26.5 C
Jakarta

Ketika Corona Mencabuli Sistem Pendidikan

Artikel Trending

KhazanahOpiniKetika Corona Mencabuli Sistem Pendidikan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sekarang dalam dunia internasional sedang gencarnya penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang menyebabkan kepanikan bagi masyarakat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus Corona ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, ibukota provinsi Hubei, China, dan sejak itu menyebar secara global.

Wabah COVID-19 sekarang tidak cuma berdampak pada kesehatan maupun ekonomi, tapi juga berdampak pada dunia pendidikan. Di Indonesia menetapkan kebijakan pendidikan  menggunakan sitem pendidikan berbasis online atau sistem pembelajaran daring (SPADA), UN 2020 ditiadakan, UTBK (Ujian Tes Berbasis Komputer) pun diundur.

Di level pendidikan tinggi, mahasiswa mengikuti pembelajaran dalam suatu mata kuliah lewat media Google Classroom, WhatsApp, Zoom Cloud Meetings, dan lain-lain, gara-gara Corona. Sistem ini seperti membuat beban bagi mahasiswa yang berada di kelas menengah ke bawah.

Hal itu karena menggunakan kuota yang tidak sedikit atau membutuhkan sinyal yang mendukung. Jika tidak demikian, mahasiswa tidak dapat memahami materi yang dipaparkan oleh dosen. Atau bahkan saat mempresentasikan tugas dan berargumen pun tidak bisa leluasa karena mungkin kurang paham dengan materi tersebut.

Sekarang masyarakat dalam kepanikan. Mahasiswa pun dalam situasi yang mencekam akan sistem pendidikan. Dan kebijakan kampus yang terlalu menekankan dari segi mental dan psikis, sehingga kesehatan down bahkan pikiran pun stres akan beban tugas dan interaksi sosial yang terbatas.

Pendidikan yang sedang berjalan tanpa tatap muka dan menggunakan media online ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem daring ini lebih menyingkat waktu dalam pembelajaran karena di manapun bisa mengikuti pembelajaran.

Adapun kekurangannya, peserta didik yang berada dalam kalangan menengah ke bawah akan susah mengakses, karena tidak dapat fasilitas kuota buat pembelajaran. Peserta didik juga mungkin berada di dalam kawasan yang susah sinyal yang membuat tidak dapat mengakses dan mengikuti pembelajaran, saat berargumen pun tidak dapat sepenuhnya dipahami.

BACA JUGA  Manifesto Perbedaan Hari Raya Idulfitri, Masih Perlukah Penetapan?

Corona Menghapus Tatap Muka

Pembelajaran yang berbasis tatap muka sekarang sedang dirindukan, karena dirasa lebih efektif dalam pembelajaran. Di dalam kelas biasanya mengerjakan tugas dan mempresentasikannya sehingga menciptakan suasana diskusi yang berbobot. Argumen yang digunakan juga bisa dari dosen yang menjelaskan dan menjadi kelas yang efektif.

Pembelajaran yang sangat membantu untuk memahami dan menilai mahasiswa adalah dengan tatap muka. Kenapa demikian? Karena dengan tatap muka maka dosen bisa menilai dan memahami karakter perilaku dan pemikiran seseorang mahasiswa. Dalam pembelajaran yang efektif, maka akan menghasilkan pemahaman materi yang matang dan membuka pemikiran mahasiswa akan materi yang ia dapat.

Pembelajaran tatap muka tidak hanya harus pada perguruan tinggi sederajat tapi juga harus dari sekolah dasar kembali menerapkannya. Karena di sekolah dasar, peserta didik sedang dalam masa perkembangan akan ilmu dan pembentukan karakter. Jika sekolah dasar pun berbasis online maka karakter yang dibentuk juga kurang maksimal. Karena cuma dapat dukungan lingkungan keluarga, lingkungan sosial pun belum pasti mendukung.

Saat ini Indonesia ingin memajukan rakyatnya dengan pesat. Tanpa berpikir apa dampak yang akan dihadapi jika semua terjadi dengan cepat. Tanpa tahap demi tahap yang dilalui maka Indonesia mudah dihancurkan lewat media.

Misalnya isu yang membuat masyarakat tidak percaya dengan pemerintah dan bermain bawah tanah yang membuat terpecahnya suku, ras, budaya, dan agama. Kita memang terpecah belah dari segi terlihat yaitu pulau, ras, suku, dan agama tapi kita disatukan lewat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, walaupun beragam namun tetap menjaga kesatuan Indonesia. []

Kunjungi laman kami untuk berbagi kegiatan melawan radikalisme dan penguatan pilar kebangsaan

Muhammad Arfin Mustofa
Muhammad Arfin Mustofa
Mahasiswa Progam Studi Manajemen Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdhatul Ulama’ Temanggung

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru