30.4 C
Jakarta

Islam Ramah: Kunci Persatuan di Tengah Gejolak Reuni 212

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanIslam Ramah: Kunci Persatuan di Tengah Gejolak Reuni 212
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Islam adalah agama yang menekankan perdamaian, persaudaraan, dan toleransi. Dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia, ajaran ini menjadi sangat relevan. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan secara damai dengan sesama tanpa memandang perbedaan keyakinan, suku, atau budaya. Prinsip ini menegaskan bahwa keberagaman adalah sebuah anugerah yang harus dirayakan, bukan alasan untuk berseteru.

Dalam Al-Qur’an, terdapat ayat yang menjadi landasan utama dalam kehidupan sosial yang plural. Allah berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13 berbunyi: “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan perbedaan untuk saling mengenal dan memperkaya kehidupan sosial, bukan untuk menimbulkan permusuhan.

Teladan ini diterapkan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat memimpin masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai suku dan agama. Piagam Madinah menjadi bukti nyata bahwa Islam menghormati perbedaan dan menjaga keadilan bagi semua pihak. Piagam ini tidak hanya memberikan hak dan perlindungan kepada umat Islam, tetapi juga kepada kaum Yahudi dan Nasrani.

Islam juga menolak segala bentuk pemaksaan dalam beragama. Dalam surah al-Baqarah ayat 256, Allah berfirman: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” Ayat ini mengajarkan bahwa Islam menghargai kebebasan beragama dan melarang segala bentuk pemaksaan. Dengan demikian, Islam mendorong umatnya untuk menghormati keyakinan orang lain.

Dalam momentum seperti Reuni 212, prinsip-prinsip ini sangat penting untuk ditekankan. Awalnya, Reuni 212 adalah gerakan moral untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan. Namun, perlu diingat bahwa gerakan ini seharusnya tidak bergeser menjadi ajang yang memicu perpecahan. Sebaliknya, Reuni 212 bisa menjadi sarana refleksi tentang pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia).

Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadis: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak boleh menzalimi atau menyerahkannya kepada musuh. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pesan ini mengajak umat Islam untuk menjaga persaudaraan, tidak hanya di antara sesama Muslim, tetapi juga dengan seluruh manusia.

BACA JUGA  Nasihat untuk Gus Miftah: Bijak Berkata demi Menjaga Hati Sesama

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan wajah Islam yang ramah dan plural kepada dunia. Jika umat Islam di Indonesia mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan umat agama lain, mereka akan menjadi teladan bagaimana agama dapat menjadi perekat sosial.

Sejarah kehidupan Rasulullah di Madinah menunjukkan bahwa Islam mampu menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis. Beliau tidak hanya memberikan perlindungan kepada umat Islam, tetapi juga kepada kaum non-Muslim yang hidup di bawah kepemimpinannya. Hal ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan keadilan dan penghormatan terhadap semua manusia tanpa diskriminasi.

Selain itu, Islam menganjurkan penyelesaian konflik melalui dialog. Surah an-Nahl ayat 125 menyatakan: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, serta berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” Dakwah dengan hikmah dan cara yang baik menunjukkan bahwa Islam mengedepankan pendekatan dialogis yang santun dalam menyelesaikan perbedaan pendapat.

Dalam konteks sosial-politik, sikap ramah dan terbuka akan menciptakan suasana yang kondusif untuk membangun bangsa yang kuat. Reuni 212 seharusnya tidak hanya menjadi momentum solidaritas umat Islam, tetapi juga sarana memperkuat persatuan bangsa dan mempererat hubungan lintas agama.

Dengan menanamkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, umat Islam diharapkan dapat menyebarkan pesan damai. Islam yang ramah dan plural bukan hanya menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga mencerminkan wajah Islam yang sesungguhnya di mata dunia.

Mari kita jadikan Islam sebagai fondasi persatuan dan perdamaian. Semangat Reuni 212 hendaknya bukan hanya memperkuat identitas keislaman, tetapi juga mempertegas komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Dengan menampilkan wajah Islam yang ramah dan plural, kita bisa memberikan kontribusi positif bagi kehidupan beragama di Indonesia dan menjadi teladan bagi dunia. 

Semoga semangat persaudaraan dan toleransi terus menginspirasi setiap langkah kita dalam menjaga harmoni dan mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan di tengah keberagaman. Islam yang ramah adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang damai dan penuh persatuan.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru