Keistimewaan Nabi Besar Muhammad Saw (4)
Setiap keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Besar Muhammad saw adalah menjadi penguat kebesaran dan kemuliannya sebagai insan termulia di pentas jagad dunia ini. Salah satu keistimewaan yang diungkap oleh ulama adalah Nabi Besar saw tidak memiliki bayangan. Al-Tirmidzi mengungkapkan hikmah di balik keistimewaan tersebut yakni agar bayang-bayang mulia beliau saw yang tidak terinjak oleh kaki orang-orang terutama non-Muslim. Sebab penginjakan atau menginjak-injak merupakan cerminan dari penistaan dan pelecehan.
Keistimewaan Nabi Muhammad saw ini berangkat dari hadis mursal –sebagaimana dicantumkan oleh al-Suyuthi dalam al-Khashâish al-Kubrâ– yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Dzakwan:
عَنْ ذَكْوَانَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ لَمْ يَكُنْ يُرَى لَهُ ظِلٌّ فِي شَمْسٍ وَلَا قَمَرٍ
Diriwayatkan oleh Dzakwan bahwa Rasulullah saw tidak terlihat memiliki bayangan baik dalam sinar matahari maupun rembulan.
Baca: Islam dan Pesan Perdamaian
Ibnu al-Jawzi dalam kitabnya al-Wafâ bi Ahwâl al-Mushthafâ menyebutkan riwayat yang disandarkan pada Abdullah bin Abbas ra:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمْ يَكُنْ لِرَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ظِلٌّ وَلَمْ يَقُمْ مَعَ شَمْسٍ قَطُّ إِلَّا غَلَبَ ضَوْؤُهُ ضَوْءَ الشَّمْسِ وَلَمْ يَقُمْ مَعَ سِرَاجٍ قَطُّ إِلَّا غَلَبَ ضَوْؤُهُ السِّرَاجَ
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw tidak memiliki bayangan. Beliau saw tidak pernah berdiri di tengah sinar matahari kecuali sinar beliau saw mengalahkan sinar matahari. Beliau saw tidak pernah berdiri di samping lentera kecuali sinar beliau saw mengalahkan sinar lentera tersebut.
Sebagian ulama berpandangan bahwa keistimewaan tidak memiliki bayangan ini juga berangkat dari asal penciptaan Nabi Besar Muhammad saw. Memang sebagian pendapat mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw tercipta dari cahaya. Karena beliau saw juga memiliki sebutan nama al-Nur, cahaya.
Cahaya yang menjadi indentitas Nabi Besar Muhammad saw ini dikuatkan dengan doa beliau saw saat sujud shalat yang termuat dalam riwayat Shahih Muslim dan Musnad Ahmad dari sahabat Abdullah bin Abbas ra:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِى قَلْبِى نُورًا وَفِى سَمْعِى نُورًا وَفِى بَصَرِى نُورًا وَعَنْ يَمِينِى نُورًا وَعَنْ شِمَالِى نُورًا وَأَمَامِى نُورًا وَخَلْفِى نُورًا وَفَوْقِى نُورًا وَتَحْتِى نُورًا وَاجْعَلْ لِى نُورًا أَوْ قَالَ وَاجْعَلْنِى نُورًا
Ya Allah jadikan cahaya dalam hati. Cahaya dalam pendengaranku. Cahaya dalam penglihatanku. Cahaya di sebelah kananku. Cahaya di sebelah kiriku. Cahaya di depanku. Cahaya di belakangku. Cahaya di atasku. Cahaya di bawahku. Serta jadikan aku cahaya.
Senada dengan keterangan di atas, dalam kitab Ghâyah al-Sul fî Khashâish al-Rasul, Ibnu al-Mulaqqin menambahkan keistimewaan Rasul saw berupa kelebihan mampu melihat di kegelapan seperti di cahaya terang benderang (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Asakir dari Aisyah) serta mampu melihat di malam hari seperti di siang hari (HR. al-Baihaqi dari Ibnu Abbas). Wallahu aʻlam []