30.9 C
Jakarta

Kado untuk Penulis Pemula

Artikel Trending

KhazanahLiterasiKado untuk Penulis Pemula
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sering merasa tulisan kita, penulis pemula, seakan klise? Tidak tahu apa yang ingin ditulis pertama kali ketika memulai suatu paragraf? Selalu tidak percaya diri pada tulisan kita karena tulisan mereka lebih unggul? Itulah beberapa pertanyaan yang sering terlontar.

Sebelum menjurus pada hal yang lebih mendalam, kita sebagai penulis pemula harus tahu terlebih dahulu kisah sepak terjangnya para penulis hebat di Indonesia, seperti, Habiburrahman El-Shirazy, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Taufiqurrahman El-Azizi, Tere liye dan masih banyak lagi.

Habiburrahman El-Shirazy. Keinginan kuatnya dalam hal menulis adalah ketika menempuh pendidikan di Al-Azhar Kairo. Ia tidak serta merta langsung menulis apa yang ingin ditulis, melainkan mendefinisikan dulu menulis itu sendiri.

Iya, baginya, menulis adalah untuk membayar spp kampus, uang kost dan kehidupan sehari-hari. Sangat jauh bukan dari definisi menulis biasanya? Begitulah cara ia memantapkan diri untuk berlabuh ke dunia tulis-menulis. Dengan adanya deadline seperti itu, maka hati akan tergerak untuk segera melakukan.

Nah, definisi menulis menurut kalian apa?

Helvy Tiana Rosa. Beliau lebih menekankan pada praktek bukan teori. Baginya untuk memulai segala sesuatu yang diinginkan termasuk menulis berupa 90% tekad dan 10% bakat. Jangan menunggu bakat untuk melakukan, tapi lakukanlah maka bakat akan ditemukan. Sering kita dengar bahwa bakat harus diutamakan dari pada tekad.

Ditanya alasannya kenapa, supaya tidak ngalor-ngidul dalam melakukan. Coba deh seandainya bakat kita ditemukan pas umur 30 tahun, hal itu sudah beranjak dewasa dan perlu untuk memiliki seni yang baru. Tidak apa-apa jika kalian ingin berlama-lama dalam menemukan bakat. So…mau pilih bakat atau nekad?

Baiklah, cerita tokoh penulis di atas semoga bisa menginspirasi kalian untuk semakin jatuh kemudian cinta pada dunia tulis-menulis.

Sekarang, merasa bingung apa yang hendak ditulis? Justru dengan kebingungan itu kalian tulis. Misalkan, kita mau menulis sesuatu dan kita tidak tahu apa yang hendak ditulis, maka tulis kata “tidak tahu” itu sendiri. Lagi, bingung mau nulis apa, tulis saja di kertas atau di manapun “saya bingung mau nulis apa” gitu.

Intinya yang berbau sulit untuk ditulis. “Saya tidak tahu mau nulis apa”, “apa yang akan saya tulis”, “kenapa saya tidak bisa memulainya”, “saya benar-banar bingung mau nulis apa”. Setelah merasa cukup, baca lagi dan mana yang harus diperbaiki.

BACA JUGA  Aktif Menulis sebagai Strategi Penguatan Mental

Contoh: “Sore ini, aku tidak tahu mau nulis apa, tapi keinginan untuk menulis ada. Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin aku tidak begitu rajin menulis hingga mandek begini. Bisa jadi. Karena hal pertama yang harus dilakukan oleh penulis pemula adalah menulis. Selebihnya dalam mengembangkan bahasa adalah membaca. Selain itu, aku juga bingung, topik apa yang mau dibahas. Menegani gender sudah terlalu umum. Pacaran, ah sudah basi. Lalu apa? Aku juga bingung.”

Kalimat di atas sudah menjadi satu paragraf bukan? Dari ketidaktahuan menulispun bisa membuat satu paragraf apalagi sudah tahu, beribu-ribu bahkan berjuta-juta paragraf.
Menulis di buku diary pun juga termasuk dalam hal ini. Makanya sangat dianjurkan bagi kalian mempunyai buku harian. Tidak perlu yang besar, cukup muat di genggaman tangan. Kalau terlalu besar takut dikira penagih hutang.

Dalam satu hari kita menulis satu lembar yang otomatis satu halaman tercipta. Sementara 1 tahun ada 360 hari. Kalau kita rutin menulis setiap hari sampai satu tahun, 360 halaman pun sudah jelas terlihat dan itu sudah bisa teman-teman bukukan, kalau mau.

Kado selanjutnya adalah ketika kalian melihat suatu benda yang ada di sekitar, jadikanlah judul dalam menulis. Misalkan, hari ini melihat “sandal”, buatlah kalimat yang berhubungan dengan sandal tersebut lalu kaitkan dengan kehidupan. Contoh: Sandal.

Ada berbagai macam merk sandal di dunia; swallow, ando, homy pad, mely, dan lain-lain. Harganya pun beragam, mulai dari lima ribuan sampai lima puluh ribu. Yang murah otomatis bertahannya tidak akan lama dibandingkan yang mahal.

Meskipun murah, sandal itu tetap legend dan pemakainya pun banyak. Karena yang murah tidak terlalu banyak konsekuensi. Korban kehilangan sandal rata-rata yang mahal. Jadi, intinya jangan membanding-bandingkan antara yang mahal dan murah karena statusnya masih sama-sama diinjak.

Begitupun dengan kehidupan, hidup tak melulu harus tengadah, melainkan harus nunduk agar tidak terjatuh ketika berjalan. Bersikaplah seperti sandal, tanpa harus mengeluh meski diinjak (tanpa harus membalas meski disakiti).

Apalagi yang kalian tunggu. Temukan apa yang ada di sekitar lalu tulis. Ingat! Jangan menunggu inspirasi untuk menulis tapi menulislah maka kalian akan terinspirasi.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru