30 C
Jakarta

Kenali Kejahatan Perbudakan di Era Sekarang, Apa Itu?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanKenali Kejahatan Perbudakan di Era Sekarang, Apa Itu?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Masih ingat dengan istilah perbudakan yang pernah merajalela jauh sebelum Islam datang? Ketika Islam datang, sedikit demi sedikit perbudakan mulai dihentikan. Meskipun, pemberhentian itu tidak sekaligus. Karena, cara mengubah suatu kemungkaran harus membutuhkan waktu.

Akibat dari budaya perbudakan itu, Al-Qur’an sedikit banyak menyinggung. Seperti pada surah an-Nisa’ ayat 3 disebutkan bahwa orang yang tidak mampu berlaku adil terhadap anak yatim atau menikahinya karena mengincar hartanya, maka sebaiknya nikah lebih dari satu atau menikahi budak.

Mungkin Anda bertanya-tanya, buat apa ayat perbudakan masih dibaca, bukankah sistem perbudakan sudah lama dihentikan oleh Nabi Muhammad? Terus, Al-Qur’an sepertinya tidak relevan lagi berbicara tentang perbudakan. Statemen semacam ini perlu mendapat jawaban yang baik agar tidak kesalahpahaman.

Dr. Nur Rofiah, Bil Uzm, pegiat kajian gender Islam, memahami ayat perbudakan masih relevan dibicarakan. Pasalnya, di tengah-tengah masyarakat sekarang perbudakan dapat ditemukan dalam relasi suami-istri yang timpang sebelah. Di situ adalah yang superior dan ada yang imperior. Ada yang jadi pemimpin dan ada yang dipimpin. Relasi semisal ini persis dengan relasi perbudakan: ada majikan dan ada babu (budak).

Ketimpangan dalam relasi suami-istri perlu mendapatkan penanganan yang tegas dan bijaksana. Agar, nilai-nilai keadilan yang digaungkan Al-Qur’an dapat terealisasi. Masyarakat hendaknya disadarkan bahwa relasi suami-istri itu sebaiknya berbentuk ”kesalingan”, mereka saling merhormati, saling membahagiakan, dan saling mencintai. Tidak boleh ada yang jalan di depan dan jalan di belakang, melainkan harus jalan beriringan.

Selain isu gender, perbudakan juga dapat ditemukan dalam ranah teologi. Mereka merasa paling beriman dan bertakwa, sementara orang lain yang tidak sekeyakinan dengannya diklaim sesat dan kafir. Mereka musuhi orang lain, karena merasa dirinya paling benar. Bahkan, lebih dari itu mereka lakukan kejahatan terorisme untuk membunuh.

Perbudakan dalam ranah keyakinan ini secara tidak langsung memperbudak dirinya sendiri. Mereka diperbudak oleh kesesatan yang mengantarkannya ke jalan yang salah. Semestinya, mereka tahu, bahwa Islam tidak menghendaki aksi-aksi kejahatan terorisme. Jangankan terorisme, Islam melarang mengkafirkan orang lain yang tidak kafir.

Jadi, jika perbudakan pada masa dulu berorientasi pada penguasaan fisik, maka perbudakan pada masa sekarang lebih berpijak pada ranah keyakinan yang salah. Mereka bakal diperbudak oleh pikirannya sendiri untuk melakukan kejahatan kepada orang lain. Islam jelas melarang perbudakan apapun alasannya.

Maka, jauhilah memperbudak diri sendiri dan orang lain. Karena, itu termasuk tindakan yang tidak manusiawi. Islam tidak melihat siapa yang paling berkuasa atas orang lain, melainkan siapa yang paling bertakwa. Orang yang bertakwa inilah yang paling mulia di sisi Tuhannya.[] Shallallah ala Muhammad.

Khalilullah
Khalilullah
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru