25.6 C
Jakarta
Array

Keistimewaan Nabi Besar Muhammad Saw (Bagian VIII)

Artikel Trending

Keistimewaan Nabi Besar Muhammad Saw (Bagian VIII)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Nabi adalah seorang manusia. Sebagai seorang manusia tentunya butuh makan, minum dan tidur. Karena nabi bukanlah malaikat yang tidak tidur, makan dan minum. Akan tetapi sebagaimana layaknya nabi mereka manusia tapi bukan seperti manusia biasa. Tentu makan, minum dan tidurnya berbeda dengan manusia pada umumnya.

Tulisan kali ini akan sedikit mengupas tentang tidurnya seorang nabi. Terkhusus Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Sebagai uswah hasanah, teladan terbaik bagi seluruh makhluk, Rasulullah saw pernah menegur sahabat yang berniat untuk tidak tidur malam hari dan puasa di siang harinya. Dalam tegurannya Rasulullah saw menegaskan bahwa tubuh memiliki hak untuk istirahat, mata memiliki hak untuk terpejam. Demikian kurang lebih hadis sahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullahn bin Amr bin al-Ash. Oleh karenanya jika tubuh dan mata memiliki hak, berarti sang empunya mata dan tubuh wajib untuk memberikan hak-hak istirahat itu semua.

Setiap jiwa manusia butuh penyegaran. Sehingga jangan sampai anggota tubuh manusia jika dipaksakan untuk terus bekerja non-stop nantinya malah menjadi rusak dan tak berfungsi lagi. Ibarat sebuah mesin yang jika terus menyala tanpa adanya batas waktu tertentu lambat laun akan panas dan jika terus dipaksakan maka akan rusak atau konslet. Justru tindakan pemaksaan di atas beban kekuatan yang tersedia ini merupakan bentuk kufur nikmat. Sebab tidak bisa menjaga nikmat dan fungsi anggota tubuh atau mesin yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta, Allah swt. Dalam sebuah riwayat Nabi Muhammad saw pernah berpesan, segarkan hati dan jiwa kalian. Jika sudah bosan dan capek hati dan jiwa bisa buta.

Sifat tidur Nabi Muhammad adalah matanya terpejam namun hati tidak ikut tertidur. Ini bersumber dari riwayat sahih dalam Sahîh al-Bukhâri dari Anas bin Malik saat menceritakan tentang kejadian Isra’ Miʻraj. Sebagai orang terdekat Nabi saw –karena sebagi pelayan Nabi saw- Anas bin Malik menceritakan bahwa Nabi saw saat tidur matanya saja yang terpejam hatinya tidak ikut tidur. Hal ini juga berlaku bagi para nabi-nabi sebelumnya, tegas Anas bin Malik.

Sifat tidur para nabi ini memberikan pesan bahwa mereka adalah bukan manusia biasa. Mereka adalah manusia pilihan Tuhan. Allah swt yang sama sekali tidak pernah ngantuk apalagi tidur memberikan sedikit sifat-Nya tersebut kepada para nabi-nabi-Nya. Sehingga meskipun tidur hati-hati mereka tidak pernah tidur. Sebab hati adalah tempat pandangan Allah swt. Melalui hati-lah Allah swt memberikan wahyu-wahyu-Nya. [Ali Fitriana] Wallahu Aʻlam

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru