31.8 C
Jakarta

Kalau Teroris Sudah Masuk Di Banyak Lembaga, Memangnya MUI Bisa Apa?

Artikel Trending

Milenial IslamKalau Teroris Sudah Masuk Di Banyak Lembaga, Memangnya MUI Bisa Apa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Ketika lembaga yang konsen terhadap pergerakan (aktivitas) teroris membeberkan fakta bahwa teroris sudah masuk di lembaga-lembaga strategis pemerintahan, kita memang cenderung kaget. Kagetan itu seperti ketika bom sudah meledak di pinggir meja kita dan orang-orang yang berharga dalam diri kita menjadi tumbalnya.

Kita memang mudah kaget. Kita cenderung tidak terima terhadap fakta yang sudah benar-benar ada. Pasalnya bukan kekagetan itu sendiri, melainkan kelalaian dan sikap tidak percaya yang sering kita dahulukan. Hari ini siapa yang percaya bahwa para teroris sudah masuk dalam lembaga-lembaga strategis pemerintahan dan pada partai?

Kritik MUI dan Kebebalan Teroris

Secara jujur, kita tidak mungkin percaya. Bahkan lembaga MUI yang sudah beberapa kali kebobolan disusupi teroris dan sudah mengendap bertahun-tahun di tubuhnya saja tidak percaya. Anehnya, MUI inilah yang sering membantah bahwa teroris tidak ada. Dan jika ada lembaga yang memberi tahu, atau memberi signal boro-boro MUI menyangkalnya.

Seperti pada 20 Februari lalu, ketika BNPT memberikan informasi bahwa sejumlah teroris telah menyusup ke lembaga publik dan ormas. Lalu kemudian MUI dan partai Demokrat dan PKS memberikan ultimatum bahwa BNPT hanya membikin gaduh dan meresahkan masyarakat dengan informasi-informasi timpang. Mereka mengkritik keras pernyataan BNPT tersebut sebagai berikut.

“Kali (BNPT) ini kembali membuat pernyataan yang membuat gaduh, dan menyesalkan di antaranya Irfan Idris mengatakan BNPT tidak bermaksud menuding sejumlah lembaga yang anggotanya ditangkap Densus 88/Antiteror sebagai organisasi teroris. Menurutnya, teroris menyusup dan tidak langsung melancarkan aksi teror, melainkan berupaya menguasai lembaga tersebut. Hal ini juga terjadi di perguruan tinggi. Yang menjadi pertanyaan bagaimana kita mencegah penyusup ke ormas sehingga target tidak pada penangkapan. Kata Irfan tidak langsung melakukan aksi di pendidikan tinggi tapi melakukan proses-proses awal, misalnya pembaiatan, pengajian, dengan sangat disayangkan,” kata Sekjen MUI Amirsyah.

Bagi Amirsyah, narasi itu perlu diinvestigasi agar tidak meresahkan masyarakat. Ia berharap, BNPT betul-betul jeli dalam memetakan dan bijak memberikan pernyataan. Karena baginya, keberhasilan penanggulangan terorisme bukan pada penangkapan, melainkan pada pencegahan.

Namun satu yang luput dari sanggahan MUI adalah, lahirnya pernyataan BNPT tersebut untuk memastikan bahwa bangsa Indonesia lebih berhati-hati dengan aktivitas terorisme. BNPT mengimbau lembaga publik atau partai agar lebih waspada lagi dari ancaman penyusupan teroris. Karena, seperti yang kita lihat, lembaga seperti MUI dan salah satu partai di Indonesia sudah disusupi teroris. Dan itu fakta dan ada riil buktinya.

BACA JUGA  Ramadan dan Gerilya Radikalisasi, Bagaimana Menanganinya?

Aktivitas Terorisme Berubah

Hari ini aktivitas terorisme berubah total. Yang dulunya terorisme memakai cara dengan langkah-langkah seperti perekrutan, pemberian arahan dan komunikasi dilakukan di media sosial, terorisme kini melakukan kontak dengan cara senyap agar tidak mudah dipantau oleh aparat keamanan negara. Ini tidak hanya berlaku di Irak dan Suriah. Tetapi ini juga terjadi di Indonesia.

Apalagi, sistem atau hukum-hukum teroris yang dipegang sudah mulai dilonggarkan karena mereka sedang dalam kondisi terdesak. Misalnya, para teroris hari ini boleh menjual barang haram atau melakukan zina karena keadaan terpaksa. Tapi dengan syarat, semua itu mereka harus diniatkan dalam rangka jihad total kepada agama.

Teroris juga hari ini mengubah strategi dan taktik perangnya. Kalau dari dulu para teroris harus menembakkan senapan untuk membunuh musuh dan memenangkan medan, kini  gerakan mereka hampir sama dengan taktik para politisi. Mereka bermain di ruang umum dan sebisa mungkin bisa menguasai lumbungnya. Contoh nyata mereka bisa menjadi pendakwah, ustaz, dan pendidik seperti kita lihat teroris yang sudah banyak ditangkap di negeri ini.

Itu dilakukan karena para teroris membaca pergerakannya selama ini. Peperangan demi peperangan yang selama ini mereka lakukan di Suriah dan Irak tidak membuahkan hasil yang signifikan. Bahkan malah menjadi kekalahan telak baginya. Makanya hari ini, mereka harus mengubah strategi dan harus masuk pada tempat-tempat strategis, seperti Partai, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, dan ormas keagamaan yang begitu dekat dengan masyarakat. Sayangnya, hal tersebut sudah terjadi di Indonesia. Mereka sudah masuk dan menjadi anggota Partai Dakwah dan Partai Ummat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Maka itu, fakta ini harusnya menjadi catatan hitam bagi kita semua. Informasi mengenai terorisme yang awalnya kita tolak, kadangkala hal tersebut yang membahayakan kita sebenarnya. Biasanya, kejadian-kejadian teror bukan datang dari di luar kita, melainkan dari dalam kita, yaitu membiarkan kita ikut lalai dan ikut dicuci otak oleh para teroris, namun kita tidak menyadarinya. Jangan sampai apa yang menimpa pada MUI, Partai Dakwah dan Partai Ummat, terjadi pula pada lembaga dan keluarga kita.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru