26.3 C
Jakarta
Array

Jejak Langkah KH. Ahmad Dahlan

Artikel Trending

Jejak Langkah KH. Ahmad Dahlan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul Buku    : KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun

Penulis            : Imron Mustofa

Penerbit          : Diva Press

Cetakan          : I, Mei 2018

Tebal              : 248 halaman

ISBN               : 978-602-391-534-7

Peresensi        : Latifatul Umamah, Mahasiswa MPI UIN Sunan Kalijaga.

Negara-bangsa Indonesia mesti bangga, karena memiliki ulama-ulama Nusantara yang pro-kebangsaan. Bahwa Islam bukanlah ideologi politik, melainkan ajaran luhur yang enggan bersanding dengan kebatilan. Syariat-syariat yang termuat dalam agama Islam pun, bukan kemudian harus diterapkan sebagai hukum positif, melainkan dijadikan sebagai ruh dalam berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa kita temukan dalam rumusan UUD 1945 dan Pancasila, yang sangat Islami –meskipun oleh sebagian kelompok dianggap toghut.

Salah satu ulama nusantara yang memiliki kontribusi besar atas Indonesia adalah KH. Ahmad Dahlan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, ia telah lebih dulu berjuang demi mengentaskan kemiskinan. Bukan hanya miskin materi saja, tetapi juga miskin pengetahuan, ia penuhi dengan membuka madsarah bagi rakyat kecil. Itu semua ia lakukan sebagai pengabdian kepada negeri dan agama.

Sebagai manusia yang hidup di tanah jajahan, KH. Ahmad Dahlan telah berjuang dengan sebaik-baiknya. Ia tidak hanya berjuang untuk kaum muslimin, tapi juga masyarakat secara umum. Yang membedakan ia dengan Kiai lain pada waktu itu adalah pandangannya terhadap ilmu Barat. Jika tokoh agama kebanyakan mengharamkan ilmu Barat, KH. Ahmad Dahlan justru mempelajarinya.

Perpaduan antara ilmu agama dan pengetahuan Barat terbukti mampu memunculkan inisiatif gerakan dalam diri KH. Ahmad Dahlan. Ia yang dikenal berpikiran terbuka, memulai perjuangannya dengan mendirikan madrasah diniyah, sekolah agama Islam yang dalam beberapa hal mengadopsi sistem Barat. Model madrasah rintisan beliau juga merupakan madrasah alternatif, yang selain mempelajari ilmu agama juga pengetahuan umum.

Untuk memperkokoh perjuangan, KH. Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan Muhammadiyah pada 1912. Berawal dari gerakan sosial-keagamaan-pendidikan inilah, ia melebarkan sayap dakwahnya ke berbagai pelosok negeri. Sampai sekarang, Muhammadiyah telah memiliki berbagai amal usaha yang ikut andil dalam upaya menyejahterakan masyarakat.

Barangkali ada yang bertanya; mengapa KH. Ahmad Dahlan bisa tumbuh-kembang sedemikian hebatnya, sehingga mampu merintis pergerakan yang hingga saat ini masih tetap eksis? Tidak hanya itu, bahkan telah berkembang pesat dan mampu menjangkau berbagai macam aspek kehidupan.

Melalui buku KH. Ahmad Dahlan Si Panyantun inilah, pembaca dituntun untuk mengenal lebih jauh tentang KH. Ahmad Dahlan. Di dalamnya dipaparkan mengenai sepak terjang Kiai asal Kauman ini, yang oleh sebagian besar tokoh agama waktu itu dianggap Kiai kafir. Bukannya mengendurkan perjuangan, caci-maki justru membuatnya makin bertekad untuk membuat perubahan besar dalam masyarakat.

Semisal, KH. Ahmad Dahlan memutuskan untuk mengabdikan diri pada masyarakat dengan pedoman ayat-ayat al-Qur’an. Ia menyadari status ‘kemuslimannya’, sehingga memacu diri untuk selalu bermanfaat bagi orang lain. Begitu melihat kemelaratan di sekitar Kauman, ia tergerak hati untuk mengulurkan tangan.

Surat al-Maa’un ayat 1-7 menjadi dasar perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Dalam menafsirkan surat al-Maa’un, ia tidak sebatas mengaji, tapi sudah sampai tahapan ‘mengkaji’. Maksudnya, di samping thalabul ilmi (mencari ilmu) dan thalabul jaza’ (mencari pahala), juga mengamalkan dalam bentuk praktik langsung di masyarakat (halaman 94). Ia mampu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mohammad Damami menyebut penafsiran KH. Ahmad Dahlan sebagai penafsiran divergen, perluasan makna. Bahwa kata “miskin” dalam surat al-Maa’un, oleh KH. Ahmad Dahlan diperluas maknanya tidak hanya sebatas miskin harta, tetapi juga miskin ilmu, kesehatan, politik, dan aspek hidup lainnya. Dengan menyadari adanya miskin kesehatan, dibentuklah rumah sakit PKU. Miskin politik ditangani dengan cara pendidikan politik, dengan mengundang tokoh politik dalam rapat terbuka Muhammadiyah (halaman 98).

Inilah yang disebut mampu menangkap ruh ayat. Bahwa al-Qur’an tidak hanya diposisikan sebagai bacaan semata, melainkan juga laku hidup manusia. Maka tidak mengherankan ketika ada santri mengeluh kepada KH. Ahmad Dahlan karena hanya mempelajari satu surat berulang-ulang, lalu dijawab; sudahkah kau mengamalkan ayat tersebut?

Begitu cintanya KH. Ahmad Dahlan pada perjuangan, hingga sakit pun tidak menghalanginya untuk terus berdakwah. Ini terjadi jelang rapat tahunan Muhammadiyah pada 1923. Karena kesehatannya memburuk, ia diungsikan ke Tretes untuk istirahat. Namun, bukannya istirahat, ia justru melanjutkan dakwahnya ke masyarakat. Tidak jarang sampai tidur di mushola dekat rumah singgahnya, demi bisa berdakwah langsung kepada masyarakat.

Melalui buku ini, pembaca bisa menelusuri jejak langkah perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Disajikan dengan bahasa yang sederhana, sehingga layak untuk dibaca semua kalangan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru