29.7 C
Jakarta

Hikmah Ramadhan: Islam, Agama Kasih Sayang

Artikel Trending

KhazanahOpiniHikmah Ramadhan: Islam, Agama Kasih Sayang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap makhluk hidup memiliki naluri rasa senang, riang gembira hatinya ketika dikasihi dan disayangi. Bukan hanya manusia, hewan pun merasakan hal yang sama. Nyatanya, hewan liar dan buas bisa berubah menjadi jinak jika selalu disentuh dan dibelai dengan sentuhan dan belaian kasih sayang. Begitupun dengan agama Islam yang kerap mengajarkan dan menganjurkan pada segenap insan untuk senantiasa mengasihi dan menyayangi sesama. Bahkan pada hewan sekalipun.

Islam juga tidak menyekat kita dalam berbuat baik hanya kepada sesama umat seagama. Justru Islam menganjurkan pada kita dalam berbelas kasih, berbuat baik, bahu-membahu, tolong-menolong dengan mereka yang berbeda keyakinan. Dengan demikian, kalau ada non-muslim mengalami kesusahan, kita bukan hanya dibolehkan, tapi juga dianjurkan untuk meringankan dan membantu dalam menyelesaikan masalahnya. Karena Islam memandang semua manusia itu sama dalam kapasitas kemanusiaannya. Mereka semua ciptaan Allah yang secara qudrati ingin dikasihi, diperlakukan baik dan dihormati.

Islam menganjurkan pada kita untuk menyemai kasih sayang pada siapa pun, tanpa melihat suku, ras, dan agamanya. Bahkan seperti yang sudah disebutkan, pada binatang sekalipun kita diperintahkan untuk mengasihi dan menyayanginya. Sebab kita tidak tahu amal perbuatan mana yang dapat membuka satu pintu dari sejuta pintu rahmat Allah SWT. Sekecil apa pun perbuatan baik atas dasar kasih sayang yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. Sekurang-kurangnya akan memberi dampak kebaikan pada orang yang sudah diperlakukan baik. Dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi yang berbunyi:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Orang-orang yang pengasih dan penyayang akan dikasihi dan disayangi oleh ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang), tebarlah kasih sayang pada penduduk bumi niscaya kalian akan dirahmati penduduk langit (para malaikat). (HR. al-Tirmidzi)

BACA JUGA  Pemilu 2024: Menyelamatkan Demokrasi dari Ancaman Radikalisme

Pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi tersrbut dijelaskan bahwa orang-orang yang mengasihi, menyayangi dan berbuat baik pada penduduk bumi, manusia maupun hewan, maka ar-Rahmân akan mengasihi, menyayangi dan mengaruniakan kebaikan padanya. Dalam hal ini, ulama memahami kata مَنْ فِي السَّمَاءِ adalah para malaikat. Apabila hidup kita ingin dirahmati dan dianugerahi Allah SWT dan para malaikat-Nya, maka tebarlah kasih sayang pada segenap makhluk. Dengan menebar kasih sayang di muka bumi ini, insyaAllah akan dapat membuka pintu-pintu rahmat di atas langit.

Menurut Syaikh ath-Thayyibî dalam kitab Tuhfatu al-`Ahwadzî bisyarh Jâmi at-Tirmidzi menyatakan bahwa kata ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ itu berbentuk umum, sehingga pengertiannya dapat mencakup seluruh makhluk. Artinya, kita diperintah untuk menyayangi seluruh makhluk; orang baik, orang jahat, yang berakal, yang tidak berakal, binatang melata hingga binatang liar sekalipun. Sedangkan Ibnu Baththâl menyatakan hadis ini mengandung anjuran dalam menebar kasih sayang pada seluruh makhluk. Baik mukmin, kafir hingga binatang pun dianjurkan untuk disayangi.

Salah satu perbuatan rahmat adalah memberi makanan, minuman, tidak menganiaya dan seterusnya. Dalam kondisi apapun kita diperintahkan untuk tetap tolong menolong, saling pengertian dan tetep saling menyayangi antar sesama makhluk. Karena dalam hadis Nabi dijelaskan “Wainnama yarhamuhum al-rahmanu min ‘ibadihi al-ruhama’”, Allah SWT tidak akan menyayangi hamba-hambanya kecuali mereka yang penyayang.

Jadi, yang ingin penulis sampaikan di sini adalah, jangan jadikan kita sebagai manusia yang kasar, pemarah, pencaci maki, pemukul, apalagi pembunuh terhadap siapapun. Jika ada perbedaan pendapat atau hal lainnya, Islam menawarkan solusi untuk bermusyawarah. Karena musyawarah merupakan solusi ditengah perbedaan.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru