27.5 C
Jakarta

Jasad Jenazah Tidak Utuh, Apakah Tetap Wajib Dimandikan?

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamJasad Jenazah Tidak Utuh, Apakah Tetap Wajib Dimandikan?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Baru-baru ini Indonesia kembali berduka dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaa Air SJ 182 tanggal 9 Januari 2021 kemaren. Dilansir dari laman INDOZONE.ID, terhitung sampai tadi malam Senin (11/1) Basarnas telah menemukan total 74 kantong jenazah. Setelah diidentifikasi, jenazah tersebut akan diserahkan ke pihak keluarga. Disamping itu, Polri juga mengimbau agar pihak keluarga yang nantinya telah menerima jasad korban untuk tidak membuka peti jenazah. Lantas, timbul sebuah pertanyaan, apakah jenazah yang tidak utuh masih tetap wajib dimandikan?

Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (j.2 h.465) menuturkan perbedaan ulama perihal syarat kondisi (keutuhan) jenazah yang wajib dimandikan.

Pertama, Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa jenazah wajib dimandikan jika lebih banyak anggota tubuh yang masih utuh atau minimal tersisa separuh (bersama kepalanya) dari jasad jenazah.

Kedua, Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa jenazah wajib dimandikan jika menyisakan minimal 2/3 dari tubuh keseluruhan.

Ketiga, Mazhab Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa selama jenazah masih menyisakan anggota tubuh walaupun sedikit maka tetap wajib dimandikan.

Keterangan di atas bisa dilihat di sini:

BACA JUGA  Tidak Puasa Saat Ramadhan, Dahulukan Mana Qodho Puasa Ramadhan Atau Puasa Syawal?

شروط إيجاب الغسل

أن يوجد جسد الميت، أو أكثره عند الحنفية والمالكية، بأن وجد عند الحنفية أكثر البدن أو نصفه مع الرأس، وإن وجد عند المالكية ثلثا بدنه ولو مع الرأس، وإلا كان غسله مكروهاً. وقال الشافعية والحنابلة: إن لم يوجد إلا بعض الميت ولو كان قليلاً غسل وصلي عليه، لفعل الصحابة

Artinya :

Syarat diwajibkannya memandikan jenazah, kondisi jasad harus ada (utuh) atau lebih banyak yang tersisa dari tubuh jenazah. Gambarannya, menurut Hanafiyah harus lebih banyak anggota tubuh yang masih utuh atau minimal tersisa separuh (bersama kepalanya) dari jasad keseluruhan. Menurut Malikiyah, masih tersisa 2/3 dari badan jenazah sekalipun bersama kepalanya, kalau tidak demikian maka makruh hukumnya memandikan jenazah tersebut. Sementara kalangan Syafi’iyah dan Hanabilah mengatakan bahwa jenazah wajib dimandikan selama masih ada sisa (potongan) jasad dari jenazah sekalipun hanya sedikit, jenazah dimandikan kemudian dishalati, hal ini karena para sahabat Nabi melakukan hal itu.” (Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jus 2 hal 465)

Riski Maulana Fadli, Mahasantri Ma’had Aly Situbondo

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru