Harakatuna.com. Gaza – Pejabat Hamas, Basem Naim, mengungkapkan bahwa kelanjutan pembicaraan dengan Israel melalui mediator untuk langkah lebih lanjut dalam perjanjian gencatan senjata bergantung pada pembebasan tahanan Palestina sesuai kesepakatan yang telah dicapai. Pernyataan ini disampaikan pada hari Ahad (23/2), menyusul penundaan pembebasan ratusan tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan sehari sebelumnya. Israel mengklaim bahwa mereka masih menunggu Hamas untuk memenuhi persyaratannya.
Menurut laporan dari The New Arab, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel menunda pembebasan 620 tahanan Palestina, dengan alasan menunggu kepastian mengenai pembebasan sandera lebih lanjut. Israel menyebutkan bahwa mereka akan melanjutkan pembebasan tahanan Palestina setelah “pembebasan sandera berikutnya dipastikan, dan tanpa upacara yang memalukan.”
Sejak perjanjian gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, kedua belah pihak, Israel dan Hamas, saling menuduh melakukan pelanggaran. Gencatan senjata ini telah menghentikan pertempuran besar, meskipun masa depan konflik masih belum jelas. Salah satu alasan utama ketegangan adalah ketidaksepakatan mengenai pengaturan pembebasan sandera, dengan Hamas sempat mengancam untuk menghentikan penyerahan sandera karena dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.
Masyarakat Tahanan Palestina, sebuah kelompok yang mendukung para tahanan Palestina, menyebut tindakan Israel sebagai “terorisme negara terhadap para tahanan dan keluarga mereka.” Salah satu keluarga yang terpengaruh, Ghasan Washahi, mengungkapkan kekecewaannya atas penundaan pembebasan saudaranya. “Setiap kali ada daftar tahanan yang akan dibebaskan, kami akan menunggu dengan harapan, tetapi tidak pernah ada,” kata Ghasan, merujuk pada saudaranya yang terdaftar untuk dibebaskan.
Ghasan juga menyampaikan bahwa ibunya telah mulai kehilangan harapan ketika nama saudaranya akhirnya muncul dalam daftar, tetapi Israel menghentikan kesepakatan tersebut.
Sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih luas, kedua belah pihak berniat untuk melanjutkan pembicaraan pada tahap kedua, dengan tujuan untuk menyelesaikan pengembalian semua sandera yang tersisa dan menarik pasukan Israel secara penuh. Mediator yang terlibat dalam perundingan ini menyebutkan bahwa pembicaraan tahap kedua akan difokuskan pada penyelesaian dua isu utama tersebut.
Di tengah ketegangan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant terus menghadapi tuduhan terkait kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan akibat tindakan militer Israel di Gaza.
Menurut pembaruan dari Kantor Media Pemerintah Israel, jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 61.709, dengan ribuan warga Palestina yang hilang dan diyakini tewas di bawah reruntuhan bangunan akibat serangan militer.