Harakatuna.com. Istanbul – Kepolisian Turki telah menangkap 282 tersangka dalam serangkaian penggerebekan yang dilakukan di seluruh negara, menyasar kelompok militan Kurdi yang dilarang. Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, mengonfirmasi hal ini pada hari Selasa (18/2) melalui akun media sosialnya.
Penangkapan ini terjadi di tengah upaya baru untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari empat dekade. Pembicaraan perdamaian, yang telah terhenti selama hampir satu dekade, kembali dimulai setelah partai nasionalis garis keras Turki secara tak terduga menawarkan perdamaian kepada pemimpin Kurdi yang dipenjara, Abdullah Öcalan, pada bulan Oktober lalu.
Menurut Yerlikaya, penggerebekan yang berlangsung selama lima hari terakhir dilakukan di 51 kota, termasuk kota besar seperti Istanbul, Ankara, dan Diyarbakir, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Kurdi. “Operasi ini melibatkan penangkapan di beberapa kota besar, dengan tujuan menanggulangi ancaman dari militan Kurdi yang terorganisir,” tulis Yerlikaya di platform media sosial X, seperti dilansir oleh kantor berita AFP pada Selasa (18/2/2025).
Pada hari Selasa (18/2), pihak berwenang Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 60 orang, termasuk anggota dari partai pro-Kurdi utama, Demokrasi dan Kemajuan (DEM), serta beberapa tokoh sayap kiri yang diduga terlibat dalam kegiatan terorisme, menurut pernyataan dari kantor kejaksaan Istanbul.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 52 orang telah berhasil ditahan hingga saat ini. Partai DEM menanggapi operasi ini dengan mengungkapkan kekecewaan di media sosial. “Turki terbangun hari ini dengan operasi lain yang menargetkan anggota-anggota partai kami,” ungkap mereka di X. “Jelas bahwa prospek solusi dan perdamaian mulai membuat sebagian orang merasa terancam,” tambah mereka.
Sementara itu, partai nasionalis garis keras, MHP, telah mendesak Abdullah Öcalan untuk meninggalkan kekerasan sebagai syarat untuk pembebasan lebih awal dari penjara Imrali, tempat ia dipenjara seumur hidup di sel isolasi sejak tahun 1999. Seruan ini, yang didukung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, telah menghidupkan kembali harapan untuk berakhirnya konflik yang telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa.
Konflik antara Turki dan kelompok militan Kurdi, yang dipimpin oleh Partai Pekerja Kurdistan (PKK), telah berlangsung selama lebih dari 40 tahun. Meskipun ada beberapa kali upaya perdamaian yang gagal, pembicaraan yang dimulai kembali pada tahun 2024 memberikan sedikit harapan bahwa kedamaian dapat tercapai di masa depan.
Dengan meningkatnya ketegangan politik dan militer, serta pembicaraan yang terus berlanjut, masa depan hubungan antara pemerintah Turki dan kelompok Kurdi masih sangat bergantung pada kelanjutan proses perdamaian dan pengakhiran kekerasan.