32.1 C
Jakarta
spot_img

Kajian Tafsir Surah Qaf: Peringatan untuk Menghindari Keingkaran kepada Allah

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirKajian Tafsir Surah Qaf: Peringatan untuk Menghindari Keingkaran kepada Allah
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Allah SWT telah memberikan kabar gembira bagi makhluk-Nya yang mengikuti dan meyakini ajaran utusan-Nya, Muhammad. Akan tetapi kebanyakan dari makhluk-Nya mengingkari-Nya. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT telah menyampaikan dalam Al-Quran surah Qaf ayat 36 sebagaimana di bawah ini.

Tafsir Surah Qaf

وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَادِۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ

Artinya: “Betapa banyak umat sebelumnya (kaum kafir Quraisy) yang telah Kami binasakan! Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada (kaum kafir Quraisy) itu, sehingga mampu menjelajah (dan mengamati) beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (bagi mereka dari kebinasaan)?”

Kajian Makna

Kata الْبِلَادِ dalam ayat ini berfungsi sebagai kata benda yang merujuk pada negeri atau kota. Dalam konteks ini, penggunaan kata tersebut dilengkapi dengan kata sandang “al-” yang menunjukkan bahwa negeri tersebut telah jelas dan dikenal. Secara linguistik, kata الْبِلَادِ tidak bisa berdiri sendiri tanpa kata lain yang mengikutinya. Dalam ayat ini, kata الْبِلَادِ memiliki konotasi negatif, mengingat bahwa penggunaan kata ini sering kali merujuk pada negeri yang penuh dengan kejahatan, aniaya, dan ketidakadilan, seperti yang dialami oleh kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun.

Secara umum, kata balad berarti negeri atau wilayah. Dalam bahasa Arab, penggunaan balad dalam bentuk plural cenderung memiliki makna negatif, menunjukkan bahwa meskipun sistem pemerintahan suatu negara berbeda, kejahatan dan ketidakadilan bisa terjadi di mana saja, tanpa terbatas oleh teritori atau sistem pemerintahan tersebut.

Munasabah

Ayat ini menjelaskan tentang kaum Quraisy yang dibinasakan oleh Allah. Ayat berikutnya, tepatnya ayat 37, menggambarkan bahwa umat terdahulu telah diperingatkan sebelum mendapatkan kebinasaan, menunjukkan hubungan antara ayat 36 dan 37. Dalam konteks ini, peringatan Allah datang sebelum azab-Nya menimpa umat yang durhaka.

BACA JUGA  Kajian Ekstremisme dalam Perspektif Kitab Tafsir

Pandangan Mufassir

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah mengungkapkan bahwa ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah dalam membinasakan orang yang membangkang. Sebelum mereka dihukum, umat terdahulu terlebih dahulu diperingatkan oleh Allah, namun mereka tetap mendustakan peringatan tersebut. Shihab menekankan pentingnya mendengar dan memahami peringatan-peringatan Allah, terutama bagi orang yang beriman dan memiliki hati yang lapang.

Dalam tafsir Al-Ibriz oleh Bisri Musthofa, dijelaskan bahwa terdapat golongan orang-orang yang lebih kuat dari kaum kafir pada masa itu. Meskipun mereka berusaha mencari tempat perlindungan dari kebinasaan, mereka tidak dapat menghindar dari takdir Allah yang pasti.

Sementara itu, dalam tafsir Ibn Katsir, disebutkan bahwa sebelum orang-orang yang mendustakan itu, terdapat golongan yang lebih besar jumlahnya, lebih kuat, dan lebih berpengaruh. Mereka menjelajahi bumi untuk mencari rezeki dan mengembangkan perdagangan, namun ketika azab Allah datang, tidak ada tempat untuk melarikan diri. Ibn Katsir menekankan bahwa tiada tempat pelarian bagi mereka yang membangkang terhadap Allah dan rasul-Nya.

Pandangan Penulis

Ayat ini memberikan gambaran tentang orang-orang terdahulu yang membangkang kepada Allah dan tidak menemukan tempat perlindungan dari kebinasaan. Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Allah memberi kesempatan untuk memperbaiki diri melalui peringatan, dan bahwa tempat kembali yang terbaik hanya kepada Allah SWT. Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, sehingga kita tidak boleh membangkang perintah-Nya. Semua masalah dan kesulitan yang kita hadapi, hanya kepada Allahlah tempat kembali yang terbaik. Wallahua’lam bisshawab.

Binti Khabibatur R. A
Binti Khabibatur R. A
Lahir di Kediri, 11 Maret 2003. Saat ini sedang menempuh S2 program Studi MIAT (Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu juga sedang nyantri di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Motto: "Dengan terbentur, terbentur, terbentur, maka akan terbentuk."

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru