Harakatuna.com. Setelah beberapa hari menikmati liburan lebaran di kampung, hari ini saatnya kembali ke perantauan dan beraktivitas seperti semula. Namun, ada beberapa hal yang harus ditanamkan dalam diri ini agar perantau memiliki manfaat terhadap siapapun, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Pertama, perantau hendaknya menjadi manusia terbaik buat negeri di mana ia lahir dan berkembang. Ia harus mengabdikan hidupnya buat negerinya. Jangan sampai negeri ini hancur karena tangan sendiri. Negeri ini adalah titipan yang harus dijaga. Karena, itu bentuk bersyukur.
Menjaga negeri di antaranya dengan tidak menyebarkan radikalisme. Ini paham yang cukup berbahaya terhadap eksistensi negeri. Paham ini menjadi benalu yang dapat merusak negeri dari dalam. Bangsa ini harus mencegah radikalisme dengan melakukan deradikalisasi, baik dalam bentuk tulisan maupun orasi.
Mencegah radikalisme adalah tugas bersama. Jika ada segelintir orang yang terpapar radikalisme hendaknya segera diobati agar sakitnya tidak kian parah. Sebab, radikalisme yang parah akan mendorong seseorang melakukan kemungkaran yang dilaknat Tuhan, yaitu aksi-aksi terorisme.
Kedua, perantau hendaknya menjadi teladan kepada orang lain. Teladani Nabi Muhammad Saw. sebagai manusia yang memiliki akhlak yang luhur. Kenapa harus akhlak? Akhlak itu menempati posisi tertinggi di atas ilmu. Sealim apapun seseorang, jika akhlaknya bejat, maka kealimannya tidak bermakna. Seseorang yang berakhlak akan menjadi oase kepada orang lain.
Pentingnya menanamkan akhlak dalam diri senada dengan pengakuan Nabi Muhammad Saw.: “Bahwa aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Akhlak ini penting diperhatikan lebih-lebih di era mutakhir. Sebab, banyak orang yang lebih mengedepankan egonya dan kebesaran kelompoknya dengan merendahkan orang lain. Itu perbuatan yang tidak berakhlak.
Pribadi yang berakhlak adalah mereka yang menghormati orang lain, meski ia datang bukan dari kelompoknya sendiri dan ia membawa pemikiran yang berbeda. Orang yang luhur budi pekertinya paham betul bahwa perbedaan itu bukan petaka, melainkan menghadirkan rahmat. Orang yang seperti ini layak dijadikan teladan.
Sebagai penutup, jadikan perantauan ini sebagai bentuk hijrah dari yang tidak baik menjadi baik dan semakin lebih baik. Tidak perlu merantau, jika tidak mau menjadi manusia terbaik dan berakhlak. Karena, itu tidak ada gunanya.[] Shallallah ala Muhammad.