32.9 C
Jakarta
Array

Kampus Terpapar Radikalisme

Artikel Trending

Kampus Terpapar Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pasca rentetan kejadian teror yang terjadi di beberapa wilayah di Tanah Air, aksi teror semakin membabi buta. Fenomena ini mencerminkan betapa radikalisme sudah merasuk ke lini-lini strategis. Sebagaimana diketahui bersama bahwa, radikalisme, sangat berpotensi melahirkan terorisme. Jika yang demikian terjadi dan tidak ada langkah yang tegas dan terukur, maka sama saja kita telah menandatangani kontrak kehancuran lebih awal.

Tentu kita semua tidak menginginkan negeri ini hancur karena ulah oknum tertentu. Untuk itu, pemerintah langsung menanggapi situasi kekinian, yakni melalui Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Hamli. Ia mengatakan bahwa hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) sudah terpapar paham radikalisme.

Lebih lanjut, Hamli membeberkan perguruan tinggi yang terpapar radikalisme, yaitu; Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Insitut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB).

Selain itu, Hamli juga menegaskan bahwa, PTN dan PTS yang kena paham radikal itu di fakultas esakta dan kedokteran.

Pernyataan Hamli yang terakhir menarik untuk ditanggapi. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat ditemukan dari pernyataan tersebut. Pertama, ada tren baru dalam konteks penyebaran paham radikal. Selama ini, radikalisme selalu dianggap bermula dan berkembang pesat di pesantren dan sekolah agama. Akan tetapi, laporan terbaru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamli, menyebutkan bahwa radikalisme juga menyerbu kampus, terutama mahasiswa di fakultas esakta dan kedokteran.

Kedua, penetrasi kelompok radikal adalah kalangan elit, berpendidikan. Kita ketahui bahwa kampus-kampus yang menjadi lahan subur kelompok radikal dalam upaya merukrut pengikut justru yang masif terjadi di lingkungan kampus favorit. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hanya orang tertentu saja yang bisa masuk kampus favorit seperti UI, UB itu. Bisa dipastiakan bahwa mereka hampir tidak kering dan miskin ilmu dan pengetahuan. Akan tetapi, mengapa paham radikal justru di situ semakin laku? Bukankah radikalisme dan terorisme itu dikutuk oleh ilmuan?

Ketiga, ada indikasi bahwa nasionalisme dan wawasan keneragaan generasi muda zaman now kurang dalam. Dulu, mahasiswa sangat mengandrungi isu-isu nasionalisme dan wawasan kebangsaan. Pancasila menjadi tema sentral dalam setiap lingkaran atau perkumpulan sebuah diskusi di sudut kampus. Bagi mereka, membahas Pancasila bukan dalam rangka meragukan kesaktiannya, melainkan sebagai ikhtiar untuk memperkuat wawasan kebangsaan.

Namun, kini Pancasila bukan lagi menjadi isu sentral. Mahasiswa sekarang ada kecenderungan memilih gagasan baru, sehingga Pancasila tidak laku. Toh jika diskusi terkait Pancasila, namun orientasinya adalah melemahkan kekuatan Pancasila sebagai ideologi negara. Mengaitkan masifnya korupsi dan kejadian yang merugikan negara lain dengan Pancasila adalah salah satu dari sekian strateginya.

Keempat, bebasnya ruang diskusi. Diskusi sudah menjadi “ritual” rutinan bagi mahasiswa. Namun, diskusi yang terlalu bebas juga bisa menjadi celah bagi kelompok radikal untuk menyusupi segenap pikiran mahasiswa. Dari sini, terutama mahasiswa esakta, yang notabene banyak yang mengkaji agama secara tidak mendalam, sehingga akan mudah “ditipu” oleh kelompok radikal dengan mengatasnamakan kitab suci.

Kampus adalah ranah publik, yang di dalamnya terdapat dialektika pemikiran dan gagasan secara terbuka. Posisi dan kondisi seperti ini berdampak sangat baik sekaligus berpotensi besar disalahgunakan, seperti disusupi pemikiran dan tindakan ekstrem.

Untuk itu, pemerintah sudah seharusnya memikirkan dan mewaspadai fenomena kampus yang terpapar radikalisme. Langkah konkritnya bisa dimulai dari mendesain ulang mata kuliah yang bersifat ideologis, seperti pendidikan agama, pancasila, pendidikan kewarganegaraan. Mata kuliah ini untuk mengantisipasi mahasiswa yang disorientasi terhadap Pancasila dan nilai-nilai agama.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru