Harakatuna.com. Jakarta – Anggota Komisi X DPR RI Adrianus Asia Sidot mengatakan, terdapat akademisi-yakni mahasiswa dan dosen-di kampus-kampus besar Indonesia yang sudah terbuka oleh paham radikalisme. Jika dibiarkan, maka masyarakat umum akan menjadi lebih rentan.
“Dari hasil penelitian, kampus-kampus besar di Indonesia sudah ada yang terpapar radikalisme,” kata Adrianus dalam seminar bertajuk “Pendidikan dan Pembangunan Perdesaan yang Berwawasan Kebangsaan” yang langsung di kanal YouTube LPPM UPR, Rabu (22/9).
Dia berpandangan, apabila mahasiswa telah terpapar radikalisme, maka masyarakat umum akan lebih rentan. Apalagi jika paham radikalisme mulai memengaruhi lapisan masyarakat umum yang berasal dari tingkat pendidikan yang lebih rendah.
“Mahasiswa sudah terpapar, dosen juga sudah terpapar paham radikalisme. Kalau kita dibiarkan, akan jadi apa Indonesia?” ujar dia.
Berdasarkan pandangan Adrianus, terdapat tren yang sedang dan memengaruhi semua perilaku penduduk dunia, termasuk memengaruhi perilaku akademisi. Dalam tren tersebut, kata dia, pengaruh-pengaruh yang sulit untuk diterapkan.
“Seperti kemenangan Taliban di Afghanistan, pasti akan berpengaruh radikalisme,” ucap anggota DPR Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) ini.
Oleh karena itu, dia meminta, kepada mahasiswa agar dapat bertindak lebih kritis untuk menghadapi pengaruh-pengaruh tersebut. Adrianus yakin, bahwa Pancasila memiliki peran penting dalam melindungi saat menghadapi pengaruh radikal.
Untuk itu, dia juga mengatakan, bahwa Pancasila tidak boleh diubah atau dihilangkan dari sistem pendidikan Indonesia. “Kami (Komisi X DPR RI, red.) mendorong peningkatan sistem pendidikan Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan catatan Pancasila harus menjadi landasan filosofis dan ideologi pendidikan di Indonesia,” tutur Adrianus.
Penyempurnaan sistem pendidikan bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan zaman pelajar Indonesia yang berubah akibat perkembangan. Di sisi lain, nilai-nilai Pancasila sebagai landasan ideologi dan filosofi pendidikan Indonesia dapat menjadi acuan bagi para akademisi untuk berlaku kritis dalam menghadapi pengaruh-pengaruh radikal.
“Bagi mereka yang berpikir untuk memasukkan ideologi lain dalam pendidikan, silakan minggir,” kata Adrianus.