Harakatuna.com. Cirebon – Spirit keberagaman disebut sebagai salah satu faktor penting dalam memperkuat toleransi di Kota Cirebon. Hal ini mengemuka dalam Workshop Cirebon Multikulturalisme yang digelar Omah Satu Bangsa bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) di Aula Islamic Center, Kota Cirebon, Selasa kemarin.
Saat berbincang dengan Tribun, Ketua Pelaksana, Wahyono menjelaskan bahwa acara itu bertujuan menguatkan semangat keberagaman dan memberikan pemahaman kepada para pegiat moderasi beragama di Cirebon. “Workshop kemarin itu mengusung tema ‘Spirit Keberagaman Cirebon untuk Penguatan Toleransi dan Moderasi Beragama di Kalangan Budayawan, Seniman dan Tokoh Lintas Agama,’ sesuai dengan tujuan kami untuk mempererat kebersamaan,” ujar Wahyono, Rabu (4/12/2024).
Ia berharap kegiatan ini menjadi langkah awal kebangkitan moderasi beragama di Cirebon. “Semoga ini menjadi awal yang baik bagi pergerakan moderasi di Cirebon, khususnya di Kota Cirebon,” ucapnya.
Workshop tersebut juga menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang berbeda, yaitu budayawan RH Permadi, Ketua FKUB Kota Cirebon Abdul Hamid dan akademisi Ahmad Yani.
Dalam pemaparannya, kata Wahyono, RH Permadi berbicara tentang moderasi dan toleransi beragama yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Cirebon sejak zaman dahulu. “Zaman Sunan Gunung Jati, toleransi sudah terlihat, misalnya dari corak bangunan seperti Masjid Panjunan yang mencerminkan keberagaman budaya,” jelas Wahyono yang menyampaikan perkataan sesuai Permadi.
Senada dengan Permadi, Ahmad Yani menyebutkan, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Putri Ong Tien dari Tiongkok adalah simbol moderasi beragama sejak masa lampau. “Pernikahan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien menjadi bukti nyata toleransi yang mengakar di Cirebon,” katanya.
Ahmad Yani juga memaparkan empat indikator pemahaman moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi terhadap perbedaan, anti kekerasan, dan penerimaan budaya lokal. Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Cirebon, Abdul Hamid mengungkapkan, pihaknya terus berupaya menyelesaikan isu terkait penggunaan gudang sebagai tempat ibadah yang sempat menjadi perhatian nasional.
“Kami di FKUB telah melakukan langkah-langkah bertahap untuk menangani persoalan ini,” ujar Abdul Hamid.
Ia juga menyebutkan, FKUB tengah mencanangkan pengembangan wisata religi lintas agama di Kota Cirebon sebagai langkah konkret untuk memperkuat toleransi. “Harapannya, wisata religi ini dapat terealisasi dan menjadikan Cirebon sebagai kota yang semakin dikenal dengan semangat toleransi,” ucapnya.