Harakatuna.com Jakarta – Kasus terorisme terus meningkat. Kasus penangkapan terduga teroris Sidoarjo dan Serang minggu ini menunjukkan maraknya terorisme di tengah Corona. Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane menyatakan pelaku teror selalu mencari peluang untuk melakukan aksinya. Karenanya, IPW imbau Polri tak lengah hadapi radikalisme di tengah Corona.
Neta menegaskan, para teroris selalu mencari celah untuk berbuat kerusuhan, termasuk dalam kondisi wabah. Pelaku teror memanfaatkan keseresahan dan kondisi tak stabil untuk menambah kericuhan. Menurutnya, sekecil apa pun aksi teror, bagi mereka sangat berguna untuk menjaga eksistensi gerakannya.
“Jadi, jangan heran jika para terorisme diam-diam juga memanfaatkan pandemi corona (Covid-19), untuk menebar aksinya. Sebab itu jajaran kepolisian tidak boleh lengah hadapi radikalisme,” tegas Neta kepada media daring pada Rabu (29/4/2020).
Maka itu, aksi pagar betis maupun aksi sapu bersih harus terus dilakuan aparat keamanan. Tujuannya agar tidak memberi peluang bagi teroris untuk beraksi. Dalam hal ini, IPW memberi apresiasi pada polri, yang tetap agresif memburu kantong-kantong dan jaringan terorisme, seperti yang dilakukan Densus 88 Polri di serang.
Neta menyebutkan, hari ini Polri memiliki tugas ganda: meredam persebaran wabah pandemi Corona sekaligus meredam radikalisme. “Tentunya tugas polri dalam mengendalikan terorisme sekarang ini tidak mudah. Sebab polri juga sangat sibuk mengamankan PSBB untuk mencegah penyebaran wabah Corona,” tutur dia.
Selain itu, lanjut dia, Polri juga sibuk mengendalikan Kamtibmas dari sikap nekat para penjahat pasca dibebaskannya 30.432 narapidana oleh Menkumham. Meskipun pergerakan para teroris tidak seperti dulu karena pendanaan mereka makin sulit, polri tetap tidak boleh lengah.
“Dengan diburunya terus menerus kantong-kantong terorisme, kekuatan mereka makin lumpuh dan tidak bisa terkonsolidasi untuk membuat teror-teror besar,” pungkasnya.