31 C
Jakarta
Array

Jihad Nyata Dengan Karya

Artikel Trending

Jihad Nyata Dengan Karya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kegiatan menulis, tanpa disadari ternyata menjadi kriteria kemajuan suatu bangsa. Banyak kemajuan bangsa yang telah punah dan tidak dikenali hingga saat ini, karena tidak ada bukti tulisan yang menggambarkannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri tidak terlepas dari kegiatan menulis. Pengetahuan ilmuan terdahulu dapat diketahui melalui karya tulisannya. Maka kegiatan penghimpunan gagasan dengan menulis akan melahirkan karya yang akan terus dihimpun, dibaca, diaplikasikan serta dikoreksi oleh penerusya.

Seseorang yang gemar menulis akan berumur panjang, bahkan abadi sepanjang zaman. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya para penulis buku, kitab-kitab klasik yang ratusan tahun berlalu hidupnya, tetapi harum namanya hingga sekarang karena tulisannya. Seperti Imam Syafi’I, Imam Bukhari, Imam muslim, Imam as-Suyuti dan lain-lain, karya dan ide mereka senantiasa dipelajari dan dikembangkann oleh setiap generasi yang lahir setelahnya.

Dalam ajaran agama islam, sebagaimana tersebut dalam surat Al-Alaq, bukan hanya momen budaya membaca (iqro’, ayat 1), tetapi jauh dari itu (ayat 4) Islam memaknai kegiatan tulis-menulis adalah sebagai media yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pembukuan Al-Qur’an dan hadits nabi merupakan bukti autentik yang melandasi pentingnya sebuah karya tulis diciptakan.

Dalam QS Al-Alaq, “Yang mengajar manusia dengan perantara qalam (pena, tulisan)”, hal tersebut sangat jelas, bahwa keberadaan islam memiliki risalah untuk mengajak agar manusia selalu membaca dan menulis. Ayat ini juga mengajarkan kegiatan menulis sebagai sarana proses transformasi ilmu dan pengetahuan.

Jika aktifitas tulis menulis tidak ada, atau jika apa yang dikatakan Rasulullah SAW tidak tertulis, maka hanya qalaa wa qiila (dari mulut ke mulut, budaya tutur kata), maka akan terjadi banyak kontaminasi dan bahkan hilang ditelan zaman. Tulisan memberikan pengertian bahwa kegiatan menulis bagian terpenting untuk mengabadikan sejarah dan menjaga kemurnian sebuah ajaran.

Di samping hal tersebut di atas, menulis merupakan sarana dakwah yang tentu bernilai ibadah bagi penulisnya. Barang siapa yang mengajak suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan sepuluh kali kebaikan orang yang mengajarkannya (Al-Hadits). Apalagi di zaman teknologi sekarang ini, menulis dapat menjadi ladang ibadah. Karena syiar yang kita tulis melalui media sosial dapat dibaca miliyaran orang.

Dalam sebuah penelitian, yang dilakukan oleh seorang Psikolog, Dr. Pennebaker, menemukan berbagai manfaat menulis antara lain ; pertama menulis dapat menjernihkan pikiran di saat seseorang menghadapi problematika. Kemudian mencurahkan semua masalahnya dalam tulisan, ternyata berdampak positif untuk menjernihkan pikirannnya. Sehingga akan lebih memudahkan untuk menyelesaikan masalahnya. Tentu hal ini membuat kegiatan menulis sebagai sebuah terapi tersendiri.

Kedua, menulis dapat mengatasi trauma. Dengan menuliskan trauma yang pernah dialami seseorang, ternyata akan memudahkan mengelola trauma yang dialami. Sementara seseorang yang tidak menuliskan traumanya, lebih rentan dan tidak sembuh dari trauma tersebut.

Ketiga, menulis akan membantu mendapatkan dan mengingat informasi. Belajar dengan menulis akan membuat ingatan kita jauh lebih tajam, sebagimana pepatah “ilmu pengetahuan itu ibarat seperti binatang buruan dan tulisan adalah pengikatnya, maka ikatlah ilmu pengetahuan tersebut dengan tulisan (menulis)”. menulis juga dapat membuat syaraf otak menjadi lebih aktif, sehingga seseorang bisa lebih mengingat pelajaran yang dipelajari.

Keempat, menulis membantu memecahkan masalah. Menulis masalah yang dihadapi akan membuat focus terhadap masalah itu daripada hanya dipikirkan. Memikirkan masalah, akan membuat pikiran dan otak ke mana-mana, dan justru akan lebih tertekan.

Mari, memulai membudayakan kegiatan menulis sebagai investasi pribadi dan masa depan. Jangan pernah takut untuk membuat suatu karya.

[zombify_post]

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru