27.3 C
Jakarta

Kemenag Ajak Milenial Jadi Agen Moderasi Beragama

Artikel Trending

AkhbarNasionalKemenag Ajak Milenial Jadi Agen Moderasi Beragama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Kementerian Agama mengajak generasi milenial menjadi agen moderasi beragama. Sebagai kekuatan masa depan, generasi milenial menghadapi tantangan yang amat serius dalam isu radikalisme.

“Kaum milenial pada dasarnya memiliki citra lebih terdidik, terbuka, dan paham teknologi. Kita sedang menyongsong era beragama yang lebih humanistis dan universal. Dari sini hubungan interreligius tampaknya lebih positif di masa depan kita. Kemandirian generasi ini dalam memanfaatkan teknologi akan mendorong mereka menuju peremajaan keyakinan dan moderatisme beragama, terutama dengan mengajukan pertanyaan dan berpikir kritis,” Kasubag TU Puslitbang BALK Kemenag RI, Rizky Riyadu Topek, dalam acara Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Kemenag RI dengan tema ‘Moderasi Beragama dan Generasi Milenial’ di Hotel Acacia Jakarta Pusat, Rabu (29/12).

Menurut Rizky, kaum milenial yang rentan terhadap politik identitas begitu menjebak dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini dinilai meresahkan. Untuk itu, Kemenag menilai perlu diperkuat kembali kepemilikan atas identitas sebenarnya yaitu muslim yang moderat, beragama secara ramah, toleran, dan menerima keanekaragaman.

“Kalangan milenial memiliki peran penting sebagai agen moderasi beragama. Millenial dapat mensosialisasikan muatan moderasi beragama di kalangan masyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun. Moderasi dalam beragama dapat terlihat melalui 4 indikator diantaranya adanya komitmen kebangsaan yang kuat, sikap toleran terhadap sesama, memiliki prinsip menolak tindakan kekerasan baik secara fisik maupun verbal serta menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia yang sangat beragama,” ujar Rizky.

BACA JUGA  BNPT Fokus Lindungi Perempuan, Anak dan Remaja dari Paparan Radikalisme

Sementara itu, Ewaldus Bole, Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) merefleksikan dengan pertanyaan kritis.

“Ada satu pertanyaan reflektif untuk kita saat ini. Mengapa diperlukan suatu gerakan Moderasi Agama? Apakah persoalan terorisme dan radikalisme disebabkan oleh Agama? Bagi saya akar persoalannya adalah karena kultur politik kita yang lebih mementingkan kepentingan suara mayoritas masyarakat kita. Ruang politik tidak pernah dibangun atas dasar kepentingan bersama, melainkan atas kepentingan kelompok yang pada akhirnya melahirkan politik identitas. Jadi persoalan-persoalan tersebut bukan karena Agama. Agama-agama selalu mengajarkan perdamaian dan solidaritas bersama sebagai sesama manusia,” jelas Aldo.

Menurutnya, yang tidak kalah penting adalah dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara kita harus memiliki pemahaman yang sama bahwa kita adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang latar belakang Agama, suku, ras, dan lain-lain.

Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan ternama. Narasumber kegiatan tersebut adalah Puslitbang BALK, Ewaldus Ewaldus Bole Presidium PP PMKRI, M. Irkham Thamrin PB PMII, Ai Rahmayanti Ketua Rumah Perempuan dan Anak, Jefry Gultom PP GMKI, dan Hariqo Wibawa Satria Direktur Eksekutif Komunikonten. Seluruh narasumber menyatakan moderasi beragama sangat penting dalam kehidupan bernegara.

“Kami mengapresiasi konsep moderasi beragama untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ungkap M. Irkham Thamrin Ketua Bidang Kegamaan PB PMII.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru