26.1 C
Jakarta

Kelompok Radikal dan Rutinitas Keagamaan Maulid Nabi yang Mereka Sesatkan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanKelompok Radikal dan Rutinitas Keagamaan Maulid Nabi yang Mereka Sesatkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Merayakan Maulid Nabi atau Hari Kelahiran Nabi Muhammad menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang hingga sekarang. Perayaan ini menjadi kebiasaan yang banyak ditemukan di pelosok wilayah Indonesia. Tak terkecuali di pulau Madura.

Perayaan Maulid di Madura menjadi rutinitas keagamaan yang biasanya–bila enggan berkata “harus”–dilakukan saban tahun, tepatnya pada bulan Rabiul Awal. Baik dilakukan di setiap masjid ataupun di beberapa rumah. Intinya, orang Madura mengapresiasi betul atau menyambut bahagia atas kehadiran Nabi Muhammad.

Salah satu alasan orang Madura–mungkin juga orang di daerah lain–semangat merayakan Maulid Nabi adalah mengingat perjuangan Nabi Muhammad menyelamatkan manusia (atau umatnya) dari belantara kebodohan. Karenanya, manusia menjadi orang yang mulia dibanding binatang.

Begitu urgennya kehadiran Nabi Muhammad. Disebutkan dalam hadis Qudsi: “Laulaka laulaka ya Muhammad lama khalaqtu al-aflak“. Maksudnya, seandainya Nabi Muhammad tidak diciptakan, niscaya Tuhan tidak bakal ciptakan alam semesta.

Sayangnya, di tengah perayaan Maulid Nabi, masih ada sebagian orang atau kelompok yang menolak bermaulid. Mereka berasumsi, bahwa Maulid Nabi itu sesat-menyesatkan. Disebabkan, bagi mereka, Nabi Muhammad sudah wafat, sehingga tidak perlu dirayakan kelahirannya.

Asumsi kelompok yang menolak Maulid Nabi hampir rata-rata berpikiran radikal. Mereka cenderung membaca teks secara dangkal. Argumentasi yang mereka sampai sama sekali tidak berdasar. Mereka seakan membaca teks Al-Qur’an secara parsial (sepotong-sepotong).

Disebutkan dalam Al-Qur’an untuk menyangkal pernyataan Nabi Muhammad sudah wafat: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. al-Baqarah: 154).

Ayat tadi menunjukkan hidupnya orang mukmin yang gugur dalam peperangan. Meski jasad mereka sudah wafat. Artinya, jika umat Nabi saja bisa hidup, meski jasadnya mati, maka apalagi Nabi. Pasti Nabi hidup dan sangat mungkin bertemu dengan umatnya yang memiliki rindu atau cinta kepada beliau. Nabi menyebutkan: “Anta ma’a man ahbabta“. Kamu bakal bersama orang yang kamu cintai. Jika cinta kita kepada Nabi Muhammad besar, maka Nabi akan menyambut kehadiran kita.

BACA JUGA  Membangun Jakarta ala Anies Baswedan

Kelompok radikal yang menolak Maulid Nabi jelas tidak belajar agama secara komprehensif. Agama tidak berdiri secara stagnan. Agama selalu luwes berinteraksi dengan zaman. Di Indonesia, terlebih di Madura, Maulid Nabi menjadi budaya keagamaan yang rutin dilakukan. Maka, sangat tidak benar jika kelompok radikal yang hidup di Indonesia menolak budaya Maulid Nabi.

Biasanya kelompok radikal menyesatkan, bahkan mengkafirkan orang yang merayakan Maulid. Klaim sesat bin kafir dialamatkan oleh mereka karena satu alasan: tidak sepemahaman dengan mereka. Sungguh sangat lucu alasan yang mereka utarakan. Klaim mereka tidak didasarkan atas argumentasi yang logis dan kuat.

Benar apa yang dikatakan Prof. Quraish Shihab, “Janganlah berdebat dengan orang yang kamu bisa kalahkan argumentasinya, tapi kamu tidak bisa kalahkan kepala batunya.” Sangat mudah untuk mematahkan argumentasi kelompok radikal yang menolak Maulid, apalagi mereka memang tidak berilmu. Tapi, sangat sulit mematahkan kepala baru mereka.

Kelompok radikal yang menolak Maulid Nabi bila dilihat dari pesan Al-Qur’an pada awal surah al-Baqarah bagaikan–bila enggan berkata termasuk–orang kafir yang percuma diberi peringatan untuk beriman atau tidak beri peringatan. Karena, hati mereka kufur alias tertutup dari kebenaran.

Sebagai penutup, kelompok radikal yang menolak Maulid sesungguhnya tidak berdasarkan nash Al-Qur’an dan hadis. Mereka hanya berdasarkan pada kepentingan dirinya sendiri. Maka, hindari kelompok semacam ini sebelum kamu terlambat. Mereka sangat lincah bersilat lidah.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru