29.1 C
Jakarta

Kerinduan Semesta dan Kepergian Mbah Maimun Zubair

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanKerinduan Semesta dan Kepergian Mbah Maimun Zubair
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hari Selasa tanggal 6 Agustus 2019. Hari itu semesta berduka. Duka ini karena kepergian sosok ulama karismatik Mbah Maimun Zubair.

Kenapa kepergian ulama membuat hati berduka? Nabi Muhammad Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.

Hadis ini memang begitu sederhana kedengarannya, tapi kesan yang dirasakan begitu mendalam. Ulama adalah kunci ilmu. Bila ulama wafat, maka ilmu itu sesungguhnya sedang dicabut oleh Allah, kendati kadang manusia belum menyadari.

Bila ilmu sudah dicabut, manusia akan berada dalam kebodohan yang dapat mengantarkan kepada kesesatan. Yang tersesat adalah ketika seseorang sudah gemar menyalahkan saudara sendiri, bahkan mengkafirkan dan menghalalkan darahnya. Naudzu billah.

Islam tidak sekeras itu cara berpikirnya. Islam agama yang mencita-citakan kasih sayang terhadap siapapun, termasuk orang yang ingkar sekalipun. Islam tidak menghendaki perpecahan. Islam tidak menginginkan permusuhan. Islam dimiliki oleh siapapun.

Jangan heran bila akhir-akhir ini perpecahan datang silih berganti yang berawal dari permusuhan antar sesama, baik seakidah maupun tidak. Kebenaran dimonopoli oleh pihak tertentu, seakan yang berbeda adalah yang tersesat. Mereka dibutakan dengan nafsu dan kepentingan sendiri. Tiada tempat untuk mengadu dan bertanya, karena ulama sudah tiada.

Ulama menjadi tumpuan segala pengetahuan. Saat dahaga terasa di tengah panasnya kepentingan banyak orang, saat itu juga ulama dibutuhkan. Karena, dengan kehadiran ulama dahaga terhapus dengan nasehatnya yang mencerahkan, fatuwahnya yang menyejukkan, dan aura wajahnya yang menenangkan. Kesejukan dan ketenangan adalah tumpuan dari segala apa yang manusia harapkan.

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Ulama tidak banyak meminta, malah banyak memberi. Ulama selalu mengalah, kendati sejatinya tidak kalah. Ulama selalu memaafkan saat banyak cacian harus ia telan. Ulama selalu berpikir positif saat dihadapkan dengan segala hal. Ulama selalu percaya bahwa hanya Allah yang menjadi tempat bersandar saat banyak orang sibuk menjauhi-Nya. Ulama selalu optimis dalam setiap pengabdian kepada Sang Pencipta.

Marilah cari ilmu dengan mendekat pada ulama. Karena, ilmu yang didapatkan darinya akan membuahkan barakah yang tiada bertepi. Ilmu yang disampaikannya selalu disandarkan atas ridha Allah, bukan atas kepentingan manusia. Ikhlas adalah tujuan utama perjalanan dakwah dan hidup ulama. Apa yang disampaikan bukan hanya dari mulut, tetapi juga dari hati, sehingga diterima oleh hati pula. Banyak kesan yang dirasakan saat fatuwah ulama didengarkan. Banyak ilmu yang diperoleh saat nasehatnya disuguhkan. Bahkan, banyak prestasi yang diraih saat doanya dipanjatkan. Ulama bukanlah sosok biasa. Ulama adalah sosok istimewa, baik di sisi Allah maupun di sisi hamba-Nya. Karena itu, kepergianya akan membuat semesta merasa kehilangan.

Demikian seputar ulama yang dirindukan. Semesta bersaksi bahwa Kyai Maimun Zubair adalah ulama yang meraih ridha-Nya dan kehadirannya akan selalu dirindukan, kendati ia sudah tiada. Ingatlah, ulama selalu hidup walau raganya telah tiada. Karena, nasehatnya terus mengalir seakan samudera yang maha luas. Selamat jalan Kyai Maimun Zubair.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru