26.9 C
Jakarta

ISIS Telah Memberangus Dakwah Imam Syafi’i

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanISIS Telah Memberangus Dakwah Imam Syafi'i
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pengikut Ideologi Sunni pasti tahu tokoh panutannya yang amat familiar kealimannya dalam bidang fikih. Dialah Muhammad Ibn Idris asy-Syafi’i atau yang lebih akrab disebut dengan Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i termasuk tokoh besar Sunni Islam dan founder Madzhab Syafi’i. Dia dilahirkan di Gaza, Pelestina. Secara genetik, dia termasuk keturunan dari al-Muththalib, kakek Nabi Muhammad Saw.

Imam Syafi’i tumbuh menjadi sosok yang mampu membuka khazanah pengetahuan yang memegang erat moderasi (wasathiyyah). Dia merantau ke belahan negera di dunia. Saat usia tiga belas tahun, dia berguru kepada tokoh besar Sunni, yakni Imam Malik Ibn Anas. Karena kecerdasannya dan mampu menghafal kitab Muwaththa‘ dalam sembilan malam, Imam Malik amat mengaguminya. Dua tahun kemudian, dia merantau ke Irak dan di sanalah dia berguru kepada murid-murid seorang tokoh besar Sunni pula, Imam Hanafi.

Sesuatu yang menarik dari pengembaraan intelektual Imam Syafi’i adalah dia menjadikan Irak sebagai negara terpercaya dan berkualitas pengetahuannya melalui tokoh Sunni Islam Imam Hanafi. Bahkan, saking bangganya dengan peradaban Irak, Imam Syafi’i mendokumentasikan produk ijtihadnya dengan sebutan Qaul Qadhim, pendapat lama. Sementara, Qaul Jadidnya (pendapat terupdate) saat dia berada di Mesir.

Sayang, Qaul Qadhim Imam Syafi’i dan produk ijtihad Imam Hanafi tidak lagi terdengar akhir-akhir ini di Irak. Sebab, kota Mosul, kota terbesar kedua di Irak telah dikuasi oleh Abu Bakar al-Baghdadi yang mendeklarasikan berdirinya negara dengan sistem Khilafah. Negara ini dikenal dengan sebutan Ad-Daulah al-Islamiyyah fi al-Iraq wa asy-Syam (Negera Islam di Irak dan Suriah) atau yang populer dengan sebutan Islamic State of Iraq and Syria alias ISIS.

Kehadiran ISIS bukan menjadi pelita perkembangan khazanah pengetahuan di Irak, malahan menjadi benalu yang mematikan turats (tradisi) Sunni yang menegakkan moderasi Islam di tengah-tengah masyarakat. Dengan sikap ekstrem ISIS bertindak di luar akal sehat dan bimbingan hati nurani. ISIS tidak peduli membunuh siapa saja yang menghalangi perjuangannya, bahkan menjadikan perempuan sebagai budak seks bebasnya. Sikap ekstrem ini sesungguhnya tidak manusiawi dan tidak bermoral. Karena, manusia akan selalu dituntun oleh hati nurani agar berbuat baik kepada siapa saja selama tidak mengganggu dan mengeluarkannya dari tanah kelahirannya sendiri, baik orang tersebut beragama Islam ataupun beragama di luar Islam, baik sepemahaman ataupun berbeda pemahaman.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Islam menghormati siapa saja, baik pria maupun wanita, baik muslim maupun non-muslim. Karena, manusia termasuk makhluk yang diciptakan dengan sempurna. Kesempurnaan penciptaan ini dibuktikan dengan anugerah akal yang dimilikinya, sehingga dengan akal inilah mereka dapat membedakan mana sesuatu yang terpuji dan mana sesuatu yang tercela. Melalui kemampuan memilih dan memilah, manusia tidak akan berbuat sesuai dengan dorongan nafsunya semata sehingga mereka akan menyesal di kemudian hari, namun mereka selalu berbuat dengan penuh pertimbangan akal sehat dan memberikan manfaat, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.

Siapa saja yang berbuat menggunakan hati dan dituntun oleh akal sehat akan selalu bertanya pada dirinya sendiri apakah mereka berbuat sesuatu yang berdaya guna kepada orang lain. Bila tidak demikian, mereka akan mengurungkannya. Karena, berbuat sesuatu bukan hanya sebatas persoalan keuntungan dan kesenangan pribadi semata, namun pula orang lain merasakan keuntungan dan kesenangan yang sama. Membahagiakan orang lain sejatinya membahagiakan dirinya sendiri. Sebaliknya, melukai hati orang lain sejujurnya telah melukai hatinya sendiri. Masing-masing manusia tercipta saling bahu-membahu satu sama lain. Islam sering mengibaratkan persaudaraan antar sesama dengan sebuah bangunan yang saling menguatkan. Karena, bangunan itu akan berada di ujung tanduk kehancuran saat salah satu bagian tidak lagi bersatu.

Saya berani bersaksi, ISIS bukanlah manusia yang memiliki hati nurani, sekalipun mereka tercipta dengan wujud manusia. Sesungguhnya mereka tidak lebih dari binatang, bahkan lebih rendah daripada itu, karena sikapnya yang gemar memangsa, membunuh, dan menyerang saudaranya sendiri. Mereka tidak memiliki akal sehat, karena anugerah akalnya telah tertutup oleh nafsunya. Mereka berbuat hanya sebatas kesenangan pribadi, bukan memikirkan manfaat bagi orang lain. Dosa-dosa ISIS lebih besar dari dosa pelacur, karena mereka telah melacur nilai-nilai agama Islam.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru