Harakatuna.com. Tel Aviv-Pemerintah Israel mengecam formasi kabinet Presiden Iran Ebrahim Raisi dengan menyebutnya sebagai “wajah pemerintah teror baru”.
Alasannya, kabinet itu diisi Jenderal Ahmad Vahidi yang diburu Interpol atas dugaan perannya dalam pemboman pusat budaya Yahudi di Buenos Aires tahun 1994.
Pemerintah negara Yahudi mendesak masyarakat internasional untuk mengutuk kabinet baru Iran sebagai “penjahat”.
Dalam sebuah pernyataan sebagai reaksi terhadap formasi kabinet Iran yang baru diumumkan, yang dibuat oleh Presiden Raisi, Kementerian Luar Negeri Israel menyebut penunjukan Jenderal Ahmad Vahidi sebagai menteri dalam negeri sebagai pilihan yang “memalukan”.
Jenderal Vahidi adalah mantan menteri pertahanan yang masuk daftar hitam oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010. Dia adalah kepala operasi internasional Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang dikenal sebagai Pasukan Quds, pada saat pemboman AMIA Jewish Center [Pusat Yahudi AMIA] di Ibu Kota Argentina. Namanya muncul di daftar “red notice” Interpol terkait serangan di gedung AMIA.
Pemboman AMIA (Argentine Israelte Mutual Association), yang dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri asal Lebanon yang mengendarai sebuah bom mobil di gedung bertingkat itu, menewaskan 85 orang dan melukai ratusan lainnya. Pembom itu kemudian diidentifikasi sebagai Ibrahim Hussein Berro, seorang agen dari kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Kementerian Luar Negeri Israel juga mengambil kesempatan untuk mengulangi karakterisasi Raisi sebagai “jagal dari Teheran”, mencatat bahwa dia bertanggung jawab karena membunuh ribuan pembangkang Iran ketika dia menjabat sebagai kepala peradilan negara itu.
“Ini adalah wajah pemerintah teror baru di Iran,” kata kementerian itu, seperti dikutip Times of Israel, Kamis. “Para menterinya bertanggung jawab atas pembunuhan orang-orang di seluruh dunia.”
Raisi juga menominasikan diplomat karier garis keras Hossein Amirabdollahian untuk jabatan menteri luar negeri, ketika Iran dan AS berusaha kembali kesepakatan nuklir 2015.
Amirabdollahian, 56, telah bertugas di berbagai pemerintahan selama beberapa dekade. Dia adalah wakil menteri luar negeri untuk urusan Arab dan Afrika di bawah mantan presiden populis garis keras Mahmoud Ahmadinejad, yang dikenal di Barat karena penolakan Holocaust dan sengketa pemilu pada tahun 2009.
Menurut Reuters, Amirabdollahian adalah seorang diplomat anti-Barat yang diakui memiliki hubungan dekat dengan kelompok Hizbullah di Lebanon serta pasukan IRGC Iran.