26.8 C
Jakarta
Array

Kebesaran Jiwa dari Dua Sahabat Nabi

Artikel Trending

Kebesaran Jiwa dari Dua Sahabat Nabi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kebesaran Jiwa dari Dua Sahabat Nabi

Nabi Muhammad SAW adalah sosok panutan umat. Ketika ia masih hidup, segala sesuatu mudah diselesaikan, namun ketika ia wafat, kedewasaan beragama umat Muslim pun diuji.

Ketika ia wafat, para sahabat segera mencari pengganti beliau. Tetapi siapa gerangan?. Orang yang pantas dan mampu mengayomi semua masyarakat. maka Umar bin Khathab berpendapat, dia adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Umar berkata pada Abu Bakar, “Ulurkan tanganmu!. Aku akan membaiatmu.”

Tapi, menurut Abu Bakar, yang pantas memimpin adalah Umar. Abu Bakar berkata: “Akulah yang membaiatmu.”

“Kamu lebih utama daripada aku,” sahut Umar.

“Kamu lebih kuat daripada aku,” balas Abu Bakar.

Maka Umar pun menjawab, “kekuatanku (akan) kupersembahkan padamu karena keutamaanmu.” Maksudnya? Umar akan mengerahkan kekuatan dan apa yang dimilikinya untuk mendukung pencalonan Abu Bakar. Dalam catatan sejarah Islam, Abu Bakar ash-Shiddiq dikenal lembut dan sabar. Sedangkan, Umar dikenal keras dan kuat. Dua sosok yang memiliki ciri khas dan mewarisi teladan Nabi Muhammad.

Saat ini, fenomena yang kita terima adalah satu calon pemimpin dengan pemimpin lainnya saling menjatuhkan, melemahkan dan membuka aibnya. Akhirnya, kaum Muslimin pun diterpa racun kegelisahan dan kebingungan. Ditambah televisi menjadi ‘pintu’ fitnah.

Teladan yang ingin diwariskan oleh Abu Bakar dan Umar adalah mengakui dengan jujur kelebihan orang lain. Di samping itu juga, keduanya juga mengajarkan bagaimana menggunakan lidah (lisan) dengan baik. Sebagai seorang manusia, lisan adalah cerminan hati.

Lisan adalah ungkapan apa yang terdapat dalam hati seseorang. Setiap ucapan tidak baik (negatif), sebagai indikasi kuat gambaran hati seseorang. Umbaran fitnah dan menjelekkan orang lain adalah tanda busuknya hati, dan kebohongan yang selalu dilontarkan adalah gambaran jeleknya hati.

Baik-buruknya hati, tergantung asupannya. Jika asupannya seperti: Al-Qur’an, salawat dan buah-buah kebaikannya lainnya, maka lisannya akan mengeluarkan kata-kata baik. Mengakui kelebihan orang lain adalah tanda kebesaran jiwa seseorang. Dan ini adalah ajaran Islam. Pesan tersirat darinya, agar kita selalu introspeksi diri. Agar kekurangan yang tampak pada diri kita bisa kita obati dengan selalu membaca al-Qur’an dan mengkaji kitab-kitab sirah Nabawiyah.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru