30.1 C
Jakarta

Islam, Kesantunan Bahasa, dan Kontra-Ujaran Kebencian

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuIslam, Kesantunan Bahasa, dan Kontra-Ujaran Kebencian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Kesantunan Berbahasa; Kajian Nilai, Moral, Etika, Akhlak, Karakter,   dan Manajemen, Penulis: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd., Penerbit: Royyan Press, Tahun Terbit: 2021, Tebal Buku: 246 Halaman, Peresensi: Panji Pratama.

Harakatuna.com – Dalam sebuah kesempatan, Almarhum Prof. Dr. H. Moh. Djawad Dahlan pernah mengatakan bahwa “mengendalikan lidah lebih sulit daripada menahan diri dari perbuatan haram”. Pernyataan ini merupakan bentuk kekhawatiran dirinya terhadap pola komunikasi masyarakat saat ini yang telah kehilangan esensi dari nilai-nilai agama; defisit kesantunan bahasa.

Padahal, Allah telah menyatakan dalam QS Arrahman ayat 4 bahwa “Allah mengajarkan manusia untuk pandai berbicara”. Maka dari itu, Allah telah memberikan petunjuk bagi sekalian manusia agar berkomunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai Alquran.

Dalam buku karya Prof. Dr. Sofyan Sauri, M.Pd ini, etika komunikasi sesuai dengan Alquran tersebut dibagi menjadi enam, yaitu: (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Ma’rufa,  (3) Qaulan Baligha, (4) Qaulan Masyura, (5) Qaulan Karima, (6) Qaulan Layyina. Diharapkan, dengan etika komunikasi yang sesuai Alquran tersebut, manusia dapat berkemampuan untuk memilih dan bertutur kata santun sesuai nilai-nilai agama, kultur, dan sosial.

Sayangnya, nilai-nilai berbahasa santun tersebut telah terabaikan di masyarakat saat ini. Pada akhirnya, berbagai dampak negatif terjadi karena pola komunikasi yang jauh dari nilai-nilai kesantunan, seperti: perselisihan akibat kebebasan tanpa nilai, kesenjangan komunikasi yang memprihatinkan, generasi yang lepas kendali saat komunikasi, serta generasi yang kehilangan jati diri.

Buku ini berupaya membedah problematika tersebut. Penulis membawa tema pola komunikasi sesuai Alquran dan dikaitkan dengan pendidikan nilai di sekolah. Menurut penulis, bahasa sebagai alat komunikasi manusia sejak awal penciptaannya harus dikembangkan mengikuti perspektif Islam. Dengan demikian, perlu adanya strategi pendidikan kesantunan berbahasa yang pegangannya berdasar kepada Alquran, hadis, dan nilai-nilai budaya religius di masyarakat Indonesia.

Untuk menguraikan tahapan-tahapan kajian tersebut, penulis membagi buku ini menjadi delapan bab:

Pertama adalah pendahuluan yang berisi deskripsi pentingnya menggunakan bahasa sesuai dengan moral, nilai, dan agama. Pada bagian pertama ini, penulis mengangkat empat problematika utama terkait fakta bergesernya pola komunikasi santun di masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Hal itu terutama terkait tentang: (1) perselisihan yang dikarenakan oleh ketersinggungan lisan; (2) kesenjangan komunikasi di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat; (3) komunikasi remaja; dan (4) perilaku siswa di sekolah.

Kedua adalah kajian ilmiah yang berisikan teori-teori yang dihadirkan sebagai penyeimbang kajian dalam buku. Dalam bab ini, penulis coba melihat kesantunan berbahasa dari berbagai sudut pandang landasan, seperti landasan teoretis dan landasan filosofis dalam berbagai budaya nusantara.

BACA JUGA  Keterlibatan Perempuan dalam Kejahatan Terorisme

Ketiga adalah kajian tentang hakikat manusia yang dibekali akal dan kalbu oleh Allah agar mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Selain itu, pembaca pun disuguhi sajian tentang ihwal akal dan kalbu ini harus digunakan manusia sebagai modal dalam pembinaan kesantunan berbahasa.

Keempat adalah makna pendidikan dan pendidikan bahasa santun yang memuat pengembangan kecerdasan yang menyeluruh (multiple quotien), termasuk membina bahasa dan norma kesantunan. Konsep kesantunan berbahasa dari berbagai sudut pandang pun diuraikan dalam bab ini, terutama dalam konteks pendidikan dan pembedahan akademis.

Kelima adalah kesantunan berbahasa dalam perspektif Islam. Pada bab ini, Prof. Sofyan menguraikan kembali 6 etika komunikasi menjadi 11 nilai kesantunan berbahasa yang lebih terperinci. Sebelas nilai tersebut adalah nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, kelemahlembutan, penghargaan, kepantasan, ketegasan, kedermawanan, kehati-hatian, dan kebermaknaan.

Keenam adalah bahasan hasil penelitian penulis terhadap sejumlah fenomena yang terjadi terhadap remaja Indonesia disertai analisis kodingnya. Pada bab ini, penulis yang juga merupakan pendakwah ini berupaya menyertakan bukti-bukti ilmiah dari penelitian yang telah beliau lakukan selama ini.

Ketujuh adalah implementasi nilai kesantunan berbahasa di pesantren. Dua nilai kesantunan yang terdapat di kalangan pesantren dan menjadi contoh pembinaan di buku ini adalah sorogan dan bandongan. Bahkan, penulis yang juga pengasuh Masjid Besar Al-Falaq, Gegerkalong Tengah, Bandung ini memerinci kekhasan nilai-nilai lain dari pendidikan pesantren, baik itu pesantren tradisional maupun pesantren modern.

Kedelapan adalah manajemen kesantunan berbahasa. Dalam bab terakhir ini, penulis melengkapi contoh penerapan manajemen kesantunan berbahasa di sekolah, terutama pada proses belajar mengajar di kelas.

Secara umum, penulis yang juga merupakan Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia ini telah berhasil memberikan khasanah baru mengenai pendidikan akhlakul karimah, yang dalam hal ini adalah pendidikan nilai. Selain itu, penulis juga telah berhasil mengangkat nilai-nilai dalam pondasi agama Islam yang selama ini agak tidak dilirik dalam pendidikan modern di Indonesia.

Hanya saja, dalam sebuah karya tentu ada kekurangannya. Terdapat beberapa kesalahan ketik yang cukup membuat pembaca kebingungan sehingga harus kembali membaca lembaran sebelumnya. Selain itu, perwajahan sampul dapat lebih dikuatkan dengan nuansa hijau dibandingkan pemilihan warna hitam.

Meski demikian, buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca tidak hanya oleh kalangan akademisi semata, tetapi juga pihak-pihak yang peduli terhadap pembinaan kesantunan berbahasa sebagai ejawantah dalam pendidikan nilai di sekolah, keluarga, dan masyarakat

Panji Pratama
Panji Pratama
Bergiat di dunia pendidikan dan menulis profesional. Tulisan-tulisannya telah dimuat di Republika, Pikiran Rakyat, Guneman.com, Ngewiyak.com, dan media online lainnya.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru