Harakatuna.com – Jumardi, atau akrab disapa Ardi, adalah sosok inspiratif yang berhasil mengubah hidupnya dari mantan teroris menjadi juragan ikan sukses di kampungnya, Desa Taunca, Poso Pesisir Selatan. Ia pernah terlibat dalam aksi terorisme dan menghabiskan waktu di lapas. Pengalaman tersebut memberikan dampak yang mendalam bagi Ardi, membuatnya menyadari kesalahan masa lalunya dan ingin memulai hidup baru.
Setelah bebas pada 2018, Ardi memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia menyadari bahwa kehidupan lamanya tidak membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Ardi ingin memulai hidup baru, meninggalkan masa lalu yang kelam dan membangun masa depan yang cerah. Keputusan ini tidak mudah, karena Ardi harus menghadapi stigma dan penolakan dari masyarakat.
Pada 2012-2013, Ardi mengikuti program ProPosoku, inisiatif Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) Poso dan The Habibie Center (THC). Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat dan membantu mantan narapidana teroris (napiter) reintegrasi ke masyarakat. Ardi merasa beruntung dapat bergabung dengan program ini, karena mendapatkan dukungan dan bimbingan untuk membangun kehidupan baru.
Program ProPosoku dirancang untuk membantu eks-napiter membangun kehidupan baru dan meninggalkan masa lalu. Ardi mengikuti pelatihan dan workshop yang membantu meningkatkan kemampuan psikososialnya, seperti ketahanan menghadapi tantangan dan kepercayaan diri. Ia juga mendapatkan dukungan dari mentor dan komunitas yang membantunya membangun jaringan sosial.
Ardi memulai usahanya sebagai petani. Namun, ia segera menyadari bahwa usaha ini tidak cocok baginya. Ia kemudian beralih menjadi pedagang sayur. Meskipun menghadapi tantangan, Ardi tidak menyerah. Ia terus berusaha dan belajar dari pengalaman.
Setelah dua tahun berjualan sayur, Ardi menghadapi tantangan pasang surut harga. Ia memutuskan beralih menjadi penjual ikan. Keputusan ini membawa perubahan signifikan dalam hidupnya. Ardi berhasil meningkatkan perekonomian keluarga dan mendapat basis konsumen dari berbagai kalangan di kampungnya.
Kesuksesan Ardi tidak hanya terletak pada usahanya, tetapi juga pada penerimaan masyarakat. Meskipun awalnya Ardi menghadapi stigma, perlahan-lahan dirinya mulai diterima kembali oleh masyarakat. Ia bahkan dipercaya sebagai Ketua Karang Taruna di desanya.
Sebagai Ketua Karang Taruna, Ardi berperan aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Ia membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya toleransi dan perdamaian. Ardi juga membantu mengorganisir kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong-royong dan bakti sosial.
Program ProPosoku memberikan dampak positif pada kemampuan psikososial eks-napiter, termasuk ketahanan menghadapi tantangan, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk kembali berinteraksi di tengah masyarakat. Ardi menjadi contoh nyata dari kesuksesan program ini.
BNPT mendukung berbagai pendekatan reintegrasi berbasis komunitas sebagai strategi jangka panjang untuk mengatasi ekstremisme. Program seperti ProPosoku membantu eks-napiter reintegrasi ke masyarakat dan membangun kehidupan baru.
Ardi menuturkan bahwa meskipun awalnya dia sempat menghadapi stigma, perlahan-lahan dirinya mulai diterima kembali oleh masyarakat. Pengalaman ini mengajarkan Ardi tentang pentingnya kesabaran dan kepercayaan diri. Ia juga menyadari bahwa dukungan dari keluarga dan masyarakat sangat penting dalam proses reintegrasi.
Kisah Ardi menjadi inspirasi bagi banyak orang, membuktikan bahwa perubahan hidup dapat dilakukan dengan tekad, dukungan dan kerja keras. Ia menjadi contoh nyata bagi eks-napiter lainnya untuk memulai hidup baru dan meninggalkan masa lalu. Ardi berharap kisahnya dapat memotivasi orang lain untuk memilih jalan yang benar dan membangun masa depan yang cerah.[] Shallallahu ala Muhammad.