27.3 C
Jakarta
Array

Kenapa Hanung ?

Artikel Trending

Kenapa Hanung ?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada dua hal yang mengejutkan Indonesia,  pertama Radja Nainggolan dicoret dari Timnas Belgia untuk Piala Dunia. Kedua, Iqbal Ramadhan akan menjadi Minke sehabis dia menjadi Dilan. Setelah Reza Rahadian menjadi Minke dalam Bunga Penutup Abad karya Happy Salma. Iqbal akan berjudi pada kariernya untuk menjadi Minke sebuah tokoh dalam tetralogi Pulau Buru. Secara langsung, Dilan akan disorot bukan hanya mata Indonesia, tapi juga seluruh dunia. Entah kenapa pengangkatan Iqbal untuk menjadi “Mas” ucapan mersa dari Annelies perempuan Indo dai Wonokromo akan membuat banyak memperhitungkan kegagalan atau kemujuran.

Hanung Bramantyo dimata para penganggum Pram banyak menilai ini upaya gila dan tidak masuk akal. Setelah Riri Reza, dan Anggy Umbara beropini akan menggarap Bumi Manusia yang bagian pertama dari Tetralogi. Ibarat Ballotelli mengambil tendangan pinalti saat jumpa Beksitas. Apakah kita sepakat jika Hanung Bramantyo mengambil jatah Riri Reza atau Anggy Umbara ?  Tidak, meski Nicolas Saputra yang pernah digosipkan akan didapuk Minke, kita harus akui. Nicolas jika memerankan Minke, adalah kepakeman dalam menentukan aktor. Mawar Eva akan terlena dengan artikel Minke yang pribumi namun berwajah Indo.

Kita sudah cukup melihat Nicolas sebagai Gie atau Rangga, Nicolas sedikit terlalu tua untuk menjadi anak sekolahan. Pada sisi ini, kita tidak adil. Sebagai pembaca Pram dan menunggu difilmkan, “seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan.” Saya malah terkejut dengan status senior saya yang kira-kira mendakwa Hanung Bramantyo atau Iqbal Ramadhan karena terkejut meski saya juga was-was.

Minke itu role model dan Annelies yang cantik

Minke datang menemani temannya untuk ketemu Robert Mellema yang merupakan teman dari teman Minke. Mungkin anda bingung, tetapi saya pastikan yang baca bukunya pasti tidak bingung, lagi-lagi saya tidak adil. Minke membawa kisah yang jauh dari romantisme Nasionalisme, dan menghadirkan rapuhnya manusia. Annelies yang berusaha kuat untuk Minke, Pria yang dicintainya setulus hatinya namun cinta yang dalam membuat dirinya sedikit mudah terguncang tanpa Mama dan Suaminya. Minke pernah jadi anak yang diandalkan di Sekolahnya. Cinta pada Annelies membuatnya mudah mengabaikan pendidikan, tanpa perjuangan gurunya tentu dia akan terusir dengan mudahnya.

Jika kamu mengharapkan Minke akan menjadi pribadi yang romantis, Pram bukan pria yang selalu menitipkan kalimat yang dalam tentang cinta. Minke pria penuh cita-cita dan kegelisahannya, Annelies adalah Puisinya. Jika boleh jujur, kamu akan mendapatkan puisi dari kalimat Annelies bukan Minke. Pria ini memang mencintai Annelies tapi mengirimkan cinta dengan kata. Rasanya saya harus berlaku adil dengan keputusan Hanung Bramantyo memilih Iqbal Ramadhan dan Mawar Eva. Kita diajak keluar dari sisi nyaman kita, Jika Chelsea Islan mampu menampilkan Annelies yang baik demikian Reza Rahadian memerankan Minke. Mereka sudah memiliki pengalaman yang cukup dan memiliki seorang Happy Salma yang cukup akrab dengan Pram.

Bumi Manusia dengan Iqbal Ramadhan dan Mawar Eva bukan hanya menempatkan dua sejoli ini akan bermain peran dalam judul berat. Keduanya seimbang, karena usianya masih cukup dalam memerankan keduanya atau setidaknya mewakili remaja yang akan menonton,  akan banyak menolaknya. Karena Minke bukan Dilan yang akan menelepon Milea. Annelies tidak sekolah karena sebuah kejadian, ia tinggal dengan Mamanya yang akan menjadi pemimpin dari dua pasangan remaja ini. ini yang jadi permasalahan.  Film Bumi Manusia akan fokus pada apa? Kepada Minke dan kehidupannya, Percintaan Minke dan Annelies.Terakhir Fokus pada Nyai Ontosoroh yang tadi disebut Mama. Meski jika fokusnya percintaan yang umum dipahami penonton Indonesia, maka kita akan fokus dengan Annelies yang penuh keresahan pada cinta itu sendiri. Sehingga ibunya, memberikan tangung jawab dan teman ngobrol kepada Minke. Satu-satunya menantu juga anaknya yang tersayang.

Minke yang baik, gelisah pada nasib orang sekitar, menulis lagi-lagi tidak pernah putus asa berjuang. Sedangkan anak perempuannya menambah kekhawatiran. Berbicara soal percintaan, inilah kualitas seorang Pram. Dia menolak tokoh yang kurang ajeg dalam bersikap, meski berbicara Minke hampir kehilangan sekolah akibat istrinya minta selalu menemani. Memfokuskan momen ini bisa menjadi senjata untuk mencari penonton, meski penikmat Pram akan jauh mementingkan masalah pemikiran Ibu pribumi yang mau maju melebihi perempuan eropa. Tetapi Bumi Manusia menitikberatkan seseorang menentukan siapa dia terlepas dari Statusnya.

Minke yang memiliki dua ibu, Ibu kandung yang menyayanginya tetapi tidakbisa lepas dari statusnya sebgai perempuan Jawa istri dari pejabat lokal. Meski menyayangi, ia tidak terlalu nyaman dengan keputusan putranya Minke yang memilih Annelies sebagai istri bukan dari Jawa. Sedeangkan Nyai Ontosoroh sebgai mertuanya adalah ibu yang mencoba memahaminya, dan menyayangi sadar menantunya memiliki peluang dari menjadi sekedar suksesor ayahnya. Mama bangga sekali memiliki anak lain yang bisa diajak bertukar pikiran tidak sepicik Robert yang gila diakui sebagai eropa atau anak yang sayang padanya namun rapuh macam Annelies.

Menulis adalah jembatan dari ide yang dibicarakan Minke, tetapi bukan hanya untuk Mama dan orang-orang tertindas merujuk kaum pribumi. Annelies Istrinya, memerlukan identitas dan merasa setara dengan Minke adalah impian Annelies. Ia menolak keeropaan namun merasa sebagai sederajat dengan orang-orang yang mengasihinya tidak perlu dia Jean Marais, seorang pelukis Perancis yang simpati pada Minke memiliki anak bernama Maesyaroh yang cantik dianggap adik untuk Annelies juga perlu status untuknya. Boleh jadi cinta adalah bumbu mereka, meski paling penting adalah kemanusiaan dan identitas. Kalah karena dibuat kalah, menjadi putis. Kita sudah melawan Nyo, sekuat-kuatnya. Sehormat-hormatnya.

Demikian kata mama, ketika harus menerima pernikahan Minke dan Annelies tidak sah kata hukum Belanda. Annelies harus ke Belanda, meninggalkan orang-oran dikasihinya. Terkhusus ia masih belum jelas statusnya sebagai Indo.

Kenapa Hanung dianggap tidak pantas

Perdebatan muncul manakala Hanung menitikberatkan kisah cinta di Film Ayat-Ayat Cinta jauh lebih berat dibandingkan Bumi Manusia. Apakah itu benar? Tidak sama sekali. Minke dan Fahri adalah dua orang yang berbeda, Minke hidup dengan bakat menulisnya sementara Fahri menitikberatkan penelitian atas banyak hal yang sedang panas terkini. Khususnya pandangan eropa kepada agama Islam. Minke berjuang atas kemanusiaan, dia bicara akan wilayah orang-orang terpinggirkan. Inilah kondisi yang tidak dinilai Hanung, bahkan apakah Hanung tahu. Minke sama dengan Fahri menikahi 3 perempuan dalam hidupnya dan dua diantara meninggal.

Pramoedya Anata Toer adalah ukuran terlalu luas Habiburrahman El Shirazy, dari sisi politik. Pram membawa sesuatu yang berbeda ia mendekatkan isu-isu yang sesuai dengan zaman. Tetralogi Pulau Buru membawa keresahan, suasana perbedaan nasib. Bisa dikatakan, meski bukan buku sejarah  Bumi Manusia adalah bahan refrensi untuk mengimbangi novel Max Havellar yang merupakan produk asli Belanda. Pramoedya membangkitkan Tirto Adhi Soerjo yang merupakan Jurnalis yang menciptakan Koran yang dikerjakan kaum pribumi dibandingkan media lain yang masih terdapat kaum Belanda. Hanung juga tidak bisa adil jika menempatkan berat atau ringan cerita cinta.

Fahri pun tidak bisa mengakui ia adalah pencinta yang memiliki segudang masalah. Wiro Sableng atau Panji Tengkorak memiliki masalah jauh lebih banyak, bagi saya ini gagalnya Hanung dalam menjelaskan. Jika Fahri difitnah menodai perempuan yang ditolongnya, Wiro Sableng sudah makan isu fitnah berberapa kali. Mulai dugaan pembunuhan massal yang dilakukan pendekar Siluman Biru, hingga ulah merubah diri Pangeran Matahari dalam seri Guci Setan. Bahkan Fahri sudah gagal dalam kisah cinta yang demikian berliku dari pendekar Indonesia lainnya. Terlebih pembaca Bumi Manusia akan menilai ucapan Hanung tidak paham Pram.

Bumi Manusia lebih tepat mengunakan penceritaan diri tentang hidupnya, Minke pun dalam cerita bukan orang istimewa. Ia juga terbantu oleh Jean dan Mama (Nyai Ontosoroh), sedemikian kompleks jika menerka percintaan berat dan ringan, bahkan dalam Bumi Manusia kita melihat 3 kasus percintaan yang ada. Jean dan Ibunya May yang merupakan perempuan asal Aceh, Kisah cinta Nyai Ontosoroh, dan Minke dan Annelies.  Walaupun banyak nantinya akan menyoroti kisah Minke dan Annelies, karena mereka memiliki peran cinta lebih banyak. Memang itu kekuataan Novel, selalu ada topik cinta sebagai pemanis cerita.  Saya sepakat jika salahsatu sineas film mengangkatnya, dan mereka harus siap menebalkan telinga.

Pada sisi lainnya, saya merasa Hanung melemahkan ceita ini dalam berberapa kebijakannya, seperti model apa yang baik dalam menampilkan cerita ini. Sementara Drama yang melukiskan kisah ini juga menampilkan lebih gaya drama perdebatan layaknya Twele Angry Man, maka akan sulit diterima mengambil suatu topic yang memang memiliki alasan kuat tetapi bukan bagian terkuat. Bumi Manusia adalah kisah Minke yang mencari jati diri dan menjawab kegelisahaanya. Percintaan menempatkan pada posisi sulit, dan hampir merusak dirinya sebagai orang yang dikatakan paling layak mengantikan ayahnya. Perjalanan mengantarkan tujuan hidupnya berbeda,Percintaan yang dia alami juga berbeda.

Seseorang yang melawan Istrinya diambil dalam akhir cerita, berusaha melawan namun gagal apakah bisa diterima direndahkan dengan pemikiran satu orang?  Minke memang gagal membuat hidupnya happy ending lalu apakah hanung akan merubahnya atau membiarkan film ini berjalan sesuai kemauanya dengan berjudi apakah karir baik atau langsung membunuh karirnya.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru