Harakatuna.com. Colombo-Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas rentetan serangan bom yang menewaskan 321 orang saat perayaan Paskah di Sri Lanka. ISIS menyebut serangan itu menargetkan anggota koalisi Amerika Serikat (AS) dan umat Nasrani.
“Mereka yang melakukan serangan yang menargetkan anggota koalisi pimpinan Amerika Serikat dan warga Nasrani di Sri Lanka kemarin lusa adalah para petempur Daulah Islamiyah (nama lain ISIS),” demikian pernyataan ISIS seperti dirilis sayap propaganda mereka, Amaq, seperti dilansir AFP, Selasa (23/4/2019).
ISIS tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim mereka tersebut. Klaim ini disampaikan ISIS sekitar dua hari setelah serangan bom terjadi pada Minggu (21/4) waktu setempat.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa sumber-sumber intelijen AS menyebut serangan bom di Sri Lanka memiliki ciri khas ISIS, namun mereka berhati-hati karena tidak biasanya ISIS tidak dengan cepat menyatakan klaim atas serangan-serangan semacam ini. Diketahui bahwa selama ini ISIS biasanya langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap target-target asing atau kelompok agama tertentu.
Rentetan ledakan bom di Sri Lanka itu diketahui terjadi di tiga gereja — Gereja St Sebastian, Gereja St Anthony dan Gereja Katolik Roma Zion, lalu empat hotel mewah — Hotel Shangri La, Hotel Kingsbury, Hotel Cinnamon Grand dan Hotel New Tropical Inn, serta sebuah rumah di pinggiran Colombo.
Otoritas Sri Lanka sejauh ini melaporkan jumlah korban tewas setempat mencapai 321 orang. Jumlah korban luka mencapai sekitar 500 orang. Terdapat puluhan warga negara asing (WNA) di antara korban tewas.
Kepolisian Sri Lanka telah menangkap 40 tersangka yang sebagian besar warga Sri Lanka, terkait rentetan bom tersebut. Para penyidik Sri Lanka meyakini sedikitnya ada tujuh pengebom bunuh diri yang melakukan pengeboman.
Otoritas Sri Lanka juga menduga militan lokal bernama Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) ada di balik rentetan bom itu. NTJ dicurigai mendapat bantuan dari jaringan internasional dalam melancarkan aksinya. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena akan menemui para diplomat asing di Colombo untuk meminta bantuan internasional.
Dalam pernyataan terbaru di hadapan parlemen Sri Lanka, Wakil Menteri Negara Urusan Pertahanan, Ruwan Wijewardene, mengungkapkan bahwa penyelidikan awal menunjukkan serangan bom saat perayaan Paskah di Sri Lanka merupakan balasan atas teror dua masjid di Christchurch, New Zealand, pada Maret lalu.