, serta Lembaga waqaf. Bagaimana upaya kita melawan tantangan ini?

Khilafah adalah ideologi yang pada hakikatnya berada dalam wilayah pemikiran. Semakin tidak diberi ruang untuk eksis dan selalu ditentang, gairah untuk terus menunjukkan eksistensinya justru semakin tinggi. Sehingga menjadi sebuah kewajaran, strategi yang dilakukan untuk mengenalkan ideologinya lebih soft, dan menyasar kepada kepada kalangan muda yang sedang melakukan pencarian jati diri.

Masyarakat Indonesia dalam konteks sebagai umat beragama, khususnya muslim, memiliki tugas yang berat, yakni megupayakan diri agar tidak terpapar oleh ajakan, rayuan bahkan desakan untuk ikut serta mencapai visi-misi mereka, yakni mendirikan negara Islam.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru