33 C
Jakarta

Jurus Pentahelix BNPT, Bisakah Membasmi Terorisme?

Artikel Trending

Milenial IslamJurus Pentahelix BNPT, Bisakah Membasmi Terorisme?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam Rakernas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di Kota Batu, Senin (14/2) kemarin, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap bahaya radikalisme dan terorisme. Tidak memberikan ruang pada paham radikal dan terorisme, kata Boy, adalah cara agar paham paham radikal tidak berkembang di masyarakat. FKPT pun, menurutnya, akan jadi ujung tombak.

Rakernas yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak itu  juga sebagai wadah evaluasi progam kerja selama tahun 2021 dan menyiapkan program kerja di tahun 2022. Dengan sinergi semua pihak, BNPT berharap program yang direncanakan bisa dengan maksimal mengeliminasi tindak kekerasan terorisme dan radikalisme. BNPT punya jurus yang baru mereka perkenalkan, yaitu Pentahelix. Apa itu?

Pentahelix merupakan langkah penanggulangan terorisme yang melibatkan lima elemen, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media. Kata Boy, dikutip dari Merdeka, jurus Pentahelix mampu membuat sinergisitas multisektor untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme, khususnya menangkal unsur terorisme transnasional dan transideologi. Namun benarkan jurus Pentahelix bisa membasmi terorisme?

Jurus baru BNPT ini menarik untuk dikaji, mengingat sampai kini terorisme masih gentayangan. Beberapa hari lalu, Densus 88 kembali menangkap terduga terorisme di Bengkulu, Padang, bahkan di MUI. Infiltrasi masih terjadi di mana-mana, padahal 2022 sudah pemerintah proyeksikan sebagai Tahun Toleransi. Jadi, masyarakat perlu untuk melihat jurus Pentahelix BNPT: di mana posisi dan kiprahnya di antara rimba teror di negeri ini?

Peran BNPT

Selama ini, BNPT konsisten dalam upayanya melakukan deradikalisasi. Namun demikian, yang menonjol dari mereka adalah upayanya untuk menyadarkan para teroris dan kembali ke pangkuan NKRI. Banyak sekali eks-napiter yang hari ini sembuh, bahkan terlibat untuk menyadarkan rekannya yang masih dalam kegelapan terorisme. Itu semua menunjukkan, jurus deradikalisasi BNPT telah membuahkan hasil dan laik diapresiasi.

Tetapi apakah jurus Pentahelix juga akan sukses di lapangan? Biar waktu dan konsistensi BNPT yang menjawabnya. Menyatukan lima unsur tadi, pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media, untuk membasmi terorisme harus dilihat dari berbagai aspek, sehingga kelebihan dan kekurangannya teruraikan. BNPT, sebagai representasi pemerintah, ibarat memasang pasak. Namun pertanyaannya, benarkah pasak tersebut kuat?

Artinya, jurus Pentahelix pertama-tama tidak boleh sekadar jadi program belaka, melainkan menjadi filosofi dalam membasmi transnasionalisme dan jihadisme-terorisme. Titik tolaknya ialah keniscayaan pihak-pihak tersebut, akademisi misalnya, menanamkan beban moral-ideologis untuk melawan ideologi teror. Ini harus jelas karena selama ini, antar-akademisi sering kali tidak bertaut; bahkan membentuk klan tersendiri.

BACA JUGA  Gus Ipul, Gus Miftah, dan Fenomena Kiai-kiai Uang Penyesat Umat

Sebagai contoh, Suteki, yang digadang sebagai profesor andalan HTI. Juga banyak dosen di berbagai kampus menjadi agen khilafah, dan mereka punya komunitasnya sendiri sesama pegiat khilafah. Media juga demikian, antar-media justru terjadi kompetisi sehingga melahirkan perang narasi; saling beradu kuat menebarkan hoaks dan propaganda. Maka dari semua itu, dalam konteks jurus Pentahelix tadi, peran BNPT sangat menentukan.

Mitra Pentahelix BNPT tidak boleh hanya diambil dari satu pihak, melainkan antarpihak, bahkan dengan mereka yang selama ini dianggap rival. Lawan harus dirangkul dan disadarkan, sehingga jurus Pentahelix benar-benar terasa efektivitasnya. Jika tidak demikian, maka jurus baru BNPT tersebut hanya akan menjadi paguyuban polarisasi masyarakat. Membasmi terorisme adalah perang ideologi, maka peran BNPT dalam jurus Pentahelix harus benar-benar akurat.

Perang Ideologi

Untuk mengatakan bahwa jurus Pentahelix, yang ibarat BNPT mengepung teroris dari berbagai sisi, akan secara total membasmi terorisme, mungkin sulit—untuk tidak mengatakan mustahil. Namun, sebagai strategi, jurus tersebut harus didukung bersama, sembari melihat konsistensi BNPT ke depan. Bersamaan dengan itu, karena yang dihadapi adalah sebuah ideologi, sepak terjang jurus Pentahelix tidak boleh grasah-grusuh.

Cara soft bisa menjadi alternatif, dan terorisme bisa diminimalisir secara perlahan. Sejauh ini, istilah ‘radikalisme’ dan ‘terorisme’ telah mencapai titik jemu di hati masyarakat, sehingga grasah-grusuh hanya akan semakin menciptakan kejemuan dan ketidakpercayaan mereka. Apalagi, bersamaan dengan merebaknya terorisme, kasus korupsi dan ketidakadilan—seperti konflik Wadas kemarin—juga menyeruak. Yang ada malah disangka pengalihan isu.

Yang paling penting dari semuanya adalah, BNPT harus menyadari posisi diri: yaitu sebagai perwakilan pemerintah. Jika jurus Pentahelix ingin sukses dan mendapat sambutan serta apresiasi masyarakat, maka yang pertama-tama mesti dibangun ialah citra baik pemerintah.

Bayangkan jika korupsi oknum pemerintah merajalela, dan para politikus berlomba-lomba jadi oligarki, dan politik kebangsaan amburadul oleh politik kekuasaan semata, secara otomatis pemerintah akan buruk secara total di mata masyarakat. Ketika pemerintah mendapat penilaian negatif seperti itu, jurus apa yang bisa mengatasi masalah, apalagi masalah tersebut sangat kompleks seperti terorisme?

BNPT harus menyadari semua itu. Mereka yang punya jurus, mesti tahu menggunakan jurusnya, dan mesti bisa mengambil hati masyarakat bahwa jurus mereka akan benar-benar menang berperang melawan terorisme.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru