Harakatuna.com. Serang-Kapolda Banten Irjen Tomsi Tohir mewanti-wanti pemuda dan mahasiswa di Banten tak mudah terpapar radikalisme yang berujung aksi teror. Khususnya penyebaran terorisme dan radikalisme di media sosial dan internet.
Tomsi mengatakan, berdasarkan penelitian oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Penyebaran terorisme dan radikalisme di media sosial menyasar anak-anak muda dan mahasiswa. Beberapa nama, seperti Agus Anton, Ahmad Taufik pada 2013 yang menyerang kedutaan Myanmar.
Tomsi menegaskan teroris Ahmad Azhar Basyir perakit bom Solo dan Madiun adalah pelaku yang mendapatkan pengaruh dari internet dan media sosial. Pihaknya menuturkan agar para pemuda dan kalangan remaja Indonesia berhati-hati dengan penyebaran terorisme dan radikalisme di media sosial dan internet.
Pihak kepolisian selama ini mendeteksi beberapa kasus penyerangan teror di beberapa tempat berawal dari pengarus penyebaran paham radikal di medsos. Menurut Tomsi, potensi ini memiliki potensi yang sangat besar untuk mempengaruhi kalangan muda. Karena milenial sekarang berguru kepada online.
“Ini karena ajakan media sosial, gurunya adalah online,” kata Tomsi di hadapan perwakilan mahasiswa dan pemuda Banten di pendopo Gubernur Banten, Jalan Syekh Nawawi Al Bantani, Serang, Senin (28/10/2019).
Kemudian, kata Tomsi, ada juga pemuda berumur 18 tahun, Judi Novaldi, yang menyandera adiknya dan menyerang ayah kandung dan meminta tebusan Rp 300 juta demi pengeboman. Selain itu, ada nama Asyahnaz, seorang perempuan yang rela pergi ke Turki untuk bergabung dengan kelompok ISIS yang mendapat pengaruh di media sosial.
Cara Menyikapi Penyebaran Terorisme di Media Sosial
Berdasarkan beberapa kasus yang diparkannya, secara umum pihak kepolisian mengimbau kalangan milenial agar menggunakan media sosial sebagaimana mestinya. Dan untuk menghindari pengaruh radikalisme yang disebarkan melalui media sosial pihanya berharap agar cerdas memanfatkan media. Salah satu usaha yang mungkin bisa dilakukan bersama adalah tidak mempercayai seluruh kabar media soial seutuhnya.
Kalangan milenial diharapkan bisa melakukan pembandingan antara konten media sosial dengan beberapa lieratur akademik.
“Paham radikalisme mengalami perubahan (penyebaran) melalui media sosial. Kita sarankan generasi muda bisa melihat konten isi medsos dengan membandingkan literatur,” ujarnya.