26.5 C
Jakarta
Array

Kajian Sejarah Nabi Dalam Karya KH Hasyim Asy’ari (Bagian VIII)

Artikel Trending

Kajian Sejarah Nabi Dalam Karya KH Hasyim Asy’ari (Bagian VIII)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada kesempatan kali ini penulis ingin membahas Bab kesempurnaan akhlak nabi yang mencerminkan kepribadianya yang unggul, terutama kasih sayangnya yang universal terhadap seluruh alam dalam berbagai perspektif.

Dalam bab ini KH Hasyim Asy’arimemulai pembahasanya terlebih dahulu mengenai bagaimana kasih sayang nabi terhadap anak yatim, miskin dan rasa bersyukurnya nabi terhadap nikmat yangtelah diberikan Allah. 

KH Hasyim Asy’ari memulai pembahasanya dengan mengutip 3 ayat terakhir terakhir surat Ad-Dhuha “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu ceritakan”.

Setelah, mengutip 3 ayat tersebut KH hasyim Asy’ari memulai membahas bagaimana kharakter dan akhak nabi terhadap anak yatim, beliau mengutarakan bahwasanya nabi Muhammad adalah orang yang sangat besar kasih sayangnya terhadap anak yatim, dan selalu membela hak-hak anak yatim. 

Nabi Muhammad juga orang yang sangat menganjurkan untuk selalu memuliakan dan menjaga hak-haknya anak yatim sampai-sampai nabi tidak pernah bermuka masam dihadapan anak yatim apalagi membentak dan menyakitinya. Bagaimana tidak nabi Muhammad melakukan itu semua, Beliau sendiri telah ditinggal ayahnya, sejak beliau masih dalam kandungan ibunya, dan beliau terlahir dalam keadaan yatim, dan tumbuh sebagai anak yang faqir dalam asuhnya ibunya sampai ibunya meninggalkan dunia sedangkan usianya saat itu masih enam tahun. 

Pahitnya hidup sebagai anak yatim mendorong nabi Muhammad untuk selalu berbuat baik terhadap anak yatim, seperti apa yang beliau sabdakan “Barang siapa mengusap kepala anak yatim, maka setiap sehelai rambut yang diusapnya, akan menjadi cahaya kelak di hari kiyamat”. Beliau juga membuat permisalan antara dirinya dengan orang yang menanggung anak yatim seperti dua buah jari (beliau sambil menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya). 

Mendengarkan rasa sayangnya nabi yang begitu besar terhadap anak yatim, membuat sahabat Umar Bin Khotob pasti selalu memberikan hadiah apabila ia melihat anak yatim.

Setelah menerangkan kasih sayang nabi terhadap anak yatim, KH Hasyim Asy’ari melanjutkan pembahasan kitabnya dengan pembahan mengenai sikap nabi Muhammad terhadap peminta-minta yang lemah jiwanya, KH Hasyim Asy’ari menuturkan menghardik peminta-minta yang lemah jiwanya bukanlah termasuk akhlak yang mulia, KH Hasyim Asy’ari mencontohkan bahwasanya nabi Muhammad tidak pernah dimintai pertolongan kecuali iya memberikan pertolongan itu atau diam. 

KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwasanya nabi Muhammad adalah orang yang paling dermawan, apabila memasuki bulan ramadhan, rasa dermawanya lebih besar dari pada angin yang dihembuskan. 

Diceritakan bahwasanya nabi Muhammad membawa uang sebanyak 70.000 dinar, kemudian beliau meletakanya kedalam sebuah tikar, kemudian nabi membagi-bagi uang tersebut untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan, nabi tidak pernak menolak orang yang meminta uang tersebut. 

Bagaimana sikap pedulinya nabi Muhammad terhadap peminta-minta sampai-sampai istrinya sendiri menuturkan, “Saya tidak pernah melihat nabi muhammad mewakilkan sedekahnya kepada selain dirinya sendiri, sampai nabi memberikan sedekahnya melalui tanganya sendiri”.

KH Hasyim Asy’ari menerangkan bahwasanya para ahli tafsir berbeda-beda memaknai arti kata peminta-minta dalam ayat terakhir surat Ad-Dhuha tersebut, apakah termasuk peminta-minta dalam hal harta benda, atau peminta-minta dalam keilmuan, akan tetapi apapun bentuknya peminta-minta tersebut tidak sepatutnya bagi kita membentak-bentaknya kecuali apabila ia memaksa atau penolakan kita secara halus tidak diterimanya. 

Termasuk salah satu kharakter luhur nabi Muhammad adalah suka bercerita terhadat nikmat yang telah diterimanya (tahddust binni’mah), meneceritakan nikmat merupakan ungkappan syukur kepada Dzat Pemberi Ni’mat, kemudian memberi khabar terhadap orang lain terhadap nikmat yang telah diterimanya, supaya orang lain turut bahagia dan ikut bersyukur terhadap Allah atas nikmat tersebut. Sahabat Hasan Bin Ali berkata, apabila engkau mengerjakan amal kebaikan, maka ceritakanlah terhadap kerabat dan temanmu, dengan tuuan supaya mereka patuh terhadapmu.

Kemudian  KH Hasyim Asy’ari mengambil sebuah cerita mengenail hal tersebut. Beliau berkata bahwasanya pada suatu hari ada sesorang yang duduk dihadapan Rosulullah, kemudian Rosulullah memperhatikan orang tersebut, karena pakaiannya yang kumal dan tak layak, setelah itu Rosulullah bertanya kepadanya. Apakah engkau mempunyai harta..? ya, jawabnya dengan tegas. Kemudian Rosulullah berkata apabila Allah telah memberikanmu nikmat berupa harta benda maka hendaknya tunjukanlah manfaat nikmat tersebut kepadamu. Bersyukur membuat nikmat itu semakin bertambah, seperti apa yang telah dijanjikan allah dalam firmannya “ apabila engkau bersyukur maka pasti akan kutambah nikmatnya kepadamu”

Dari penjelasan ini, tidak diragukan lagi bahwa nikmat tersebar yang diberikan Allah kepada kita adalah nikmat Imandan Islam. Dan perlu engkau ketahui sesungguhnya Allah telah menyempurnakan nikmatnya kepada umatnya nabi Muhammad, hal ini sesuai dengan firmannya “ hari ini telah kusempurnakan kepadamu agamamu, dan telah kesempurnakan nikmatku kepadamu, dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu.Yang jadi pertanyaan sekarang sudahkan kalian bersyukur hari ini…? Ataukah kalian melalaikan nikmatnya..? bahkan merasa kurang nikmat yang diberikan..? ingat lo pada hari ini telah Allah sempurnakan nikmatnya kepadamu..!.

[zombify_post]

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru