26.3 C
Jakarta
Array

“Jalan Dakwah Pesantren “Bukti Nyata Pesantren Lahirkan Tokoh Besar

Artikel Trending

“Jalan Dakwah Pesantren “Bukti Nyata Pesantren Lahirkan Tokoh Besar
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jepara – Pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara menyelenggarakan pemutaran dan bedah film dokumenter “Jalan Dakwah Pesantren” berlangsung di aula Gedung Serba Guna MA Hasyim Asyari, Bangsri Jepara, Kamis (27/7/2017) malam.

Dalam pemutaran film berdurasi 38 menit itu dihadiri oleh ratusan santri dan menghadirkan 3 narasumber. Hamzah Sahal (inisiator film), Hj. Hindun Anisah (pengasuh pesantren Hasyim Asyari) dan Ahmad Sahil (ketua Lakpesdam NU Cabang Jepara) dan sebagai moderator Syariful Wai, mantan aktivis PP Lakpesdam.

Ahmad Sahil ketua Lakpesdam NU Cabang Jepara dalam paparannya menyampaikan film dokumenter itu menggambarkan pesantren apa adanya.

“Film ini ialah film riil yang memberi pembelajaran bahwa pesantren telah melahirkan tokoh besar Gus Dur,” kata kiai muda yang disapa Gus Sahil ini.

Gus Sahil putra KH Miftah Abu berkomentar dalam film yang disupport oleh Kementerian Agama RI lantaran menampilkan sosok KH Abdurrahman Wahid.

Kepada ratusan santri ia mengatakan bahwa sosok kiai di pesantren berjuang 24 jam tanpa lelah. Kiai, ulama baginya adalah sosok yang istimewa. “Basyarun la kal basyar, manusia tapi tidak seperti manusia biasa,” sebutnya.

Kiai muda asal desa Karangrandu itu menyontohkan saat kiai minum sisa minumnya menjadi rebutan santri. Sandal kiai juga menjadi rebutan untuk ditata. Itu keistimewaan kiai, katanya.

Hj. Hindun Anisah, selaku shahibul bait menyatakan usai nonton film dirinya jadi ingat saat menjadi santri yang tumbuh dengan kecerdasan serta mental tahan banting.

Perempuan yang akrab dipanggil Neng Hindun itu mengapresiasi bahwa film menunjukkan eksistensi kitab kuning yang merupakan keunggulan pesantren.

Kitab kuning kata istri KH Nuruddin Amin, bisa menjadi simbol anti Islam radikal. “Saya sering pesan kepada alumni pondok ini bawalah kitab kuning selalu bersamamu,” pesan Neng Hindun yang juga salah satu aktris film ini.

Ternyata pesan itu pernah dipraktikkan oleh santrinya. Sehingga saat melihat di kamar ada kitab kuning orang yang mau mengajak santri gabung di aliran radikal tidak jadi mengajaknya. “Kitab kuning ampuh untuk mengurangi serangan islam bukan NU, islam radikal,” tandasnya.

Syiar Islam Indonesia

Hamzal Sahal selaku inisiator film mengungkapkan ada 33 alasan film dokumenter tersebut dibuat. Salah satu alasan yang dikemukakan Hamzah bahwa media semacam CNN, Al Jazeera dan BBC tidak pernah menyayangkan islam menarik yang ada di Indonesia biasanya malah Islam yang ada di Timur Tengah.

Karenanya pihaknya ingin eksplor syiar Islam Indonesia. Indonesia menjadi teduh dan ramah kuncinya NU dan pesantren. “Pesantren punya kontribusi besar dalam sistem sosial selama berabad-abad,” jelas Hamzah yang juga pegiat Nutizen ini.

Alasan kedua, dia ingin membayar hutang kepada pesantren. Apalagi Hari Santri tahun 2015 lalu yang masih kontroversi menjadi momen tepat untuk berbuat kebaikan dan kemaslahatan kepada kiai dan ibu nyai.

Sekadar informasi film karya Yuda Kurniawan dibikin persis 22 Oktober 2015 bersamaan hari santri pertama di Jakarta. Di film itu ada 13 pesantren, serta 18 narasumber. Dari belasan narasumber itu terdiri dari 22 jam hasil wawancara. Kemudian dengan waktu berbulan-bulan film dibikin menjadi hanya 38 menit.

Untuk penyempurnaan, pihaknya keluar masuk arsip museum serta membeli film documenter Aceh dengan harga jutaan. Kali pertama diputar di pesantren Cipasung pada 10 Agustus 2016 masih berdurasi 28 menit. Sampai warta ini ditulis pesantren Hasyim Asyari adalah pemutaran film yang ke-71 dengan durasi 38 menit.

Sementara itu, KH Nuruddin Amin pengasuh pesantren Hasyim Asyari dalam sambutannya mengingatkan santri agar sadar media sosial (medsos) untuk kegiatan yang manfaat.

Hal itu dikemukakannya lantaran saat ini media online sudah dikuasai “orang lain”. “Jangan jadi korban medsos tetapi medsos harus digunakan untuk syiar/ dakwah,” harap Gus Nung.

Ia menambahkan sudah saatnya dakwah konvensional lewat ceramah dionlinekan via fb, wa, instagram dan media yang lain. “Film jalan dakwah pesantren merupakan salah satu media dakwah pesantren,” pungkasnya.

Pemutaran dan diskusi itu merupakan rangkaian kegiatan Haul ke-15 KH Amin Sholeh. (sm)

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru