34.3 C
Jakarta

Kenali Ciri-Ciri Orang yang Terlibat dalam Kelompok Radikal

Artikel Trending

KhazanahTelaahKenali Ciri-Ciri Orang yang Terlibat dalam Kelompok Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Saya memiliki pengalaman menarik tentang pertemanan dengan aktivis HTI, yang kebetulan adalah teman sekelas. Tentu, ini bukan klaim ataupun praduga yang tidak berdasar. Salah satu alasan utama mengapa kesimpulan tersebut muncul adalah postingan Whatsapp yang selalu menyebarkan tulisan-tulisan Muslimahnews.net, yang jelas-jelas milik aktivis HTI. Usut punya usut, ternyata benar adanya bahwa ia adalah aktivis khilafah tulen yang sedang memperjuangkan pendirian negara Islam di Indonesia dengan tujuan menyelamatkan Indonesia dari kekafiran dan dosa.

Saya sengaja melibatkan diri dalam sebuah perdebatan diskusi yang tercipta di kelas. Segala materi belajar selalu dihubungkan dengan kasus ketidakbecusan pemerintah dalam memimpin negara Indonesia. Padahal materi belajar kami di kelas tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemerintah. Argumennya persis, dengan narasi propaganda yang disebarkan oleh Muslimahnews.net pada setiap postingannya.

Namun, ada beberapa hal yang saya pelajari dalam hubungan sosial yang cukup problematik tersebut. Salah satunya adalah komunikasi yang bersifat rivalitas ketika membahas suatu pandangan tertentu, termasuk pandangan tentang politik dan kenegaraan. Saya dengan sengaja membalas pesan tentang salah satu postingan  Muslimahnews.net kami terlibat dalam perdebatan melalui pesan Whatsapp yang cukup panjang. Sampai pada akhirnya, saya merasa cukup lelah untuk terus mengejar argumen yang tidak ada ujungnya.

Dalam relasi sosial, ia sangat jarang untuk bergabung hanya sekedar bertemu ataupun makan bersama di warung kampus, dll. Tidak hanya itu, menurut pengakuan beberapa teman, kata yang bisa menggambarkan dari ketidakromantisan hubungan pertemanan barangkali “tidak satu frekuensi”. Sebab tidak ada yang bisa masuk bahkan tidak bisa berteman dengannnya.

Jika melihat dari berbagai perilaku yang sudah ditampilkan olehnya sejak pertama kali berjumpa, saya terus berefleksi untuk belajar pengalaman hidup orang-orang yang terlibat dalam kelompok radikal. Selama ini, saya mengenal para aktivis khilafah adalah orang yang tertutup untuk persoalan yang sensitif seperti membahas negara dan pemerintahan. Mereka cenderung menampilkan sisi religiusitas kepada publik dan menjadi nilai tawar lebih untuk mendapatkan empati untuk mengumpulkan massa yang begitu banyak. Namun, ternyata beberapa aktivis khilafah sangat speak-up untuk menyuarakan pendirian negara Islam secara terbuka. Dalam kehidupan personal, ia menunjukkan pribadi yang tidak mudah didekati oleh semua orang. Bukan karena untuk menjaga circle pertemanan atau hubungan. Melainkan ‘tidak satu frekuensi’ tersebut membuat ia enggan bahkan menjauh dari hubungan yang seharusnya perlu dibangun untuk persoalan kuliah, belajar bersama ataupun menyelesaikan tugas kelompok. Ketika hubungan ini tidak dibangun, maka terkesan defensif dan tidak butuh kepada orang lain. Yang terjadi justru, respon negatif dari masyarakat sekitar atas jubah agama yang selalu ditampilkan kepada publik.

BACA JUGA  Lebaran Ketupat: Merawat Tradisi dan Ketaatan Pasca Idulfitri

Melihat fenomena yang semacam ini, setidaknya kita perlu melihat ciri-ciri seseorang yang terafiliasi dalam kelompok radikal, yang terbagi pada beberapa hal, di antaranya:

Pertama, mendadak anti sosial, tidak mau bergaul. Sebab dalam pemahamannya adalah bergaul hanya untuk menambah dosa yang akan dipertanggungjawabkan di dunia akhirat. Mereka hanya bergaul dengan orang yang sefaham dan semisi untuk mendukung pemikiran yang dimilikinya.

Kedua, menghabiskan waktu bersama kelompok/jaringan yang dirahasiakan. Kelompok yang dirahasiakan salah satunya bisa kelompok pengajian yang selama ini menjadi basis kaderisasi penyebaran ideologi radikal. Salah satu pemanfaatan jaringan rahasia itu adalah membawa teman untuk mengikuti forum. Seperti MLM yang merekrut massa untuk bergabung dalam sebuah bisnis.

Ketiga, mengalami perubahan sikap, dari pribadi yang biasa, kemudian berubah menjadi sangat emosional atau tertutup. Tidak hanya itu, ia akan menjadi sangat marah apabila berbicara tentang pandangan keagamaan, politik ataupun negara karena ia tidak memiliki pemahaman yang sama terhadap kecintaan kepada NKRI.

Keempat, memutuskan komunikasi dan silaturrahmi dengan orang tua dan keluarga. Salah satu alasan mengapa itu bisa itu terjadi karena mereka meyakini sudah berada di ruang yang berbeda untuk menjalankan kehidupan. Perbedaan itu terlihat dari cara pandang dan merasa lebih agamis dibandingkan dengan keluarganya.

Kelima, memperlihatkan sikap menolak pandangan keagamaan dari lembaga/organisasi keagamaan yang moderat.

Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa kelompok radikal yang sangat kuat untuk mempertahankan ideologinya. Mereka membutuhkan pendampingan dan perlu dirangkul agar kita mampu memahami secara psikologis alasan bergabungnya mereka dalam kelompok radikal. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru